Sabtu, 27 November 2010

Program Pengembangan Kreativitas pada Korban Bencana Alam

Program Pengembangan Kreativitas pada Korban Bencana Alam

Melly Widiastuti (10508134)
Febrina Nur Sulistiyawati (10508078)
Devie Wahyu Wulandari (10508057)
Esther Markus (10508070)
Hanna Amalita (10508097)

Bencana alam merupakan salah satu hal yang dapat datang kapan saja dan terkadang hal tersebut sulit diprediksi kapan datangnya sehingga membuat beberapa pihak kurang siap untuk membuat pengungsian sementara maupun bantuan-bantuan lain yang dibutuhkan oleh para pengungsi. Contohnya seperti bencana alam meletusnya Gunung Merapi yang belum lama ini terjadi, meskipun sudah ada alarm tanda bahaya jika ada peningkatan status pada Gunung Merapi dan sudah ada pula penunjuk-penunjuk jalan untuk mengarahkan mereka untuk evakuasi bencana tetapi tetap saja masih banyak korban jiwa berjatuhan dan mengalami kerugian materil karena tidak ada yang tahu seberapa besar gempa yang terjadi, sejauh mana awan panas (wedus gembel) berhembus, sejauh mana lahar panas maupun lahar dingin mengalir bahkan seberapa jauh abu vulkanik menghujani daerah-daerah sekitar bencana. Maka tidak heran jika peristiwa tersebut membuat para pengungsi mengalami stress, depresi, putus asa bahkan ada pula yang menjadi gila atas trauma yang mereka hadapi. Bencana alam merupakan salah satu pemicu terjadinya PTSD (posttraumatic stress disorder), apalagi bagi korban yang kehilangan harta benda sekaligus dengan orang-orang yang dicintainya meskipun mayoritas otang yang mengalami trauma tidak lantas berlanjut menderita PTSD. Bahkan sebagian besar menderita gangguan stress akut jika stresor menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan selama kurang dari satu bulan. Oleh karena itu, membuat pengungsian yang lebih manusiawi dan lebih layak bagi para pengungsi sangatlah dibutuhkan untuk menghindari stress berkepanjang.
Menurut kami, pengungsian yang layak tidak hanya memenuhi keperluan sehari-hari mereka seperti makan, minum, air bersih, selimut, obat-obatan, dll tetapi pihak relawan ataupun pemerintah juga harus memikirkan kesehatan psikologis para pengungsi terutama bagi anak-anak yang mudah trauma dengan bencana alam tersebut. Seperti contohnya, anak mengalami gangguan tidur dengan mimpi buruk tentang monster pun umum terjadi, sebagaimana juga perubahan perilaku misalnya seorang anak yang semula periang menjadi kasar dan agresif. Beberapa anak yang mengalami trauma mengalami trauma mulai berpikir bahwa mereka tidak akan hidup hingga mencapai usia dewasa. Beberapa anak juga kehilangan keterampilan perkembangan yang sudah dikuasai seperti berbicara atau menggunakan toilet. Terakhir, anak-anak jauh lebih sulit berbicara tentang perasaan mereka dibanding dengan orang dewasa.
Masalah dan stress yang dialami oleh anak-anak dengan orang dewasa saat bencana alam terjadi pastilah berbeda. Untuk menangani anak-anak dalam mengurangi ketegangan-ketegangan terhadap peristiwa bencana atau evakuasi yang terjadi, relawan atau bahkan sesama pengungsi bisa saja dengan mengajak mereka bermain bersama. Dengan mengajak tersenyum dan tertawa akan cukup menghibur mereka kecuali jika anak tersebut mengalami trauma dengan tingkat yang cukup parah seperti kehilangan keluarga yang membuat anak tersebut sangat terguncang psikologisnya maka ia membutuhkan perhatian khusus penanganannya dan akan lebih bagus lagi jika ditangani oleh orang-orang yang lebih kompeten dalam bidangnya misalnya psikolog. Namun bagi orang dewasa, masalah yang dihadapi ketika bencana alam terjadi lebihlah kompleks, seperti para pengungsi bencana alam di Gunung Merapi, mereka sedih ketika kehilangan keluarga, harta benda dan tidak mendapatkan penghasilan selama mengungsi sehingga ada beberapa pengungsi Merapi yang rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk keluar pada siang hari dari pengungsian dan menuju rumah yang mereka tinggali untuk mengurus hewan ternak mereka ataupun mengurus sawah atau kebun mereka dan ada pula yang tetap nekat untuk mengeruk tambang pasir agar mereka tetap memiliki penghasilan karena tabungan mereka sudah terkuras ketika harus mengungsi.
Menurut kami, ada salah satu cara yang dapat mengurangi ketegangan yang dialami pengungsi (baik anak-anak maupun dewasa) dan mencegah agar sttress yang dialami tidak berkepanjangan adalah dengan membuat kesibukan baru bagi mereka sehingga mereka tidak hanya duduk diam di pengungsian dan melamun atas nasib yang mereka hadapi dan di samping itu juga mereka akan mendapatkan penghasilan dari kesibukan baru tersebut. Caranya adalah dengan mengajak mereka untuk mengembangan kreativitas mereka dengan membuat kerajinan tangan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Dalam mengembangan kreativitas seseorang dibutuhkan beberapa pendekatan yang biasa disingkat menjadi 4P antara lain :
1. Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif dari para pengungsi. Bagi anak-anak, mereka bisa saja di ajak menggambar, melukis, mewarnai, membuat kerajinan kipas, gantungan kunci, aksesoris manik-manik atau apa saja yang mereka inginkan. Bagi orang dewasa bisa saja membuat kerajinan yang sama dengan yang dibuat anak-anak atau ditambahkan lagi seperti menyulam, menjahit baju, membatik kain, membuat tas dari kain perca, membuat keset dari kain perca atau apa saja yang mereka inginkan dan akan lebih bagus lagi jika mereka dapat membuat sesuatu yang khas dari tempat tinggal mereka. Mungkin bagi para lelaki mereka lebih tertarik dengan membuat perkakas, perabotan rumah tangga seperti lemari buku, lemari baju, meja, kursi dll. Tidak sebatas dengan kerajinan tangan saja, tetapi mereka juga dapat membuat karya sastra seperti puisi, aransemen musik maupun lirik lagu.
2. Pendorong
Untuk mewujudkan bakat kreatif seseorang diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Disinilah peran serta pemerintah ataupun para sukarelawan dibutuhkan, salah satunya adalah dengan memberikan mereka modal atau bahan-bahan yang mereka butuhkan.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, pengungsi perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif dan memberi kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Dalam proses ini di harapkan, dengan pengungsi menyibukan dirinya secara aktif maka mereka mempunyai kesibukan baru yang positif selama di pengungsian dan tidak kehilangan makna hidup mereka.
4. Produk
Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa menghargai produk kreativitas dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya mereka. Peran pemerintah dan sukarelawan tidak berhenti pada modal saja, tetapi mereka juga dapat membuatkan pameran di kota-kota besar seperti di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Medan dll dengan harapan akan banyak penonton atau pembeli yang hadir. Namun jika, terbatasnya dana maka bisa saja pameran tersebut diselenggarakan di daerah bencana tetapi pilihlah tempat-tempat yang sekiranya ramai dan dapat menarik perhatian banyak pengunjung. Dalam pameran tersebut di pamerkan dan di jual hasil kerajianan tangan yang dibuat oleh para pengungsi. Selain itu dapat pula dibuat live performance dari para pengungsi bagi mereka yang ingin membawakan hasil karya puisi, lagu maupun musik mereka atau dapat pula karya-karya tersebut disatukan menjadi musikalisasi puisi atau drama musikal. Apabila terdapat suatu hasil karya yang pantas di lelang seperti lukisan atau hasil batik yang indah, maka pihak penyelenggara dapat juga membuatkan acara lelang dan karya tersebut akan diberikan pada hadirin yang menawar dengan tawaran tertinggi.
Hasil dari penjualan kerajinan tangan, pembelian tiket dan hasil lelang tersebut dapat disumbangkan bagi para pengungsi untuk kelangsungan hidup mereka selama di pengungsian (jika mereka masih harus mengungsi) maupun modal untuk membangun kembali rumah atau lahan usaha mereka yang rusak (jika mereka sudah tidak lagi di pengungsian). Selain itu, program ini juga dapat digunakan untuk mengembangan bakat dan kreativitas yang mereka miliki selama berada di barak pengungsian. Dengan harapan kreativitas mereka dapat terus dikembangan dan dapat membantu mereka jika mereka ingin membuat usaha baru karena tidak sedikit dari korban bencana alam yang kehilangan lahan mata pencahariannya.
Diharapkan pengembangan kreativitas ini tidak hanya digunakan korban bencana alam di Gunung Merapi saja, tetapi dapat juga digunakan di bencana alam lainnya meskipun kami tidak berharap akan ada bencana lama lainnya.
Semoga Bermanfaat

Sabtu, 30 Oktober 2010

Review Jurnal Konflik Kelompok

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL
DI KALIMANTAN BARAT
Maria Lamria

LATAR BELAKANG
Mengingat begitu beragamnya latar belakang dan tingkat sosial masyarakat, maka persoalan hak dan kewajiban senantiasa muncul menjadi konflik sosial yang berkepanjangan dan terjadi di berbagai daerah. Konflik yang menggunakan simbol etnis, agama dan ras muncul yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta bagi pihak yang bertikai. Hal ini terjadi jika dalam hubungan tersebut terjadinya suatu kesenjangan status sosial, kurang meratanya kemakmuran serta kekuasaan yang tidak seimbang. Kepentingan dan keinginan-keinginan yang tidak lagi harmonis akan membawa masalah dalam hubungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Kerusuhan dan pertikaian yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan antara lain kurangnya kemampuan pemerintah dalam mengatasi penyebab terjadinya konflik sosial antar masyarakat. Konflik muncul dengan menggunakan simbol-simbol etnis, agama, dan ras. Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya akumulasi "tekanan" secara mental, spiritual, politik sosial, budaya dan ekonomi yang dirasakan oleh sebagian masyarakat. Seperti halnya konflik antar etnis yang terjadi di Kalimantan Barat, kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan aparat hukum terhadap Suku Asli Dayak dan Suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam yang meledak dalam bentuk konflik-konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarjinalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif yang mengeksploitasi kekayaan alam mereka. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.

TUJUAN PENELITIAN
Dari penelitian diharapkan dapat diketahui apa penyebab dan upaya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat terhadap konflik yang terjadi, sehingga dapat tercipta kedamaian bagi masyarakat di daerah Kalimantan Barat.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui penyebab dan upaya penanganan terhadap terjadinya konflik horizontal adalah studi kepustakaan berupa penelaahan buku, makalah dan bentuk tulisan lainnya yang mendukung tujuan penelitian. Data dan informasi yang didapat kemudian diolah dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan pada pada bulan Juli 2004.

KERANGKA TEORI
Pada negara yang memiliki keragaman suku bangsa masalah antar suku merupakan hal yang seringkali muncul. Demikian juga Indonesia, dalam hal ini yang dapat dijadikan suatu gambaran adalah konflik antar etnis di Kalimantan Barat. Konflik yang timbul antara Suku Dayak dan Madura. Kehidupan bermasyarakat Suku Dayak dam Madura memang seringkali banyak mengalami pergesekan karena kurangnya pemahaman antar budaya dari kedua belah pihak.
Untuk penelitian kasus yang terjadi antara kedua suku ini akan digunakan teori konflik Simon Fisher dan Deka Ibrahim dkk (Th. 2002).
Teori Kebutuhan Manusia : “berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia- fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau yang dihalangi”.
Teori Identitas : “berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh karena identitas yang terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan dimasa lalu yang tidak terselesaikan”.

ANALISA PENYEBAB KONFLIK DAYAK DAN MADURA
Kebudayaan yang berbeda seringkali dijadikan dasar penyebab timbulnya suatu konflik pada masyarakat yang berbeda sosial budaya. Demikian juga yang terjadi pada konflik Dayak dan Madura yang terjadi pada akhir tahun 1996 yaitu terjadinya kasus Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang (sebelum pertengahan tahun 1999 termasuk Kabupaten Sambas), di Kalimantan Barat. Dalam berkomunikasi penduduk yang heterogen ini menggunakan bahasa Indonesia atau Melayu sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi karena tingkat pendidikan mereka rendah, kebanyakan mereka memakai bahasa daerahnya masing-masing. Dengan demikian seringkali ditemui kesalahpahaman di antara mereka. Hukum adat memegang peranan penting bagi orang Dayak. Perilaku dan tindakan masyarakat pendatang khususnya orang Madura menimbulkan sentimen sendiri bagi orang Dayak yang menganggap mereka sebagai penjarah tanah mereka. Ditambah lagi dengan keberhasilan dan kerja keras orang Madura menelola tanah dan menjadikan mereka sukses dalam bisnis pertanian.
Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi merupakan dasar dari munculnya suatu konflik. Masyarakat Dayak juga mempunyai suatu ciri yang dominan dalam mata pencarian yaitu kebanyakan bergantung pada kehidupan bertani atau berladang. Perilaku orang Madura terhadap orang Dayak dan keserakahan mereka yang telah menguras dan merusak alamnya menjadi salah satu dasar pemicu timbulnya konflik diantara mereka. Ketidakcocokan di antara karakter mereka menjadikan hubungan kedua etnis ini mudah menjadi suatu konflik. Ditambah lagi dengan tidak adanya pemahaman dari kedua etnis terhadap latar belakang sosial budaya masing-masing etnis. Ketidakadilan juga dirasakan oleh masyarakat Dayak terhadap aparat keamanan yang tidak berlaku adil terhadap orang Madura yang melakukan pelanggaran hukum. Permintaan mereka untuk menghukum orang Madura yang melakukan pelanggaran hukum tidak diperhatikan oleh aparat penegak hukum. Hal ini pada akhirnya orang Dayak melakukan kekerasan langsung terhadap orang Madura, yaitu dengan penghancuran dan pembakaran pemukiman orang Madura.
Selanjutnya Simon Fisher dkk, mengajukan suatu konsep tentang arti kekerasan sebagai suatu pendekatan dalam intervensi konflik yang menyebutkan bahwa konflik adalah fakta kehidupan yang dapat memunculkan permasalahanpermasalahan berat saat kekerasan muncul dalam konflik tersebut. Oleh karenanya dapat dibedakan antara kelompok yang menghendaki kekerasan sebagai penyelesaian konflik dan kelompok yang anti kekerasan.
Menganalisa lebih lanjut tentang konflik horizontal yang terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia, seperti konflik Dayak dan Madura dihubungkan dengan teori Simon Fisher, dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat di daerah konflik cenderung memilih jalan kekerasan sebagai alternatif penyelesaian masalah yang muncul di antara mereka. Mereka menganggap cara ini lebih membuat pihak lawan memenuhi keinginan mereka.
Menyimak lebih jauh tentang konflik horizontal yang juga disebut sebagai konflik etnis yang bersifat laten (tersembunyi) yang harus diangkat ke permukaan agar dapat ditangani secara efektif. Konflik yang dipicu oleh persoalan yang sederhana, menjadi kerusuhan dan di identifikasi pemicu pecahnya konflik adalah : adanya benturan budaya etnis lokal dengan etnis pendatang, lemahnya supremasi hukum, adanya tindak kekerasan. Benturan budaya ini sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh kesombongan dan ketidakpedulian etnis Madura terhadap hukum adat dan budaya lokal yang sangat dihormati masyarakat setempat seperti hak atas kepemilikan tanah.

PENANGANAN YANG DILAKUKAN
Lemahnya supremasi hukum terlihat dari perlakuan yang ringan diberikan pada masyarakat Madura. Dalam hal ini untuk menghindari keadaan yang lebih tidak terkendali lagi seperti terjadinya tindakan kekerasan, pembunuhan, pembakaran dan pengusiran yang berkepanjangan, maka untuk sementara waktu orang Dayak menyatakan sikap yaitu :
1. Untuk etnis Madura yang masih berada di wilayah Kalimantan Barat agar secepatnya dikeluarkan atau diungsikan demi keselamatan dan keamanan mereka.
2. Menolak pengembalian pengungsi etnis Madura untuk batas waktu yang tidak ditentukan.
Sikap ini ditanggapi positif oleh aparat penegak hukum maupun masyarakat karena adanya keterbatasan aparat yang tidak dapat menjangkau seluruh wilayah Propinsi Kalimantan, maka demi keamanan kedua belah pihak untuk sementara suku Madura harus dilokalisir pada daerah yang lebih aman. Selain itu dalam upaya penanganan konflik yang terjadi ini dilakukan juga beberapa cara yaitu :
1. Untuk sementara waktu, etnis Dayak dan Melayu sepakat tidak menerima kembali etnis Madura di bumi Kalimantan terutama di daerah konflik.
2. Rehabilitasi bangunan infrastruktur masyarakat umum agar dapat berjalannya kegiatan masyarakat sebagaimana mestinya. Moral dan mental masyarakat juga perlu mendapat perhatian dan pembinaan agar terwujud suatu rekonsiliasi yang damai dan melibatkan kembali seluruh tokoh masyarakat;
3. Re-evakuasi dilakukan bagi korban konflik ke daerah yang lebih aman.
4. Dialog antar etnis yang berkesinambungan dengan memanfaatkan lembaga adat masyarakat perlu dilakukan dalam proses pembentukan kerjasama mengakhiri konflik yang berkepanjangan;
5. Penegakkan hukum terhadap pelaku pelanggaran hukum perlu dilakukan secara konsisten dan adil tanpa berpihak pada etnis tertentu selain itu kemampuan personil petugas keamanan perlu ditingkatkan.

KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadi konflik adalah kurangnya pemahaman terhadap sosial budaya masing-masing suku yang berbeda antara suku Dayak dan Madura. Selain itu kurang diperhatikannya peranan masyarakat setempat dalam kegiatan perekonomian di wilayah mereka, sehingga timbul diskriminasi terhadap suku Dayak sebagai suku Asli setempat. Selain itu dalam sejarah konflik di Kalimantan secara umum dipicu oleh dipraktekkannya tindak kekerasan baik dalam bentuk penganiayaan dan pembunuhan manusia di daerah konflik. Hal ini didukung juga dengan lemahnya supremasi hukum dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Alqadarie Syarief I. (2000). Laporan Akhir Hasil Penelitian Pertikaian antar Komunitas Madura Kalimantan Barat dengan Dayak 1996/97 dan antara Komunitas Madura Sambas dengan Melayu Sambas Tahun 1998/1999 di Kalimantan Barat. Kerjasama Yayasan Ilmu-ilmu Sosial Jakarta-dengan Fisipol Untan-Pontianak.
Fisher Simon, Ibrahim Dekka, dkk. (2002) “Working with conflict’ : Skill & Strategies for Action. New York.Responding To Conflict.
Jurnal Hukum dan Pemikiran Nomor I, Tahun 2 Januari- Juni 2002.
Laporan Khusus Gubernur Kalimantan Barat 1997.
Soekanto Soeryono; 1990. Suatu Pengantar. Raja Wali Press, Jakarta.
Sunaryo Thomas. “Manajemen Konflik dan Kekerasan”. Makalah pada Sarasehan tentang Antisipasi Kerawanan Sosial di DKI Tanggal 15-17 September 2002.

DINAMIKA KONFLIK ETNIS DAN AGAMA
DI LIMA WILAYAH KONFLIK INDONESIA
Rusmin Tumanggor
Jaenal Aripin dan Imam Soeyoeti


LATAR BELAKANG
Selama berabad-abad sampai masa Orde Baru, suku bangsa dan penganut agama di Indonesia umumnya hidup rukun tanpa benturan yang berarti. Tiba-tiba pada masa reformasi, konflik kesukubangsaan, agama, pelapisan masyarakat, sepertinya ikut mengusik kerukunan. Hal ini ditandai dengan munculnya konflik horizontal yang melibatkan agama dan suku/etnis di beberapa wilayah Indonesia, seperti; Kalimantan Barat dan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku Selatan dan Utara, serta daerah-daerah lainnya
Fokus penelitian ini adalah untuk menjaring konsepsi berbagai etnis, agama, dan pelapisan masyarakat tentang konflik dan kedamaian, termasuk konsepsi mereka tentang hak dan kewajiban pemerintah dalam menjalankan fungsinya sebagai payung bagi seluruh etnis, agama, dan pelapisan masyarakat. Hal ini berdasarkan hipotesis bahwa; kerusuhan di berbagai wilayah tanah air dalam persepsi berbagai etnis, agama, dan pelapisan masyarakat berhubungan dengan kesenjangan sosial ekonomi, keagamaan, perilaku antaretnis, kurangnya peran lembaga sosial pemerintah, keberpihakan aparat dalam menyelesaikan kerusuhan, di sisi lain keikutsertaan mereka memicu kerusuhan itu . Untuk menguji hipotesis ini, teori yang digunakan adalah; teori fungsional Talcott Parsons, teori konflik Dahrendrof kebalikan teori kohesi Malinowski, dan teori kebudayaan dominant Parsudi Suparlan.
Teori fungsional Talcot Parson: Tertib sosial ditentukan hubungan timbal balik antara sistem-sistem kebudayaan, sosial dan kepribadian. Teori Dahrendorf menyatakan konflik sebagai kegalauan yang bersumber dari ketidakserasian esensi bermacam komponen kehidupan. Kebalikannya adalah teori kohesi dari Malinowski: Keutuhan akan terjadi bila satu wilayah kehidupan dilandasi secara kuat oleh keuntungan timbal balik reciprocity dibawah prinsip-rinsip legal. Selanjutnya Teori kebudayaan dominan dari Edwar Bruner diketengahkan Parsudi Suparlan: Kemampuan penyesuaian terhadap kebudayaan yang telah mapan.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan di kawasan rusuh maupun yang aman mulai dan sesudah Mei 1998 serta menganalisa kondisi dan kontribusi Pemerintah Pusat ke Daerah dalam hal tersebut. Penelitian ini diadakan di lima wilayah, yakni; Sambas (Kalimantan Barat), Sampit (Kalimantan Tengah), Poso (Sulawesi Tengah), Ambon (Maluku Selatan ), dan Ternate (Maluku Utara).
Data yang dicari meliputi pendapat, kesaksian, dokumen, tulisan tentang etnis serta agama masyarakat pembauran lintas etnis dan agama tersebut. Dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara mendalam, sementara dokumen dan tulisan tentang etnis dilakukan dengan observasi dan analisa kritis.
Informan terdiri dari tokoh-tokoh adat, pemuka agama, cerdik pandai, warga masyarakat biasa, pemda setempat, pihak keamanan, pengurus pemuda di samping organisasi berbagai etnis dan agama yang ada di kawasan tersebut. Seluruhnya berjumlah 50 orang
Masing-masing wilayah memiliki beberapa agama, suku, mata pencaharian dan world view yang berbeda. Khusus dari kedua kawasan yang berbeda keamanannya ini diupayakan kiat kunci world view masing-masing sehingga terjawab sumber konflik dan sebaliknya modal kedamaian sosial di kawasan itu. Data dikumpul lewat kuesioner dan didukung interview terhadap 400 responden yang akhirnya mengembalikan jawaban sebanyak 382 orang. Data yang dikumpulkan meliputi data esensi dan substantif. Karena itu pendekatan datanya adalah kualitatif. Namun demikian diawali dengan pengumpulan data kuantitatif untuk mendapatkan data jaringan fenomena yang saling terkait serta memudahkan secara sistematis melacak data kualitatif. Pendekatan sumber datanya adalah emic (Idea yang tumbuh dari pendukung kehidupan etnis serta agama yang hidup di kawasan itu). Adapun etic (pemikiran analisa kritis akademisi dan cendekiawan) hanya akan digunakan pada tingkat kajian teoritis dan model implementasi.

HASIL PENELITIAN
Latar Belakang dan Penyebab Terjadinya Konflik
Pada umumnya konflik di kelima wilayah itu terjadi akibat distribusi baik ekonomi, sosial dan politik yang dianggap tidak adil bertepatan dengan perbedaan identitas. Sesuai data yang berhasil dihimpun peneliti mengatakan dimana menurut responden, umumnya konflik yang terjadi sangat kuat dipengaruhi oleh isu identitas (etnis dan agama) dan isu distribusi. Sebesar 26,4% responden di lima wilayah konflik menyatakan bahwa penyebab konflik dan keretakan hubungan antar warga adalah karena perbuatan atau sikap kelompok identitas (etnis/agama) tertentu yang menyinggung harga diri dan rasa keadilan kelompok identitas (etnis/agama) lainnya. Penghinaan atas keyakinan (agama) dan suku tertentu juga menjadi penyebab konflik yang cukup dominan, terlihat dari jawaban responden sebesar 19,4 % dan 16,5%. Sementara itu, penguasaan lapangan pekerjaan juga turut menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya konflik, sebesar 15,6%.
Dalam kenyataan di lapangan, faktor-faktor identitas yang meliputi etnis dan agama ini bercampur dengan konflik atas pendistribusian sumber daya seperti, wilayah, kekuasaan ekonomi, prospek lapangan kerja dan seterusnya. Dalam kasus-kasus dimana identitas dan isu distributif dibaurkan, menciptakan peluang kesempatan bagi para oportunis untuk semakin mempertinggi eskalasi konflik. Inilah yang tercermin dari pendapat sebagian responden sebesar 4% yang menyatakan bahwa konflik di lima wilayah ini akibat ulah provokator.
Fenomena dan Dampak Konflik
Realita konflik di lapangan adalah munculnya kerusuhan, saling hasut-menghasut, caci-maki, menyiksa, mencederai, memperkosa, membunuh secara sadis atau penuh pertentangan bathin, membakar, merampas hak milik orang lain, mengusir, penghilangan dokumen-dokumen penting, membakar, dll. Konflik yang berkepanjangan selalu menyisakan ironi dan tragedi. Sebesar 15% responden menyatakan bahwa dampak konflik adalah jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar, 11,4 % menyatakan kehilangan pekerjaan, 11,6% menyatakan konflik telah membuat mereka yang tadinya akur dan rukun terpaksa harus saling berkelahi karena perbedaan identitas, bahkan 12,4% menyatakan bahwa perkelahian dan konflik tersebut mengakibatkan putusnya hubungan kekeluargaan diantara mereka yang secara kebetulan berbeda identitas etnis atau agama. Kerugian materiil, berupa kerusakan sarana ibadah dan sarana pendidikan masing-masing diutarakan oleh 9,8% dan 7,8% resoponden. Dampak terbesar dari konflik yang membutuhkan perhatian dan penanganan serius, justru adalah pada aspek psiko-sosial masyarakat. Yaitu sebesar 16,7% responden menyatakan konflik telah membuat mereka selalu dihinggapi rasa takut dan merasa selalu tidak aman. Akibatnya, diantara kelompok-kelompok masyarakat timbul rasa saling curiga dan mengikis rasa keper cayaan diantara warga masyarakat (distrust), dinyatakan oleh 15% responden.
Cara Penanganan Konflik
Di sinilah justru kelemahan dari upaya penanganan yang selama ini sudah dilakukan pemerintah. Dimana pola penanganan konflik di tiap wilayah cenderung diseragamkan . Hal tersebut terlihat dari respon masyarakat yang menyatakan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah selain memberikan bantuan fisik materiil, seperti sembako, atau tempat penampungan hanya berkisar pada fasilitasi dialog (diutarakan oleh 46,3% responden), penjagaan oleh aparat keamanan (34,4%) dan sosialisasi perdamaian (19,2%).
Dalam konteks teori-teori penanganan konflik yang dikemukakan Bloomfield, Ben Rielly, Charles Nupen, Pieter Haris yang telah dikutipkan terdahulu, maka respon masyarakat di lima wilayah konflik terhadap cara penyeleaian konflik yang mereka alami sungguh relevan dengan paradigma penanganan konflik mutakhir itu, dimana sebagian besar responden 73,2% meny atakan agar penyelesaian konflik dilakukan sendiri oleh masyarakat di masing-masing desa dengan melibatkan para tokoh agama, adat, etnis dan berbagai pemuka dan komponen masyarakat yang kompeten. Disusul kemudian 13% menginginkan agar penyelesaian konflik dilakukan di rumah ibadah saja, dengan difasilitasi oleh para pemuka agama. Hanya 7,5% saja yang menginginkan agar konflik diselesaikan di kantor polisi serta 5,7% saja yang menyatakan agar diselesaikan di pengadilan.
Untuk mempercepat proses penanganan konflik tersebut, maka warga masyarakat daerah konflik mengusulkan agar masing-masing pihak bisa lebih mengembangkan sikap saling menghargai, diutarakan oleh 27,6% responden. Selain itu juga harus dikembangkan sikap tenggang rasa (18,5%), bersedia untuk berbaur dan tidak mengelompok secara eksklusif (16,6%), serta mau bergotong (15,5%).
Modal Sosial yang Dimiliki
Data yang dihimpun peneliti menunjukkan bahwa masyarakat di lima wilayah konflik umumnya masih memilki modal sosial yang cukup memadai untuk mengelola konflik mereka. Karena umumnya mereka, 16,9 % menganggap perlunya saling pengertian, 14,5% menyatakan agar masing-masing kelompok etnis/agama harus saling menghormati, 8,8% memandang saling menolong masih menjadi modal sosial yang dimiliki. Data-data tersebut diperkuat oleh berbagai sikap masyarakat yang mencerminkan keterbukaan dan kesediaan mereka untuk lebih erat melakukan interaksi sosial dan budaya. Dalam masalah perkawinan antar suku (termasuk suku yang bertikai) misalnya, 83,8% menyatakan setuju. Demikian juga dalam hal penataan rumah antar warga yang bertikai, umu mnya (72,1%) tidak menyetujui jika dipisahkan secara diametral sesuai dengan suku/agama masing-masing, karena hal tersebut justru akan semakin memperdalam jurang perbedaan diantara mereka. Demikian pula halnya dengan penyediaan sekolah khusus untuk penganut agama/suku tertentu, sebanyak 67,9% menyatakan keberatannya. Intinya, mereka sesungguhnya tidak pernah menginginkan terjadinya pemisahan dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan publik (umum).

KRITIK TEORITIS
a) Ketepatan Hipotesis
Berdasarkan temuan dilapangan dengan hipotesis yang diungkapkan umumnya terbukti. Kerusuhan Sambas dan Sampit dinyatakan lebih pada perilaku salah satu etnis pendatang yang kurang bisa menyesuaikan diri (adjustment) terhadap budaya dominan dalam keseharianan maupun dalam upaya pemilikan. Kerusuhan Ambon, Ternate dan Poso lebih pada persaingan peluang menguasai pasar. Sambas dan Sampit tentang pemilikan lahan pertanian, perkebunan serta bisnis di satu sisi, keinginan untuk mensiasati kekuatan sesuatu agama di sisi lain, perebutan kekuasaan eksekutif di satu dimensi. Keterlambatan koordinasi dan penghimpunan pelbagai sumberdaya oleh pihak eksekutif, legislatif, judikatif dan hankam dalam mencegah perluasan konflik, menengarai kerusuhan yang sedang terjadi serta mengatasi dampak kerusuhan dari konflik. Terjadinya pemihakan aparat pemerintah dan keamanan yang se-kerabat, se-etnis dan se-agama dengan pihak-pihak yang bertikai. Termasuk upaya sebahagian aparat keamanan melakukan tindak an anarkis yang semakin memicu kerusuhan lintas etnis dan agama. Tidak kurang pentingnya adalah adanya data yang menunjukan upaya orang-orang tertentu melalui komunikasi di tempat-tempat tertentu (kedai kopi, pasar, pertandangan, berbagai kesempatan pertemuan) meyakinkan rakyat bahwa masa rezim Orde Baru adalah pemerintahan yang sangat baik dan fase reformasi adalah pemerintahan yang kacau. Di sisi lain nampaknya konflik yang berdampak kerusuhan ini merupakan bahagian dari skenario konspirasi besar pihak-pihak luar negeri untuk menghancurkan tatanan bangsa ini dari segi keutuhan (kohesi), stabilitas ekonomi dan pembenturan rakyat dengan TNI-Birokrasi. Ini terlihat juga dari yel-yel yang dielu-elukan pihak-pihak yang berkonflik khususnya di Ambon, Ternate dan Poso, antara lain Hidup Amerika!, Hidup Australia!, Hidup Belanda!.
b) Teori Temuan
Berlakunya teori fungsional dari Talcott Parson karena konflik yang terjadi selama ini karena longgarnya ikatan system-sistem yang ada. Ada 4 komponen yang sudah longgar di wilayah rusuh: (1). Nilai-nilai dasar yang dianut masing-masing warga etnis, tidak proporsional memasuki kebudayaan; (2). Status dan hak pribadi tidak terjamin; (3). Prestise dijatuhkan; (4). Pemilikan dan pencaharian tidak terjamin.
Teori integrasi beresensi kohesi sosial tidak terjamin di lapangan penelitian karena: pertama, tidak diupayakan proporsi yang cukup dari setiap komponen aktor-aktor bisa bertindak sesuai dengan syarat-syarat keutuhan; kedua, Pembiaran pola-pola kebudayaan yang salah satunya gagal dalam menemukan suatu tata tertib yang minimal dan dengan permisif itu menimbulkan penyimpangan dan pertentangan Teori Malinowski tentang konflik akan terjadi jika dari berbagai pihak yang dipertemukan dalam satu wilayah kehidupan tidak dilandasi secara kuat oleh keuntungan timbal balik recipro city dibawah prinsip-rinsip legal. Dari temuan menunjukkan kebenaran ini, karena prinsip reciprositas dan legalitas hampir tidak jelas fungsinya. Model Kebudayaan Dominan yang dikembangkan Edwar Bruner dan digunakan Parsudi Suparlan menganalisis kasus-kasus Bandung, Ambon dan Sambas. Dinyatakannya: Adanya perbedaan dalam strategi beradaptasi orang Jawa di Bandung dengan strategi adaptasi orang Buton, Bugis dan Makassar (BBM) di Ambon, serta orang Madura di Sambas memperlihatkan mengapa konflik-konflik dapat muncul di kedua daerah terakhir. Dengan kata lain, aturan-aturan dalam kehidupan sosial yang bersumber pada kebudayaan dominan masyarakat setempat tidak diikuti oleh para pendatang dari Buton, Bugis, Makassar dan Madura.
Teori ini juga menunjukkan kebenarannya. Berarti proposisi yang diiringi premis-premis pendukung teori Talcott Parson, Malinowski serta Edwar Bruner yang diperkuat Parsudi Suparlan, terbukti di wilayah penelitian sekalipun proporsinya tidak terlalu berimbang untuk setiap wilayah. Akan tetapi kelemahan teori-teori ini seolah-olah memperlihatkan kedinamisan ide dan aktivitas masing-masing etnis dan agama di masing-masing lokal saja secara horizontal dan vertikal yang menyulut konflik. Padahal di seluruh wilayah penelitian keadaan itu hanya bersifat laten dan labil. Sementara yang berperan adalah pihak provokasi politisi yang menyentuh wilayah pemerintahan dan keamanan, pihak luar baik masih dari dalam negeri maupun pihak asing.

KESIMPULAN
Konflik yang terjadi yang berwujud wilayah rusuh di Indonesia merupakan akumulasi dari kerapuhan persatuan dan kesatuan warga masyarakat heterogen dalam satuan-satuan wilayah kebudayaan dengan kepentingan konspirasi kelompok-kelompok tertentu di dalam negeri serta pihak asing. Kepentingan itu dilaterbelakangi tujuan politik, ekonomi dan agama. Upaya itu tidak mencapai sasaran puncak karena ditingkat elit dan pelaksana pihak keamanan dan birokrasi mayoritas masih komit dengan negara kesatuan sehingga serius memperkecil zona konflik dan kefatalan pelbagai dampaknya. Masyarakat dari berbagai suku dan agama juga tidak memiliki basic yang kuat memasuki kancah konflik bahkan sebaliknya dari semula sudah terbiasa hidup rukun dan damai dalam pelbagai perbedaan. Namun begitu karena masyarakat telah semakin berpendidikan dan cerdas, ditambah dengan nuansa reformasi secara mencuatnya konsep HAM, mereka menginginkan agar pelbagai pihak yang terkait dengan pembangunan kehidupan mereka, seyogyanya mengikutsertakannya dalam merancang program itu sehingga sesuai sasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra (Editor) .1998. Agama Dalam Keragaman Etnik Di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI.
Achmadi Jayaputra dan Setyo Sumarno. 2000. Permasalahan Sosial Korban Kerusuhan Di Propinsi Sumawesi Tenggara, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Badan Kesejahteraan Sosial Nasional
Bohm, RP. C.J. Fatlolon, Dkn Costan, Fr. Pr (Ed.). 2002 Lintasan Peristiwa Kerusuhan Maluku tahun 1999-2002, Ambon: Keuskupan Amboina.
Coser, Lewis A. and Rosenberg, Bernard. 1976. Sociological Theory (Fourth Edition). USA: Macmillan Publishing Co., Inc.
Chambers, Robert. 1983. Rural Development: Putting the Last First. London: Longman Inc.
Dahrendorf, Ralf. 1986. Konflik Dan Konflik Dalam Masyarakat Industri (Sebuah Analisa Kritik). Terjemahan Ali Mandan dari judul aslinya: Class and Class Conflict in Industrial Society. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali
Depsos RI 1995 Pembangunan Kesejahteraan Sosial Di Indonesia. Jakarta: Terbitan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Depsos RI.
Effendi Johan, dkk. 1999 Sistem Siaga Dini (Untuk Kerusuhan Sosial). Jakarta: Terbitan Balitbang Agama Depag RI dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) IAIN Jakarta
Parsons, Talcott, 1986 Fungsionalisme Imperatrif (Ringkasan Soerjono Soekanto). Jakarta: Penerbit CV. Rajawali
Rusmin Tumanggor, Dkk. 2000. Kerukunan Hidup Dalam Konsepsi Berbagai Etnis Di DKI Jakarta. Jakarta: Hasil Penelitian LEMLIT IAIN Syahid Kerjasama dengan Bakor Bappeda DKI Jakarta..
Suparlan, Parsudi 1999 Kemajemukan, Hipotesis Kebudayaan Dominan dan Kesukubangsaan. Jakarta: (Jurnal Antropologi Indonesis Th. XXIII, No. 58 Januari-April 1999).


The Causes of the Korean War, 1950-1953
Ohn Chang-Il
Korea Military Academy

LATAR BELAKANG
Penyebab terjadinya konflik antara korea utara dan selatan dapat diperiksa dalam dua kategori, ideologi dan politik. Ideologis, pihak komunis, termasuk Uni Soviet, Cina, dan Korea Utara, yang diinginkan untuk mengamankan semenanjung Korea dan menggabungkannya dalam blok komunis. Politik, Uni Soviet dianggap semenanjung Korea dalam terang Polandia di Eropa Timur-sebagai batu loncatan untuk menyerang Rusia dan menyatakan bahwa pemerintah Korea harus "setia" ke Uni Soviet. Karena postur ini kebijakan dan strategis, pemerintah militer Soviet di Korea Utara (1945-1948) menolak setiap gagasan untuk mendirikan satu Korea pemerintah di bawah bimbingan Perserikatan Bangsa-Bangsa. perang ini juga sering disebut The Forgotten War ("perang yang terlupakan") dan The Unknown War ("perang yang tidak diketahui"). Amerika Serikat dan Soviet membuat perjanjian untuk membagi Korea menjadi dua, tanpa melibatkan pihak Korea. Sekutu secara sepihak memutuskan untuk membagi Korea tanpa melakukan konsultasi dengan pihak Korea sendiri.
Karena Korea Utara menyerang Korea Selatan dengan keyakinan bahwa mereka dapat memenangkan perang dan Komunis seluruh Semenanjung korea. kepercayaan Korea Utara untuk memenangkan pertempuran melawan Selatan tidak didasarkan pada harapan tapi pada keyakinan yang tinggi bahwa Utara pasukan Korea mampu mengamankan kemenangan mudah dalam perang. Bahkan, Korea Utara pasukan jauh lebih unggul dengan mereka yang Selatan di semua mungkin kategori kemampuan pertempuran dan kemampuan. Mereka bersenjata lengkap dengan senjata berat dan peralatan dipasok oleh Soviet Uni, juga dilatih oleh bijaksana bimbingan pendidikan militer Soviet dan pelatihan penasihat, sangat diperkuat dengan tentara Korea dan memerangi kepemimpinan, baik matang dalam Perang Saudara Cina (1927-1949) periode, dan diberi terkoordinasi melawan rencana disusun oleh Soviet militer perang-perencanaan penasihat. Setelah dinilai dari fakta-fakta, Utara Korea dan sponsornya, Uni Soviet dan Komunis Cina, mengantisipasi kemenangan mudah atas Korea Selatan, dengan ketentuan bahwa Amerika Serikat tidak campur tangan dengan pasukan korea selatan.

RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Korea menjadi negara yang terpecah ?
2. Apa peran Amerika Serikat dan Uni Soviet bermain di kursus memiliki dua Korea pemerintah yang didirikan di Korea, dan, dengan asumsi bahwa kedua bagian Korea adalah sama di hampir semua arena termasuk militer setelah Perang Pasifik (1941-1945)?

METODE PENELITIAN
Berdasarkan jurnal yang bersangkutan, pengambilan data dilakukan dengan melihat bukti-bukti terkait/ studi dokumen berupa telegram-telegram, memo, Artikel New York Times, Arsip-arsip rahasia Uni Soviet yang tidak dipublikasikan, Laporan-laporan Kim lI sung ketika kunjungan ke Uni Soviet.

HASIL PENELITIAN
Dari studi dokumen yang dicari oleh peneliti memang dapat dibuktikan dengan telegram-telegram atau pesan-pesan yang dikirimkan oleh pihak korea selatan ke korea utara ataupun sebaliknya pesan atau telegram yang dikirimkan pihak korea utara ke korea selatan ataupun ke pihak-pihak lainnya yang berkaitan. Dari sini dapat dibuktikan bahwa ada kaitannya perang dingin dengan penyebab ataupun pengaruhnya dengan korea selatan dan utara.
Setelah berjuang selama satu tahun, kedua belah pihak dibebaskan pada pandangan bahwa Korea masalah terlalu kompleks untuk diselesaikan dengan cara militer saja. Hasilnya adalah gencatan senjata terhormat, kedua belah pihak masih meninggalkan masih meninggalkan permasalahan yang belum tuntas hingga sekarang, menghasilkan dua pemenang, bukan satu pemenang dan pecundang lainnya. Kesimpulan dari perang dengan cara ini, gencatan senjata-bukan perdamaian, sebenarnya mengatur beberapa tahap pada perang di Korea semenanjung, yaitu, perang subversif, menggunakan semua jenis kekerasan dan damai tampaknya menjadi cara dan sarana, khususnya dengan Korea Utara. Korea Utara, setelah gagal Komunis Korea dengan cara militer, setelah terlibat dalam perang subversive melawan Korea Selatan. Dalam rangka untuk menggulingkan pemerintah Korea Selatan dengan memobilisasi semua tersedia destruktif dan mengganggu, menipu dan langkah-langkah licik dan berarti pasca periode Perang Dingin. Dalam hal ini, Perang Korea tidak benar-benar berakhir. Penyebab mendasar dari Perang Korea masih lingers di semenanjung Korea, peternakan insiden seperti tenggelamnya kapal patroli Cheonan pada tanggal 26 Maret 2010. Tidak diragukan lainnya asimetris serangan terhadap Korea Selatan pada dan di bawah tanah, di laut dan di udara, akan terjadi di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
SWNCC Meeting Minutes, August 12, 1945, in Foreign Relations of the United States [hereafter, FRUS], 1945, vol. 6, p. 645; Memo by Dean Rusk, July 12, 1950, FRUS, 1945, vol. 6, p. 1039; James F. Schnabel, Policy and Direction: The First Year (Washington, D. C.: Government Printing Office, 1972), pp. 8-9.
Memo from the Secretary of the JCS to the SWNCC, August 14, 1945, SWNCC 21-Series, Record Group (RG) 319, ABC 014 Japan (13 April 1944), sec., 1-A, National Archives (NA), Washington, D. C.
Stalin to Truman, telegram, August 16, 1945, enclosed in Memo, From Admiral Leahy to General Marshall, April 29, 1947, RG 59, 740.00119 Control (Japan)/4-2947, NA. President Truman sent this approved General Order No. 1 to the British Prime Minister on August 15, 1945. See Byrnes to Winant, August 16, 1945, RG 59, 740.00119 Pacific War/8-1645, NA.
Soviet Top Secret Documents Relating to the Korean War, 3, pp. 6-10; Stalin’s conversation with the DPRK’s government delegation headed by Kim Il-sung, March 5, 1949, quoted in Bajanov and Bajanova, The Korean Conflict, 1950-1953, pp. 4-6.
Tunkin’s cable to the Kremlin, September 14, 1949, Archives of the President of Russia, pp. 1-8, quoted ibid., pp. 23-4.
Austin to Secretary of State, February 24, 1948, FRUS, 1948, vol. 6, pp. 1128-29; New York Times, February 20, 25, 27, 1948.


IMPLICATIONS OF THE DEMOCRACY-DEVELOPMENT RELATIONSHIP FOR CONFLICT RESOLUTION
Dirk Kotzé

LATAR BELAKANG
Penelitian ini menunjukkan bahwa sehubungan dengan rezim demokrasi, pembangunan ekonomi adalah yang lebih penting daripada faktor variabel warisan politik, agama atau bahasa.
pertumbuhan yang tinggi dan hilangnya penghasilan pribadi berpotensi sebagai ancaman demokratis terhadap konsolidasi dan stabilitas, dan distribusi pendapatan egaliter kondusif untuk daya tahan demokratis. Data dari negara-negara Afrika yang digunakan untuk menguji kesimpulan umum ini. Data ini memenuhi syarat hubungan antara pertumbuhan dan demokrasi, dan menggeser fokus lebih kepada dampak sosial dari seiring berjalannya pertumbuhan pendapatan per seorangan.dan pertumbuhan pembangunan manusia lebih rendah dari pemberitahuan tentang hubungan demokrasi itu sendiri.
Ideologi adalah penyebab konflik sementara dalam demokrasi, ada pandangan yang menyatakan bahwa demokrasi bukanlah jaminan terhadap adanya konflik. Disisi lain demokrasi tidak saling berhubungan satu sama lain terhadap konflik, ada hal lain yang menyebbkan konflik salah satunya adalah factor social-ekonomi, pembangunan sosio-ekonomi dianggap
berupa katalis untuk demokratis, atau konsekuensi dari demokratis.. Dan dalam konteks ‘'Deklarasi Demokrasi, Pemerintahan Politik, Ekonomi’ uni afrika dan kementriannya untuk pemerintahan yang baru untuk Afrika bekerjasama dengan Paket Bank Dunia mmbicarakan tentang persyaratan seperti konsep tata pemerintahan yang baik dan demokratisasi multi-partai, serta penyesuaian struktur ekonomi. Dalam pandangannya,terhadap penyesuaian struktural, atau pengentasan kemiskinan. Sebagai strategi analisis konflik untuk yang terkena dampak kemiskinan dapat berfungsi sebagai cetak biru dalam sosio-ekonomi.
Sebuah Negara predaktor atau suatu negara tanpa kapasitas kelembagaan yang diperlukan seringkali menjadi penyebab konflik. Pandangan tentang keadaan benar dilembagakan menjadi fokus Dunia Bank Dunia Laporan Pembangunan, Negara di Dunia yang Berubah, pada tahun 1997. Banyak penelitian telah dilakukan tentang hubungan antara demokrasi dan pembangunan yang serupa dengan penelitian tentang hubungan antara demokrasi dan pembangunan di satu sisi, dan resolusi konflik di sisi lain, tidak begitu tersedia. Contoh, terkenal praktis dimana tiga serangkai ini korelasi yang dianut, adalah pandangan Swedia Pembangunan Internasional Cooperation Agency (SIDA) pada bantuan kemanusiaan. Salah satu dokumen menyatakan kebijakan (SIDA 1999:1): Program kerjasama pembangunan dapat berkontribusi mencegah konflik bersenjata sebelum mereka keluar dengan bantuan target proyek pembangunan, program untuk penguatan demokrasi dan hak asasi manusia, program kerjasama regional dan mendukung komunikasi antara pihak yang bermusuhan. Dalam hal ini adalah untuk berkonsentrasi terlebih dahulu pada resolusi konflik sebagai Konsep - khususnya berbagai pendekatan yang digunakan, bagaimana mereka mendefinisikan esensi konflik dan apakah demokrasi pengembangan memiliki fungsi mana saja di mereka. Selanjutnya kita meringkas penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara demokrasi dan pembangunan. Akhirnya, kita mengintegrasikan analisis kami resolusi konflik dalam penelitian pada demokrasi pengembangan dan menyelidiki logis mungkin korelasi antara mereka. Penelitian ini tidak mencakup investigasi empiris korelasi mungkin antara resolusi konflik dan demokrasi pembangunan. Atas dasar kesimpulan ini kualitatif empiris studi dapat mengikuti kemudian.

METODE PENELITIAN
1. Behaviouralist dan instrumentalis (pendekatan strukturalis)
2. Para instrumentalis dan pendekatan intrinsik

CARA PENGUJIAN
Data dari negara-negara Afrika digunakan untuk menguji kesimpulan umum

LANGKAH PENGUJIAN
1. Sifat resolusi konflik diteliti
2. Hubungan antara demokrasi dan pembangunan ekonomi diselidiki
3. Sifat demokrasi dianalisa untuk menentukan bagaimana pembangunan dan resolusi konflik dapat ditampung ke dalam komposisi

HIPOTESIS
1. Demokratisasi secara langsung dan positif berkorelasi dengan resolusi konflik atau pencegahan
2. Pembangunan sosial-ekonomi secara langsung dan positif berkorelasi dengan demokrasi
3. Demokratisasi dan pembangunan sosial-ekonomi memberikan dasar struktural pas untuk menyelesaikan dan mencegah konflik

HASIL PENELITIAN
1. Demokratisasi (termasuk tata pemerintahan yang baik) secara langsung dan positif berkorelasi dengan resolusi konflik atau pencegahan. Kesimpulan dalam hal ini adalah demokrasi yang bukan merupakan konsep generik dan tergantung pada berbagai persepsi publik. Akar penyebab konflik harus dapat sejalan dengan khusus pemahaman demokrasi dalam lingkungan tertentu. Jika akar penyebab adalah tentang diskriminasi politik, tidak adanya kontrak sosial atau pelanggaran hak asasi manusia, sedangkan pemahaman dominan demokrasi adalah prosedural di alam, maka hubungan yang positif dan langsung antara demokratisasi dan resolusi konflik adalah sangat mungkin. Jika akar penyebab adalah tentang identitas hal-hal seperti agama atau asal (misalnya, tentang isi Ivoirité di 6 Pantai Gading) dan demokrasi substantif terutama dalam isi, maka demokrasi adalah kurang mungkin instrumen yang paling tepat untuk menyelesaikan konflik. Oleh karena itu tepat untuk menyimpulkan bahwa hipotesis pertama ditentukan oleh hubungan kontingen. Kesimpulan ini tidak secara langsung berlaku untuk gagasan 'demokrasi damai': klaim bahwa negara demokratis tidak terlibat dalam konflik dengan satu sama lain. 'Damai Demokratik lebih relevan untuk menjaga perdamaian dengan cara diplomatik daripada untuk membuat perdamaian.
2. Pembangunan sosial-ekonomi secara langsung dan berhubungan positif dengan demokrasi. Penelitian menyimpulkan bahwa rezim-rezim demokratis lebih sensitif terhadap ekonomi pembangunan daripada terhadap dampak warisan politik mereka, agama atau etnolinguistik keragaman atau lingkungan politik internasional. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang juga secara langsung dan positif berkorelasi kebebasan. Per kapita penghasilan sangat berkorelasi dengan tingkat stabilitas demokrasi, dan penurunan pendapatan di negara-negara berkembang meningkatkan kemungkinan penurunan demokratis. Mengenai pertumbuhan sebagai variabel, semua studi kasus tidak mendukung positif korelasi dengan pertumbuhan GNP riil per kapita, tetapi menunjukkan bahwa laju pertumbuhan dalam kaitannya dengan tingkat perekonomian pembangunan secara keseluruhan diperhitungkan. Pertumbuhan riil yang relatif rendah tetapi dengan besar, dampak yang nyata pada ekonomi, dapat menyebabkan lebih volatilitas dan ketidakstabilan demokratis dari pertumbuhan yang tinggi dengan sedikit dampak sosial. Perubahan distribusi pendapatan yang terkait dengan ekonomi pertumbuhan dan egalitarianisme tidak mendaftar dampak yang jelas pada demokrasi stabilitas, sehingga menyimpang dari kesimpulan penelitian Moene & Wallerstein's. Indeks pembangunan manusia sebagai indikator kualitas hidup yang lain variabel dengan tidak ada hubungan yang konsisten dengan stabilitas demokratis. Oleh karena itu, contoh Afrika mempertanyakan validitas korelasi teoritis antara demokrasi dan pembangunan ekonomi.
3. Demokratisasi dan pembangunan sosial-ekonomi memberikan dasar struktur yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik yang mengakar atau untuk mencegah konflik. Kesimpulan tentang hipotesis kedua pertanyaan korelasi yang konsisten antara demokrasi dan pembangunan. Oleh karena itu, fungsi mereka saling mendukung sebagai alat untuk menyelesaikan konflik adalah inheren dipertanyakan.

KESIMPULAN
Rezim demokratis durabilitas lebih sensitif terhadap perubahan dalam indikator pembangunan (seperti pertumbuhan, volatilitas atau distribusi pendapatan) dari pada daya tahan rezim non-demokratis. Ekonomi faktor pembangunan juga tidak katalis untuk demokratisasi.
Kesimpulan keseluruhan adalah bahwa baik demokratisasi maupun ekonomi pembangunan, atau kombinasi dari mereka dapat diterapkan dalam semua keadaan untuk resolusi konflik.

DAFTAR PUSTAKA
Bratton, Michael & Mattes, Robert 2001. Support for democracy in Africa: intrinsic or instrumental? British Journal of Political Science. Vol.31 part 3(July).
Brown, Michael E., Lynn-Jones, Sean M. & Miller, Steven E. (eds.) 1996. Debating the Democratic Peace. Cambridge, Mass: The MIT Press.
Deng, Francis M. & Zartman, I. William (eds.) 1991. Conflict Resolution in Africa. Washington, DC: Brookings Institution.
Mattes, Robert, Davids, Yul Derek & Africa, Cherrel. 2000. Views of Democracy in South Africa and the Region: Trends and Comparisons. The Afrobarometer series, No.2. Rondebosch: IDASA for the Southern African Democracy Barometer.
Ohlson, Thomas 1998. Power Politics and Peace Politics: Intra-state Conflict Resolution in Southern Africa. Uppsala: Department of Peace and Conflict Research, Uppsala University.
Quinn, Dennis P. & Woolley, John T. 2001. Democracy and national economic performance: the preference for stability. American Journal of Political Science. 45(3) (July).
Sandole, Dennis J.D. & Van der Merwe, Hugo (eds.) 1993. Conflict Resolution Theory and Practice: Integration and Application. Manchester & New York: Manchester University Press.
SIDA 1999. Strategy for conflict management and peace-building. Stockholm: SIDA (Division for Humanitarian Assistance).
Turkish Daily News (‘‘PM Erdogan says it takes time for economy to digest reforms’), 9 May 2005 (http://www.turkishdailynews.com.tr/article.php?enewsid=12806).

Sabtu, 09 Oktober 2010

KLUB BASKET RODATAMA

Klub basket rodatama didirikan oleh Ronny Ratmansyah, S.sos. Berdiri pada tanggal 28 agustus 2005 dan diresmikan pada tanggal 7 juli 2007. Bertempat di Jl Pondok Kelapa Timur Kav. PTB DKI Blok E4/10, Rt 010/Rw 11, Jakarta Timur.
Awalnya Ronny adalah seorang pelatih basket di SMA Negeri 103 Jakarta. Lalu Ia ingin membuatkan sebuah klub basket khusus untuk para pemain basket SMA Negeri 103 Jakarta yang Ia latih supaya apabila mereka telah lulus dari SMA tersebut tetap dapat menyalurkan bakatnya. Namun dalam perkembangannya Ronny memperluas klub yang Ia bentuk untuk umum, sehingga siapapun yang ingin meyalurkan dan mengembangkan bakat dibidang basket dapat bergabung di klub Rodatama.
Visi Rodatama adalah menanamkan jiwa sportivitas sejak dini dan berdedikasi membangun Indonesia, sedangkan misinya adalah mengembangkan dan menanamkan minat serta bakat anak di bidang olahraga, khususnya basket.
Para anggota Rodatama biasa berlatih di lapangan basket Rw 11 Blok D, Pondok Kelapa, Kalimalang, Jakarta Timur. Untuk waktunya, setiap hari Sabtu dimulai dari pukul 08:30-11-00, Selasa dan Jumat pukul 15:15-17:45 dan Minggu pada pukul 06:00-08:30.
Achievement yang telah di raih Rodatama sudah cukup banyak, yaitu Juara 1 3on3 Salira Cup (2006), Juara 3 DPR BS CUP IV divisi team (Oct 2007), Juara 1 U-16 putra kejuaraan klub JakPus (March 2008), Semifinalis kejuaraan DKI U-16 putra (August 2008), Juara 2 DPR BS V 16 Putra team (Jan 2009), Juara 2 kejuaraan klub JakPus U-14 putri (Feb 2009), Juara 2 kejuaraan klub JakPus U-16 putra (Feb 2009), Juara 3 kejuaraan klub JakPus U-16 putri (Feb 2009), Juara 3 kejuaraan klub JakPus U-18 putri (Feb 2009), Juara 3 kejuaraan klub JakPus U-18 putra (Feb 2009), Juara 2 kejuaraan L.A Light cup (juni 2009).

Sabtu, 05 Juni 2010

Sahabat Vs Kebiasaan Buruknya

Sahabat Vs Kebiasaan Buruknya
Kalau teman kita punya kebiasaan buruk, itu sih memang urusan dia. Tapi kalau sampai mengganggu kenyamanan kita, ya enggak bisa dicuekin, dong!
Suatu sore Rani dan Lia hang out di coffee house. Tiba-tiba serombongan cowok ganteng masuk dan nyaris duduk di maja sebelah mereka. Kalau saja Lia makan lebih rapi dan lebih manis, mungkin malam itu Rani bisa bersorak gembira karena sudah kenalan dengan cowok ganteng! Tentu saja Rani bete karena kejadian ini sudah berulang kali dan gawatnya Lia seperti tidak menyadari kalau kebiasaan buruknya itu mengganggu teman-temannya.
Kebiasaan mengganggu itu sendiri enggak Cuma berupa cara makan yang berantakan, bisa juga kebiasaan nyontek yang norak, nelepon lama di tengah malam, mengeluh terus-terusan, pinjam barang enggak bilang-bilang, atau kebiasaan utang (dan lebih ganggu lagi kalau sobat lupa untuk mengembalikan!). pokoknya sekilas seperti hal yang sepele, tapi ternyata mengganggu karena dilakukan secara terus-menerus!
Balik lagi ke Rani, dia merasa serba salah karena sulit sekali memberitahukan sahabat dekatnya tentang hal itu tanpa membuatnya tersinggung. Kalau kita ada diposisi seperti Rani, apa yang kira-kira kita lakukan ya?
 Humor sebagai bumbu
Sampaikan teguran dengan bentuk humor. Humor bisa menetralkan kesan menggurui atau mempermalukan dari info yang kita ingin sampaikan. Kalau suatu saat Lia melakukan kebiasaan buruknya itu kembali, Rani bisa berkata seperti ini: “ya ampyuuun Li, jangan samapi gue harus pasang jaring-jaring di depan muka lo supaya meja lo enggak berantakan penuh remah makanan begini!” jangan lupa senyum dan tertawa sewaktu action, oke?
 Langsung dan jujur
Sampaikan teguran secara langsung dan jujur. Namun yang harus diperhatikan adalah intonasi dan body language kita ketika mengajak dia berbicara. Ajak dia duduk dan katakan dengan perlahan dan intonasi yang tidak meninggi. Rani bisa aja bilang, “Li, sorrrriiiii banget, jangan marah ya, tapi menurut gue cara makan lo itu agak jorok deh. Gue agak tergangu sebenarnya, kira-kira lo bisa ubah enggak ya?” mood sobat sangat penting disini, pastikan mood dia lagi bagus!
 Gunakan perumpamaan
Awalnya sampaikan dengan menggunakan perumpamaan orang lain, baru kemudian ke sahabat kita. Rani bisa bilang, “Duh, gila si Deta makannya parah baget, loh! Jorok banget! Pantesan dia enggak punya cowok sampai sekarang. Hati-hati loh Li, bisa-bisa lo juga bernasib seperti dia kalau cara makan lo enggak diubah!” cara ini berkesan teguran enggak langsung dan sobat enggak kita tempatkan pada posisi “si tertuduh”.
 Pujian ampuh
Sampaikan teguran setelah kita memberikan pujian supaya sobat kita enggak merasa dijelek-jelekan. Rani bisa bilang “Menuruh gue, lo tuh beruntung banget ya Li. Sudah cantik, gaul, pinter pula. Eh, kalau cara makan lo bisa lebih manis dan enggak jorok, lo sempurna banget deh!”.

Memberikan teguran seperti itu enggak menjadikan kita si jahat yang selalu mengkritik teman-teman kita. Ini untuk kebaikan sobat juga, apalagi kalau kebiasaan ini sudah sangat mengganggu orang lain dan jadi bahan pembicaraan. Ini justru menunjukkan kita care sama teman kita. Jadi, sudah tahu kan, harus pakai strategi yang mana?

Olahraga yuk!

Olahraga yuk!
Badan sehat dan bugar didapat jika pola hidup kita seimbang. Yaitu makan teratur dan bergizi, minum delapan gelas air putih sehari, rajin olahraga, dan cukup istirahat.
“jam olahraga di sekolah saja tidak cukup,” ujar Dr Leane Sunipar, Msc. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan ahli gizi pasca sarjana FKUI ini menyarankan setidaknya kita berolahraga tiga sampai empat kali seminggu, masing-masing minimal 30 menit sampai satu jam.
“kalau lebih dari itu juga boleh, tergantung tujuannya dan ada yang biikin programnya dan memantau kemungkinan cedera. Kalau atlet bisa jam enam smapai jam tujuh pagi lari. Lalu jam sembilan sampai jam duabelas siang olahraga lagi. Dan setelah istirahat ketiga kalinya, pukul tiga sampai enam sore boleh olahraga lagi. Ini untuk mengejar daya tahan dan tercapainya target fisik yang dituntut olahraga itu,” terang dokter yang pernah ikut Olimpiade Montreal tahun 1976, sebagai atlet panahan.
Dokter cantik yang jadi direktur penunjang medik-akademik RSU FK UKI Jakarta ini juga enggak melarang kita ikut fitnes yang sedang menjamur. “Selama ada pelatih yang mengawasi itu bagus.” Malah ia menambahkan, makin banyak variasi olahraga yang kita lakukan makin baik. Misalnya hari ini renang, lusa jogging. “Olahraga yang bentuknya permainan seperti volley, basket, softball, tenis, malah bagus karena enggak bikin bosan dan melatih otot-otot bagian tubuh kita secara bergantian.
Biar olahraga lebih menyenangkan:
 Pilih beberapa jenis olahraga yang kita sukai.
 Ajak teman-teman.
 Tentukan waktu dan tempat yang nyaman.
 Tambahkan musik biar lebih semangat.
 Tidak berolahraga berlebihan. Tambah intensitas dan beban seiring waktu. Misal seminggu ini sit up cukup 15 kali tiap latihan, minggu depan boleh dilipatgandakan.
Berolahraga tanpa terasa
Berolahraga itu bisa dilakukan kapan saja. Banyak kegiatan sehari-hari yang membuat tubuh kita cukup melakukan gerakan olahraga. Ini patokan dari American Council of Exercise:
 Cuci mobil selama 20 menit bisa membakar 60 kalori.
 Jalan-jalan selama 30 menit membakar 129 kalori. Lima belas menit keliling mal bisa membakar 40 kalori. Padahal kita biasa keliling mal berjam-jam tanpa terasa. Kita juga bisa nyoba kalau berangkat sekolah/kuliah naik kendaraan, turun minimal 50 meter sebelum sampai supaya sempat jalan kaki. Atau ajak anjing kita berjalan-jalan.
 Membereskan rumah selama 15 menit seperti:
• Merapikan lemari bisa membakar 50 kalori.
• Menyedot debu di karpet kamar membakar 36 kalori.
• Menyikat atau mengepel lantai membakar 87 kalori.
• Membersihkan jendela membakar 47 kalori.
• Menari-nari seperti 15 menit jamming, jingkrak-jingkrak, dance bisa membakar 83 kalori.
• Bergosip ria lewat chattiing selama sejam bisa membakar 21 kalori.
• Bermain kejar-kejaran 30 menit membakar 129 kalori.
• Main ayunan jika kita menggerakkan badan dan kaki untuk mendorong ayunan, selama 30 menit bisa membakar 113 kalori.
• Main skate board satu jam membakar 225 kalori.
• Ice skating satu jam membakar 350 kalori.

Memulai Hari Dengan Cerah

Memulai Hari Dengan Cerah

 Hari esok yang cerah dimulai di malam hari. Cobalah tidur cukup. Jika punya masalah, yakinkan masih ada esok untuk menyelesaikannya.
 Bangun lebih pagi. Kalau bisa dini hari, pas matahari terbit. Lalu jalan-jalan untuk mendapat udara segar. Saat itulah paling tepat menemukan sisi damai diri kita.
 Jangan terburu-buru melakukan aktivitas. Resapi suasana pagi sambil mengucapkan syukur. Segarkan tubuh dengan minum air putih. Lalu mandi. Berkaca sambil tersenyum pada diri sendiri selama 20 detik.
 Sarapan yang baik adalah modal kebugaran tubuh sepanjang hari. Jangan isi dengan makanan berlemak jenuh seperti kornet atau daging olahan. Sebaiknya sempatkan makan buah dan jus segar serta susu.
 Sapa dan tersenyum pada orang-orang yang kita jumpai. Balasan senyum atau sapaan akan mencerahkan hari kita.
 Jangan mengeluh apapun yang terjadi. Jalanan macet, hari hujan. Dalam segala hal, lebih baik mensyukuri dan melihat sisi baiknya.

I Love Sunshine!

I Love Sunshine!
Biar fresh seharian, bisa dimulai dengan bangun pagi…
Huaaa…pagi hari sudah dating lagi. Rasanya baru memejamkan mata. Aduh, kok berat banget sih membuka mata. Ups, ini “penyakit” pagi selalu berulang setiap kali weker berbunyi. Padahal rasa malas yang dimanjain itu seringkali jadi menetap seharian lho. Ruginya, wajah jadi enggak kelihatan fresh, tubuh pun terasa lemas terus. Wake up, enggak ada waktu lagi buat malas-malasan. Mau segat dan cerah terus?makanya coba deh untuk…

…be a sleeping beauty!
Tidur cukup bisa menghilangkan semua rasa penat dan lelah setelah seharian sibuk. Bangun pun bisa lebih pagi, dan efeknya enggak ada lagi tuh kentung mata atau lingkaran hitam yang bikin wajah jad enggak fresh.

…memulai pagi dengan mulut bersih
Bau mulut bisa bikin bete semua orang. Kalau bangun pagi langsung sikat gigi dan diakhiri dengan kumur-kumur dengan obat antiseptic, seharian kita akan pede dan segar.

…ngintip dapur mama
Lingakaran hitam yang udah terlanjur muncul bisa bikin wajah kita jauh dari fresh. Nyiasatinnya? Tempel the celup dingin beberapa menit, atau irisan mentimun. Konon kandungan di dalamnya bisa mendinginkan aliran darah di bawah mata.

…merubah gaya rambut
Rambut yang modelnya udah enggak karuan atau bad hair day karena enggak sempat keramas, bisa bikin wajah jadi enggak fresh. Enggak perlu takut merubah gaya rambut kita. Coba potongan yang benar-benar beda. Simsalabim, wajahpun jadi beda dan fresh.

…wangi terus!
Siapapun pasti merasa happy kalau dekat dengan orang yang wangi. Asal enggak berlebihan, rasa segar dari body cologne atau body splash yang kita palai bisa menularkan keceriaan dimana-mana lho. Hmm..siapa sih yang barusan lewat? Segar banget deh.

Enggak Cuma Indah Dipandang, Tapi Bisa Berpengaruh, lho!

Enggak Cuma Indah Dipandang, Tapi Bisa Berpengaruh, lho!

Warna dipercaya punya pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan kita. Dengan ‘bermain’ warna, kita bahkan bisa mengubah mood dan hati kita dari yang awalnya bete jadi ceria lagi! Enggak percaya? Buktiin saja sendiri.

KUNING adalah symbol matahari dan keagungan bagi bangsa cina. Warnanya yang terang bisa meningkatkan energi dan ‘menghangatkan’ hati. Jadi, kalau kita lagi ngerasa bete, coba deh pakai T-Shirt atau aksesoris berwarna kuning agar suasana hati kita bisa happy lagi. Sayangnya, kuning dianggap kurang cocok untuk mewarnai kamar karena terkesan menyilaukan dan enggak bikin sejuk.

ORANYE dianggap warna yang dinamis karena merupakan campuran warna merah dan kuning yang ‘berenergi’. Karena sifatnya inilah oranye dianggap melambangkan youthful alias keremajaan. Pemakai warna ini akan dianggap ceria dan lebih ‘muda’. Dibandingkan kuning, warna oranye lebih memungkinkan buat mewarnai kamar karena berkesan friendly.

MERAH adalah warna yang powerful dan berenergi. Selain dapat meningkatkan energi, memakai segala sesuatu yang berwarna merah juga bisa membantu kita jadi pusat perhatian. So, kalau pengen semua mata tertuju pada kita, pakai deh baju warna merah. Tapi kalau lagi nggak pengen jadi pusat perhatian, sebaiknya hindari warna-warna merah, kuning, atau oranye.

UNGU adalah warna bunga lavender yang dianggap romantis, feminine, dan elegan. Kalau pengen tampil anggun, gaun berwarna ungu bisa jadi pilihan yang tepat. Tapi intensitas warna ungu yang kita pilih juga enggak boleh sembarangan. Ungu tua justru berkesan gloomy dan misterius. Yang pas buat kita adalah warna ungu muda yang dipadukan dengan pink karena terkesan trendy and girly.

BIRU adalah warna yang memberi kesan damai, sejuk, santai, dan dingin. Makanya, biru disukai oleh hamper tiap orang. Kalau pikiran kita lagi suntuk, ada baiknya sering-sering menatap warna ini biar suntuknya hilang. Makanya warna ini bagus banget buat mewarnai kamar karena pancarannya yang sejuk bisa membawa kita ke alam mimpi yang indah.

HIJAU adalah simbol alam dan kehidupan. Dari semua warna, hijau merupakan warna yang paling menyejukkan bagi mata kita. Dengan hanya menatapnya, kita dapat merasa segar kembali setelah capek seharian melakukan berbagai aktivitas. Itu sebabnya kalau kita sedang merasa stres atau suntuk, jalan-jalan deh ke kebun atau memandangi pepohonan hijau, pasti bisa fresh lagi!

Mirip dengan biru dan hijau, TURQUOISE juga termasuk warna yang memberi kesan damai dan gentle yang bisa membuat hati kita ceria. Pancaran warnanya yang cerah menimbulkan kebahagiaan buat siapa saja yang mengenakan maupun melihatnya. Pakai deh aksesoris berwarna turquoise untuk memberi kesan ceria, segar, dan feminine. Buat kita yang lincah, warna ini makin bikin kelihatan cantik dan elegan, lho.

PUTIH, si suci dan bersih. Selain itu, warna putih juga memberi kesan hangat dan tenang. Buat sebagian orang, putih malah sering dianggap simbol keromantisan. Putih juga berkesan sederhana karena warnanya yang ‘polos’. Warna putih yang polos ini bisa matching dengan warna apapun tanpa mengurangi kesan simple-nya. Itu sebabnya kita wajib punya atasan atau bawahan warna putih.

HITAM, identik dengan kesan duka dan misterius. Baju warna inilah yang umumnya dikenalnya orang saat sedang berduka. Jadi, kalau suasana hati kita lagi murung dan sedih, ada baiknya menghindari warna ini karena enggak bisa ‘memperbaiki’ mood. Tapi keuntungannya, hitam juga menandakan kekuatan dan buat yang punya badan agak ‘subur’, pakaian hitam justru bikin kita kelihatan lebih langsing.

Awas, salah pilih pacar!

Awas, salah pilih pacar!
Cowok yang enggak tepat nantinya Cuma menyakitkan saja. Coba teliti. Jika mengidap dua atau lebih tanda-tanda berikut, kayaknya kita salah pilih pacar deh.
1. Merasa tertekan
Setelah punya pacar kita bukannya gembira tapi merasa tertekan. Mau apa-apa harus minta persetujuan dia. Kalau ada kelakuan kita yang enggak berkenan di matanya, kita deg-degan takut kena marah. Dan enggak bisa bebas jadi diri sendiri, harus jaim sesuai kriteria cewek idamannya. Kita harus selalu menjaga sikap dan perasaannya, dengan mengabaikan perasaan sendiri. Kita cemas kalau-kalau dia akan lari dari kita. Waduh, punya pacar kok malah bikin stres!
2. Gerakan dibatasi
Pacar membatasi pergaulan kita, menentukan sama siapa kita boleh jalan, bahkan kita mau mengembangkan diri juga enggak boleh. Semua waktu buat doa seorang. Ini tanda-tanda cowok posesif.
3. Banyak peringatan
Orang tua, teman-teman dekat, banyak yang ‘mengomeli’ kita. Mereka bilang agar kita melupakan dia, dan membeberkan kelakuannya yang enggak oke. Pacar enggak peduli dan enggak mau dekat-dekat sama teman-teman kita. Dia enggak bisa menciptakan hubungan yang harmoni sama lingkungan.
4. Suka berantem
Kita marahan melulu. Dia menguras emosi kita, dan membuat kita berderai airmata. Apalagi kalu cowok mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakiti fisik kita. Walau dia minta-minta maaf, mending jangan diberi ampun. Percaya deh, dia tidak segan mengulanginya suatu hari nanti.
5. Nilai jelek
Sejak pacaran sama dia, nilai-nilai makin merosot. Kita lebih suka melamun daripada bikin PR. Dan dia sama sekali enggak mengingatkan kita untuk memenuhi kewajiban kita. Dia hanya bisa larut dalam cinta, tapi enggak bisa saling mendukung dalam prestasi. Lebih-lebih kalau dia memberi pengaruh buruk, seperti merokok dan bersikap enggak sopan ke orang tua.
6. Dia pelit
Perhatiannya ke kita lebih sedikit dari perhatian yang kita berikan ke dia. Dia pelit duit, waktu, dan energi. Ini sudah jelas dong.
7. Sering bohong
Apa yang dikatakannya sering kebalikan dari kelakuannya. Dia banyak janji dan jarang menepati. Lebih parah kalau dia berkelit setelah kepergok bohong. Duh!
8. Terlalu beda
Supaya cocok enggak harus sama minat dan kesenangan. Tapi kalau bedanya sudah kelewat takaran (samapai 180 derajat), bisa timbul masalah. Jika toleransinya kurang besar dan salah satu kurang sabar, Cuma beda milih makan di mana saja bisa bikin perang dunia. Yang satu nuduh pasangan enggak nyambung, yang lain merasa selalu mengalah.
9. Dibayangi mantan
Dia masih suka menelepon mantan pacarnya, meminta pendapat mantan, juga janjian ketemu. Walau minta ijin kita, tetap bikin kita hiks hiks sedih dan sebal.
10. Menekankan fisik
Atas nama cinta dia berkeinginan melakukan keintiman seksual sama kita. Huh, padahal itu bukan cinta! Tapi atas nama hormon tertoron cowok yang sangat sensitif sama rangsang seksual. Dan kalau sudah dikasih, enggak akan berhenti. Mending putus sama sekali. Siapa yang bisa jamin cintanya taka akan luntur? Kalau sudah atas nama hormon, sama cewek tak dikenalpun dia mau melakukannya.
11. Terlalu tergantung
Cewek suka tersanjung kalau bisa menolong cowok. Tapi kalau dalam segala hal cowok itu selalu tergantung sama kita, lha apa yang bisa dilakukannya sendiri? Bagaimana dia bisa melindungi kita kalau belum bisa mandiri? Halo…kita ingin punya pacar bukan jadi baby sister.

Resep Supaya Enggak Gampang Bete

Resep Supaya Enggak Gampang Bete

Sedih, bete, dan bosen jadi satu. Mau ngapa-ngapain males. Stuck!
Gimana ya caranya supaya si kuman bete ini enggak hinggap di hati kita?
1. Olahraga teratur
Berolahraga membuat tubuh kita bergerak dan kembali berenergi karena reaksi-reaksi fisik yang dihasilkan. Kita jadi kembali semangat dan enggak loyo. Olahraga yang dimaksud enggak harus yang berat-berat, yang penting kita menggerakkan tubuh kita secara rutin. Kita bias putar lagu yang bersemangat kesayangan kita lalu gerakin badan sesuai beat.
2. Kurangi kafein dan makanan mengandung gula dan lemak
Kafein dan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak bikin kita merasa badan menggendut dan akhirnya kita jadi punya pandangan jelek terhadap tubuh kita sendiri. Akibatnya kita jadi suntuk seharian. Kafein dan makanan yang banyak mengandung gula memang memberi energi ekstra untuk kita, tetapi ujungnya kita jadi lebih capek dari sebelumnya.
3. Cari lingkungan yang oke
Teman di sekeliling kita mempengaruhi mood kita juga lho. Coba teliti teman-teman dekat kita, apa kebanyakan dari mereka tipe grumpy? Kalau ya, wah..hati-hati, jangan-jangan kita gampang banget suntuk. Makanya coba deh hanging out sama teman-teman yang ceria dan kocak supaya mood kita juga kebawa happy.
4. Cukup tidur
Pernah enggak tidur semalaman gara-gara panic mau ujian dan harus baca 2 buku yang amit-amit tebelnya? Well, jangan dibiasain, karena kekurangan tidur bias berakibat mood kita turun akibat kecapekan. Kebanyakan tidur juga bisa bikin kita suntuk karena ritme tubuh kita melambat dan akhirnya bawaan kita jadi ngantuk terus! Makanya, tidur yang cukup, dan kita siap berjuang untuk menghadapi hari.
5. Think positive
Isi hari-hari kita dengan kegiatan yang berguna seperti les bahasa atau belajar memasak. Pikiran kita terisi dengan hal-hal yang positif sehingga kita juga merasa positif terhadap diri kita sendiri.
6. Smile, it’s a wonderful world!
Kita tersenyum karena kita bahagia atau kita bahagia karena kita tersenyum? Duh pusing! Hmm..tapi coba deh sekarang tarik ujung bibir kita dan bikin senyum yang maniiis banget, gimana? Suasana hati juga jadi lebih ringan kan? Yupes, ternyata banyak senyum itu mempengaruhi suasana hati. Biasakan senyum disegala suasana, sama setiap orang, dan rasakan pengaruh positifnya ke dalam hati kita. Dengan gitu si kuman jahat yang namanya “bete” enggak akan lama hinggap di hati kita.

Referensi:
Kawanku No. 36/XXXIII

Mendeteksi Seseorang Habis Mabuk atau Tidak dari Rambut

Mendeteksi Seseorang Habis Mabuk atau Tidak dari Rambut
Dari rambut, bisa ketahuan seseorang habis mabuk atau enggak, bukan dari modelnya lho, tapi dari analisis zat didalamnya. Ketika seseorang minum minuman beralkohol, ada zat-zat tertentu yang tetap ada di tubuh. Contoh, zat lemak asam ethyl (FAEE) tersimpan dalam tubuh selama 12-18 jam setelah mabuk. Lalu, FAEE akan tersimpan dalam rambut. Hebatnya lagi, kadar FAEE mampu ngebedain yang pemabuk berat dan ringan. Menurut, Dr Friedrich Wurst dari The University of Basel, Swis, “Satu-satunya cara untuk menghilangkan bukti mabuk adalah mencukur semua rambut badan.” Wah, memang mabuk enggak ada gunanya!

Makan Si Hijau Biar Sehat

Makan Si Hijau Biar Sehat

Tahu kan kalau peranan sayur sangat besar buat tubuh yang sehat dan segar? Tapi sudah cukupkah mengenal kandungan yang terdapat didalamnya belum? Atau takaran yang segimana sih yang cukup kita konsumsi?

Sayur dan Takarannya
Kira-kira 20 tahun lalu, para ahli kesehatan dan lembaga-lembaga kesehatan di seluruh dunia, mulai menganjurkan setiap orang supaya lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran untuk kesehatan tubuh. Malah, dianjurkan 5 sampai 9 porsi sayuran sehari kudu dikonsumsi. Kalau ditakar-takar, kurang lebih sama dengan ½ kg sayur per hari-nya. Wets, cukup lumayan juga tuh buat tubuh kita.
Sebenarnya anjuran ini cukup masuk akal, mengingat besarnya ‘stres’ yang dibebankan pada tubuh. Lingkungan yang kotor maupun gaya hidup yang serab instant (salah satunya makan fast food demi kepraktisan) adalah beberapa contoh yang membebani tubuh. Bisa-bisa, tubuh kita butuh lebih banyak lagi sayuran daripada anjuran yang sudah disebutkan di atas.
Maka dari itu, sesuai dengan takaran yang pas, sebaiknya kita mulai mengkonsumsi sayuran setiap hari. Paling tidak dalam tiga kali mengkonsumsi makanan (pagi, siang, atau malam) ada nutrisi yang terserap dari sayuran. Sayuran dalam keadaan segar mempunyai kandungan enzim esensial untuk mengurangi nutrisi sehingga memungkinkan penyerapan nutrisi secara maksimal. Enzim dalam sayut inilah yang menjadi kunci kesehatan tubuh kita.
Sayuran yang biasa kita konsumsi sehari-hari punya manfaat dan kandungan yang beragam. Cek satu-satu yuk biar lebih kenal.
1. Bayam dan kangkung
Bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dengan kandungan vitamin A, C, mineral, kalsium, zat besi, dan kalium. Merupakan sumber energi yang cepat serta baik untuk anemia, kelelahan, dan gangguan tubuh.
Sebaiknya sayur bayam dikonsumsi langsung setelah dimasak agar kandungan zatnya dapat langsung diterima tubuh.
2. Brokoli
Brokoli mengandung zat anti kanker, serat yang tinggi, dan perlindungan terhadap jantung. Brokoli juga mengandung kalsium seperti susu yang penting dalam menjaga dan memelihara tulang. Brokoli yang segar dapat dikonsumsi bersama nasi atau kentang.
3. Mentimun
Kalium yang terdapat didalamnya membantu merangsang ginjal untuk membuang sisa metabolisme dan deposit lemak di dalam tubuh. Baik untuk kulit kering, kulit yang terbakar sinar matahari, gangguan hati, juga kesehatan di rambut dan kuku. Bias dikonsumsi dengan cara direbus atau dimasukkan ke dalam sayuran.
4. Seledri
Berfungsi sebagai pelarut melalui kandungan natriumnya untuk melepaskan deposit kalsium yang meyangkut di ginjal dan sendi. Kandungan magnesiumnya juga berguna untuk menghilangkan stres. Bias dikonsumsi melalui sayuran berkuah.
5. Selada
Kalau mau tahu, sayuran ini adalah salah satu cara efektif untuk menurunkan berat badan. Mengandung zat besi dan magnesium yang merangsang pembuluh darah untuk meningkatkan metabolisme tubuh.
6. Peterseli
Mengandung garam mineral yang tinggi yang dapat membantu memulihkan kesehat tubuh dengan menetralkan kondisi asam. Baik untuk alergi dan membuang raksa yang berlebihan di dalam tubuh. Dapat dimakan segar pada waktu makan malam.

Referensi:
Kawanku No. 36/XXXIII

Ditemukan gen yang mampu mengubah sifat jadi setia!

Ditemukan gen yang mampu mengubah sifat jadi setia!
Peneliti dari Yerkes National Primate Research Center of Emory University dan Atlanta’s Center for Behavioral Neuroscience di Amrik menenukan aktivitas suatu gen bisa mengubah perilaku sosial spesies. Tikus rumput dikenal sebagai binatang yang setia seumur hidup sama pasangannya. Dalam bagian otak tikus rumput yang disebut ventral pallidum, terdapat lebih banyak sel penerima hormon vasopressin dibandingkan tikus ladang. Tim peneliti lantas memasukkan sejenis gen yang meningkatkan sel reseptor dalam otak tikus ladang. Hasilnya, si tikus ladang jadi jarang melirik-lirik tikus lain dan lebih tertarik pada pasangannya. Penelitian ini sangat menarik karena kemungkinan menunjukkan sel penerima vasopressin di manusia juga berkaitan dengan cara seseorang berhubungan, ujar Larry Young, salah satu peneliti. Ehem, dicoba ke pacar kita saja, Pak!

Emm…Pa, Ma, Aku Mau Ngomong..

Emm…Pa, Ma, Aku Mau Ngomong..

Kita mengalami masalah enggak enak dan harus bilang ke ortu. Uuuh…gimana cara bilangnya, ya?
Situasi: Coba bayangin, kita mendapat nilai ‘merah’ si salah satu mata kuliah dan diharuskan mengulang, di-skors, atau enggak sengaja menabrakkan mobil ortu ke pagar orang lain! Dan mau enggak mau ortu HARUS tahu. Aduh!
Tenaaaang, ada tujuh langkah supaya bias kasih tahu ortu berita yang kurang meyenangkan.
Langkah 1
Saat yang pas
Menyampaikan berita enggak enak memang harus di saat yang tepat. Pilihlah saat yang kira-kira ‘aman’ kayak saat santai setelah makan malam keluarga. Jangan pilih waktu saat ortu baru pulang kantor atau sibuk mengurus masalah keluarga. Kalau lagi capek atau bingung, pasti ortu enggak bakal bias sabar untuk mendengarkan kita dan malah jadi emosi.

Langkah 2
Situasi enak
Kalau saat yang pas sudah ditemukan, sekarang saatnya bikin ortu ‘lebih bersahabat’ dengan kita. Mulailah dengan beramah-tamah dengan bikin kedekatan fisik antara kita dan ortu. Bias dengan duduk disebelahnya, atau mungkin bantuin mama beres-beres piring bekas makan malam.

Langkah 3
Obrolan manis
Sambil melakukan PDKT fisik ini, selipin juga obrolan-obrolan yang ‘hangat’ kayak, “si Tante Ana anaknya kelas berapa ya, Ma?” atau “Pa, tadi aku lihat DVD film kesukaan Papa, lho.” Jangan putus asa untuk mencari topic obrolan, ya.

Langkah 4
Saatnya tiba!
Setelah kira-kira ortu terlihat lebih santai dan mungkin malah banyak bertanya soal kita, inilah saatnya! Sampaikan berita mendebarkan ini dalam kalimat singkat yang langsung pada inti masalahnya. Jadi deg-degannya pun enggak perlu lama-lama.

Langkah 5
Tunggu
Yes! Kiat sudah selesai bilang nih. Eh…jangan langsung kabur atau juga malah sibuk bikin penjelasan macam-macam. Cukup tunggu saja reaksi mereka. Pastinya bikin keringat dingin, sih. Tapi kalau banyak bicara, nanti malah membingungkan dan semakin enggak cepat selesai.

Langkah 6
Kasih penjelasan
Ortu pasti bakal minta kita menjelaskan masalah lengkapnya. Baru deh, kita bias ngomong panjang lebar dan menceritakan kejadian lengkapnya dari awal sampai akhir. Yang pasti enggak pakai bohong! Yang paling penting sih, akui kalau kita salah dan janji enggak akan mengulangi lagi. Tapi, janjinya beneran ditepati ya!

Langkah 7
Tetap tinggal
Langkah terakhir adalah menguatkan mental kita untuk tetap tinggal di tempat dan mendengar keputusan ortu. Jangan pernah mau mengakhiri obrolan tanpa jawaban yang pasti. Supaya masalah kita juga langsung beres. Jangan lupa ngomong terima kasih sama ortu bila reaksi mereka sangat baik.

Oya, kalau belum berani untuk ngomong langsung, boleh kok, kirim SMS ke ortu kita. Yakin saja kalau kejujuran kita bakal tetap dihargai.

Aduh, Dia Mulai Aneh!

Aduh, Dia Mulai Aneh!
Jangankan nelepon duluan, kirim SMS aja enggak. Mau ketemuan aja susaaaah banget. Duh, tanda-tanda enggak bagus tuh! Apa yang musti kita lakukan kalau pacar kita berubah jadi ‘aneh’ gitu?
Introspeksi diri
Sebelum menyalahkan dia kerena kelakuannya yang ajaib begitu, yuk kita introspeksi diri. Siapa tahu kita melakukan kesalahan besar yang enggak disadari yang dia sebelin banget. Ingat-ingat lagi waktu ketemuan sama dia, apa yang dia katakan? Kapan terakhir dia menjadi aneh dan apa yang terjadi antara dia dan kita waktu itu? Tanya juga pendapat sahabat dekat kita, jangan-jangan kita sendiri enggak menyadari. Sahabet dekat mungkin bisa ngingetin kita.
Keep cool, jangan emosi dulu
Setelah introspeksi diri, eh, ternyata memang dari sisi kita enggak ada dosa nih! Dia saja yang tiba-tiba berubah aneh. Kesal enggak sih? Terus gimana dong? Pssst.. keep cool dulu, biar bagaimanapun semua masalah enggak akan selesai kalau kita marah-marah. Tenangkan emosi, ngumpul dulu bareng teman-teman yang mengerti masalah kita atau curhat sama kakak dan adik. Untuk urusan curhat juga harus diperhatikan. Pilihlah partner curhat yang tepat, yaitu yang bisa menenangkan kita. Jangan pilih si tukang adu domba yang bisa bikin emosi kita makin jadi! Wah, tambah enggak menyelesaikan masalah nanti! Tentu teman curhat ini pun harus bisa dipercaya. Enggak lucu kalau curhat kita beredar kemana-mana. Kalau sudah agak tenang, go for the next step: Ajak dia ngomong.
Momen dan strategi
Momen yang cocok adalah ketika mood dia lagi bagus dan dia enggak terlalu capek. Jangan coba ngajak ngomong setelah selesai ujian metematika atau setelah latihan basket. Ya masih capeklah dia. Orang yang kondisi fisiknya enggak fit dan pikirannya llelah lebih mudah tersinggung. Enggak mau kan urusan tambah ruwet gara-gara urusan sepele seperti salah timming?
Ketika sudah nemu waktu yang pas, sekarang kita pikirkan strategi untuk bertanya. Mulailah bercerita dari sisi kita. Gunakan awalan kalimat “aku”, dan jangan “kamu”, seperti “aku sedih” dan bukan “kamu bikin aku seidh”. Awalan “kamu” pada kalimat bisa membuat dia merasa sebagai pihak yang bersalah dan bisa-bisa dia tambah ngambek.

Gals, kalau kita sudah melakukan yang terbaik tapi pacar masih berkelakuan aneh dan yang paling parah dia minta putus, kita jangan menyalahkan diri sendiri. Ambil hikmahnya dan jadikan ini pengalaman berharga. Patah hati sah-sah saja, tapi jangan kelamaan ya, kerena masih banyak di luar sana yang jauh lebih baik dari si heartbreaker kita!

GANGGUAN ELIMINASI ENKOPRESIS

Pola pengeluaran feses di tempat yang tidak sesuai, terlepas apakah pengeluarannya adalah tidak disadari atau disengaja dalam DSM IV disebut sebagai enkopresis.
ETIOLOGI
• Tidak adanya latihan toilet (toilet training) yang tepat atau latihan yang tidak adekuat dapat memperlambat pencapaian kontinensia anak.
• Tetapi banyak anak enkopretik tidak memiliki masalah perilaku. Jika masalah perilaku terjadi, itu adalah akibat sosial pengeluaran kotoran.
• Enkopresis mungkin disertai dengan masalah perkembangan neurologi lain, termasuk distraksibilitas yang mudah, rentang atensi yang pendek, toleransi frustasi yang rendah, hiperaktivitas, dan koordinasi yang buruk. Kadang-kadang anak memiliki ketakutan khusus dalam menggunakan toilet. Enkopresis mungkin dicetuskan oleh peristiwa kehidupan, seperti kelahiran adik atau pindah ke rumah baru (sebagai media untuk protes).
DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS
• Jika feses keluar di tempat yang tidak semestinya secara teratur (sekurangnya sekali sebulan) selama tiga bulan.
• Mungkin ditemukan pada anak-anak yang memiliki kontrol usus dan dengan sengaja mengumpulkan fesenya didalam pakaian atau di tempat lain karena berbagai alasan emosional.
• Pada beberapa kasus anak mungkin tidak menunjukkan kendali yang adekuat terhadap otot sfingter, baik karena anak terlibat dalam aktifitas lain atau karena anak tidak menyadari prosesnya.
TERAPI
Psikoterapi adalah berguna meredakan ketegangan keluarga, mengobati reaksi anak enkopretik terhadap gejala mereka (seperti perasaan rendah diri dan isolasi sosial).

GANGGUAN ELIMINASI ENURESIS

Gangguan eliminasi enuresis mengacu pada ketidakmampuan untuk mengontrol buang air kecil. Penggunaan istilah ini biasanya terbatas untuk menggambarkan individu telah cukup usia untuk diharapkan melakukan kontrol tersebut. Jenis gangguan enuresis meliputi dua hal, yaitu nokturnal enuresis dan diurnal enuresis.
Enuresis adalah keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bila terjadi ketika tidur malam hari disebut enuresis nocturnal. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1 diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun.
Enuresis sendiri dikelompokkan menjadi enuresis primer, dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih tetap ngompol tetapi bila anak pernah ‘kering’ sedikitnya 6 bulan dan mendadak ngompol lagi maka dikelompokkan pada enuresis sekunder. Umumnya enuresis primer lebih banyak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor keturunan, apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anakkya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.
Enuresis primer disebabkan :
•Faktor genetik
•Keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat. Normalnya bila kandung kemih sudah penuh maka dikirim

pesan ke otak untuk mengeluarkan kencing dan balasan dari otak ialah agar kandung kencing dapat menahan sampai si anak siap ke toilet tetapi pada keadaan keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat maka proses ini tidak terjadi sehingga anak tidak dapat menahan kencing dan ngompol.
•Gangguan tidur. Tidur yang sangat dalam (deep sleep) akan menyebabkan anak tidak terbangun pada saat kandung
kencing sudah penuh.
•Hormon anti diuretik kurang. Hormon ini membuat produksi air kencing dimalam hari berkurang tapi bila hormon
kurang maka air kencing diproduksi terlalu banyak yang menyebabkan anak jadi ngompol.
•Kelainan anatomi, misalnya kandung kencing yang kecil.
Enuresis sekunder disebabkan :
•Stres kejiwaan: pelecehanseksual, mendapat adik baru, kematian dalam keluarga.
•Kondisi fisik terganggu: infeksi saluran kencing, diabetes, sembelit bahkan alergi.
Jadi ngompol itu tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan tetapi oleh banyak faktor lain.
Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas 7 tahun yang tidak berhasil diatasi tanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat kandung kencing dapat menahan lebih banyak kencing dan membantu ginjal untuk mengurangi produksi kencing. Pengobatan dengan obat-obatan tentulah memiliki efek samping.
•Obat-obat yang dipakai yaitu,dess mopres s in merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi
produksi air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing (intravesikular). Efek samping yang sering adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian obat. Dessmopresin diberikan sebelum tidur.
Obat lain yang dapat yaituimip ramin yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti. Ada teori yang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung kencing sehingga kemampuan pengisian kandung kencing dan kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk terhadap jantung.
•Cara mengatasi tanpa obat :
- terapi motivasi (motivational therapy)
dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan harian ngompol anak, bila
dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.
- terapi alarm (behaviour modification)
alarm diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi sehingga anak terbangun dan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak meneruskan buang air kecil di toilet. Cara ini dapat dikombinasikan dengan terapi motivasi. Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapa bulan. Cara ini memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%
- latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)
cara ini dilakukan pada anak yang memiliki kandung kencing yang kecil
-terapi kejiwaan(p h ys ioth erap y), terapi diet,
terapi hipnotis(h ypn oth erapy) belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, kafein.
Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anak bahkan dokter. Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya.
Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga mereka dapat mengatasi masalah ngompol pada dirinya. Karena ngompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosial dan psikologis yang akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri

GANGGUAN ELIMINASI

Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis.
Anak-anak yang bermasalah dengan pola pengeluaran feses atau urin ditempat abnormal (tempat yang tidak seharusnya) itulah yang disebut gangguan eliminasi. Jadi, apabila ada anak yang sudah berusia tujuh tahun atau lebih masih buang air kecil atau buang air besar dapat dikatakan anak tersebut mengalami gangguan eliminasi.

PENYEBAB GANGGUAN KOMUNIKASI FONOLOGIS

Gangguan fonologis bisa dikarenakan faktor usia yang mengakibatkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; dari susunan gigi geligi, bentuk rahang, sampai lidah yang mungkin masih kaku.
Beberapa kasus gangguan ini malah berkaitan dengan keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologis yang jadi penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan.
Sebab lainnya yaitu gangguan pendengaran. Bila anak tak bisa mendengar dengan jelas, otomatis perkembangan bicaranya terganggu. Tak kalah penting, faktor lingkungan, terutama bila anak tidak atau kurang dilatih berbicara secara benar juga dapat menjadi penyebab gangguan komunikasi fonologis tersebut.

PENANGANAN GANGGUAN KOMUNIKASI FONOLOGIS

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk penanganan gangguan komunikasi fonologis, misalnya dengan terapi bicara dan bawa anak tersebut berkonsultasi.
TERAPI BICARA
Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila dikarenakan gangguan neurologis, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berhubungan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sulit karena tergantung tingkat keterbelakangan mentalnya.
Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sulit, dianjurkan membawa anak berkonsultasi. Kriteria sulit: bila sudah mengganggu komunikasi atau kontak dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah bersekolah, gangguan ini bisa mempengaruhi prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, pengucapannya yang tak jelas akan memancing teman-teman mengolok-oloknya.
Dibutuhkan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk mengoreksi adanya gangguan pada organ-organ yang berhubungan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, hingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan seperti sumbing juga bisa berpengaruh pada cara bicaranya, tapi gangguan ini bisa diatasi dengan operasi dan terapi bicara.
BAWA BERKONSULTASI
Anak yang mengalami gangguan fonologis kriteria sedang hingga berat, biasanya terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun, atau usia 2,5 tahun baru bisa menyebut Mama atau Papa. Kemungkinan lain, meski sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih tahap bubbling alias tanpa arti, seperti "ma...ma, pa...pa". Namun bahasa resetif atau penerimaannya cukup baik, hingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan mengerti.
Yang seperti ini pun, sebaiknya dibawa berkonsultasi karena bila dibiarkan berlanjut, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologis lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10 bulan atau setahun, anak mulai dapat menyebut "Mama atau Papa", tapi selepas 2 dua tahun tak bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke psikolog atau psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan fonologis karena keterbelakangan mental, gangguan neurologis, atau sebab lain.
Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa ditangani psikolog, sebaiknya anak dirujuk ke ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi bicara bisa ditemui di berbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani anak yang mengalami gangguan bicara.
Sedangkan lama penanganan tergantung beberapa hal. Seperti berat-ringan gangguan, upaya atau kesediaan orang tua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur maupun melatihnya di rumah, serta kerjasama dari anak. Jadi, kita jangan segan-segan menanyakan pada terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi saran atau masukan seperti itu.
Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang dibutuhkan untuk menangani gangguan anak. Begitu pula penguasaan atau pendalaman terhadap masing-masing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara penanganan yang tepat untuk tiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus bisa membina hubungan baik dengan anak, hingga anak merasa senang mengikuti program tersebut. Sebaliknya, akan jadi kendala bila si terapis kaku dan tak bisa membujuk anak

DEFINISI GANGGUAN KOMUNIKASI FONOLOGIS

Gangguan artikulasi atau fonologis adalah kesulitan mengucapkan dan menggunakan bunyian dengan cara yang benar sesuai dengan aturan bahasa yang digunakan si anak, misalnya bunyian ‘b’ atau ‘w’. Anak yang pengucapannya kurang jelas atau tidak jelas, dan bentuk kesalahannya lain dari bentuk kesalahan anak yang tumbuh kembangnya normal dianggap mengalami gangguan artikulasi atau fonologis.
Definisi lainnya menyebutkan gangguan fonologis adalah penggantian satu suara dengan suara lain, atau penghilangan satu suara, atau suara menjadi berubah sama sekali. Contoh gangguan artikulasi atau fonologis: “mobil” jadi “obin” atau “mobi” atau “obil”.
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara. Gangguan suara tipikal misalnya suara kasar, suara terputus-putus atau terengah-engah, suara yang terpecah jika dalam intonasi atau pitch yang tinggi. Gangguan suara seperti ini biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan berbahasa lain sehingga disebut gangguan komunikasi kompleks. Bahkan gangguan yang terjadi dapat merupakan gabungan dari beberapa gangguan yang telah disebutkan di atas.
Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata mobil disebut mobing atau lari dibilang lali. "Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar," jelas Dra. Mayke S. Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak yang tergolong "pemberontak" atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang benar dengan mengulang kata yang dia ucapkan. Misal, "Ma, yuk, kita lali-lali!", segera timpali, "Oh, maksud Adik, lari-lari."
Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf dan suku kata. Misal, toko jadi toto atau stasiun jadi tatun. "Pengucapan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap orang lain," ujar pengajar di Fakultas Psikologi UI dan konsultan psikologi di LPT UI ini.

KIAT TANGANI KEGAGAPAN ANAK

1. Carilah Faktor Kemungkinan Penyebabnya
Terapis akan mencari tahu, apakah ada faktor keturunan, atau karena emosi, dan gangguan saraf. Biasanya untuk mengetahui adanya kemungkinan faktor saraf ini dilakukan pemeriksaan EEG (dirujuk ke dokter ahli saraf anak). Bila yang terlihat adalah faktor kecemasan, tes dilakukan dengan memberikan stresor-stresor tertentu, salah satunya diminta mengulang-ulang kalimat. Hal ini untuk melihat bagaimana tingkat keparahan gagapnya. Orangtua pun harus menyadari kapan muncul gagap pada anaknya. Semakin sering frekuensinya semakin mengindikasikan keparahannya.
2. Dilakukan Terapi
Jika telah diketahui kemungkinan penyebabnya maka dilakukan terapi untuk menghilangkan gagapnya. Umumnya dilakukan terapi kognitif dan perilaku (behavior) serta relaksasi saat anak berhadapan dengan kecemasan.
3. Tingkatkan Self Esteem Anak
Untuk meningkatkan self esteem anak, diperlukan peran guru dan teman-temannya, serta orangtua dan anggota keluarga lainnya. Peran lingkungan tersebut amat penting bagi kemajuan anak gagap. Beri pengertian kepada guru dan teman-temannya (tentu tanpa sepengetahuan anak) untuk tidak mengejeknya tetapi bersikap biasa saja. Hal ini sangat membantu memulihkan rasa percaya dirinya.
4. Beri Banyak Reward Positif
Dalam mengeliminasi gagap anak, orangtua disarankan untuk tidak memberlakukan hukuman, melainkan menggunakan banyak reward serta motivasi. Bentuknya bisa berupa pujian dan kesenangan ketika anak berhasil mengerjakan suatu tugas. Pelaksanaannya tergantung pada anak karena masing-masing berbeda. Dengan reward ini diharapkan anak termotivasi dan memiliki rasa percaya diri serta self esteem yang baik.
5. Hindari Faktor Kecemasan
Secara bertahap, hindari faktor yang memungkinkan anak cemas. Umpama, anak cemas bila harus bercerita di depan teman-temannya. Nah, orangtua bisa melatih anak dengan memintanya bercerita di depan orangtuanya sebelum dia melakukan tugas bercerita di hadapan teman-temannya. Bisa juga guru di kelas membantu anak saat bercerita di depan kelas dengan cara melakukan dialog atau memberikan tanya jawab akan pengalaman anak yang ingin diceritakannya, sehingga anak tidak terlalu cemas. Hindari pula anak dari situasi yang memberinya tekanan. Contoh, orangtua jangan mengatakan, ”Kalau ngomong jangan gagap, ya, Mama enggak suka.” Tekanan pada anak akan memperburuk kondisi gagapnya.
6. Lakukan Dengan Relaks
Ketika anak berbicara, mintalah dia untuk melakukannya perlahan-lahan dan tenang. Kelancaran bicara tidak harus cepat tapi perlahan namun pasti. Terapi dilakukan secara bertahap, dari perlahan sampai cepat. Lakukan relaksasi, misalnya dengan mengajaknya menyanyi, membaca puisi, dan bermain peran yang sarat dialog. Biasanya pada tingkat ringan, gagap tidak muncul saat anak relaks. Berikan lagulagu kesukaannya untuk dinyanyikan dan dihafalkan agar dapat diulang-ulang.