Minggu, 21 Maret 2010

DEFINISI RETARDASI MENTAL


Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental yaitu sebagai berikut :

  • Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya yang ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensia anak yaitu pada kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial anak dan bukan suatu penyakit melainkan suatu kondisi yang timbul pada usia yang dini (biasanya sejak lahir) dan menetap sepanjang hidup individu tersebut.
  • Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental, dan bukan merupakan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif, serta dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya
  • Retardasi mental adaah istilah yang dipakai terhadap orang yang punya batasan tertentu dalam fungsi mental dan keterampilan komunikasi, menjaga diri sendiri, dan keterampilan sosial. Pembatasan ini akan menyebabkan anak belajar dan berkembang dengan lambat daripada anak lain. Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara, berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan makan. Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar tetapi itu akan makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang mereka tidak bisa pelajari. Retardasi Mental bukan penyakit, kita tidak mendapatkan Retardasi Mental dari siapapun, dan juga bukan tipe sakit mental seperti depresi. Tidak ada obat untuk Retardasi Mental, namun kebanyakan anak dapat belajar untuk melakukan banyak hal. Itu membutuhkan usaha dan waktu lebih dibandingkan yang lain.
  • Menurut WHO (dikutip dari Menkes, 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
  • Menurut Carter CH (dikutip dari Toback C.) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang mnyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
  • Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
  • Menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi criteria sebagai berikut :

1. Fungsi intelektual umum dibawah normal

Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana,daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.

2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social

Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif social adalah kemampuanseseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab social yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan dirir dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.

3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun

Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah berumur 18 tahun bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

  • Menurut American Psychiatric Association

1. Fungsi intelektual umum subnormal

2. Dimulai pada masa perkembangan

3. Rusaknya pembelajaran dan atau kematangan sosial

4. Keterbelakangan mental tidak sama dengan penyakit mental

· IDEA's Definition of "Mental Retardation"

Our nation's special education law, the IDEA, defines mental retardation as . . .

". . . significantly subaverage general intellectual functioning, existing concurrently with deficits in adaptive behavior and manifested during the developmental period, that adversely affects a child's educational performance."

TANDA-TANDA (CIRI-CIRI) RETARDASI MENTAL


Anak yang mengalami retardasi mental memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Adanya keterlambatan dalam tahapan perkembangan

Adanya kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi

Tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi

Adanya perilaku seksual yang tidak sesuai (pada anak remaja)

Adanya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (orang dewasa)

Adanya kesulitan dalam adaptasi sosial (orang dewasa)

Anak-anak yang mengalami mental retardasi tidak berkemampuan untuk mengerti situasi yang serius dan tidak dapat pula berperilaku sesuai dengan situasi hukum yang berlaku. Seseorang anak yang mengalami mental retardasi dalam hal komonikasi mengalami kesulitan karena perbendaharaan kata yang terbatas, mereka mengalami kesulitan (handicap) dalam kemampuan untuk membaca serta untuk menulis.

Dalam hal ini mereka juga mengalami kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya, dan mereka lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya.

Mereka juga sukar sekali menerima interaksi dengan teman seusianya, demikian juga interaksi yang terbatas dengan teman lawan jenisnya kelaminnya. Diketemukan pula sifat yang akan sangat merugikan dirinya, seperti mudah dipengaruhi dan ingin sekali menyenangkan orang lain.

Mereka sering mengalami kesulitan dalam berkomonikasi (bertelepon misalnya) Beberapa diantara kasus-kasus mental retardasi, diketahui bahwa ambang frustasinya rendah sekali, dan sering kekecewaan yang tidak jelas ujung pangkalnya, meledak dengan hebatnya.

Seorang anak yang mengalami mental retardasi tidak dapat mengenal situasi yang serius, terlebih lagi mereka itu tidak dapat merespon suatu tindakan, dengan cara yang impulsif. Dalam perbuatan kriminal mereka selalu ingin menjadi pengikut dan tidak pernah berkenginan menjadi pemimpin.

KLASIFIKASI ATAU TINGKATAN RETARDASI MENTAL


Hasil bagi intelegensi (IQ = Intelligence Quotient) bukanlah merupakan satu-satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1. Retardasi mental berat sekali

IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental.

Sudah tampak sejak anak lahir, biasanya tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau memahami.

2. Retardasi mental berat

IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi mental.

Sudah tampak sejak anak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan bicara yang sangat minim

Dapat dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkan dengan RM moderat

Hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar

Sudah tampak sejak anak lahir, biasanya tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau memahami.

3. Retardasi mental sedang

IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.

Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan, misalnya perkembangan bicara atau perkembangan fisik lainnya

Anak hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri

Pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya

Dengan latihan dan dukungan dari lingkungannya, mereka dapat hidup dengan tingkat kemandirian tertentu.

4. Retardasi mental ringan

IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.

Mulai tampak gejala pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi

Anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar (tamat SD)

Bisa mencapai kemampuan membaca sampai kelas 4-6. Meskipun memiliki kesulitan membaca, tetapi mereka dapat mempelajari kemampuan pendidikan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka memerlukan pengawasan dan bimbingan serta pendidikan dan pelatihan khusus.

Biasanya tidak ditemukan kelainan fisik, tetapi mereka bisa menderita epilepsi.

Mereka seringkali tidak dewasa dan kapasitas perkembangan interaksi sosialnya kurang.

Mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru dan mungkin memiliki penilaian yang buruk. Mereka jarang melakukan penyerangan yang serius, tetapi bisa melakukan kejahatan impulsif.

Tingkat

Kisaran IQ

Kemampuan Usia Prasekolah
(sejak lahir-5 tahun)

Kemampuan Usia Sekolah
(6-20 tahun)

Kemampuan Masa Dewasa
(21 tahun keatas)

Ringan

52-68

· Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi

· Koordinasi otot sedikit terganggu

· Seringkali tidak terdiagnosis

· Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun

· Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial

· Bisa dididik

· Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan

Moderat

36-51

· Bisa berbicara & belajar berkomunikasi

· Kesadaran sosial kurang

· Koordinasi otot cukup

· Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan

· Bisa belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik

· Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan

· Memerlukan pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan

Berat

20-35

· Bisa mengucapkan beberapa kata

· Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri sendiri

· Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit

· Koordinasi otot jelek

· Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi

· Bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana

· Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan

· Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri dalam lingkungan yg terkendali

Sangat berat

19 atau kurang

· Sangat terbelakang

· Koordinasi ototnya sedikit sekali

· Mungkin memerlukan perawatan khusus

· Memiliki beberapa koordinasi otot

· Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara

· Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara

· Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas

· Memerlukan perawatan khusus

Angka harapan hidup untuk anak-anak dengan Retardasi Mental mungkin lebih pendek, tergantung kepada penyebab dan beratnya Retardasi Mental. Biasanya, semakin berat RMnya maka semakin kecil angka harapan hidupnya.

GEJALA RETARDASI MENTAL BERDASARKAN KLASIFIKASI (TINGKATAN) RETARDASI MENTAL


1. Retardasi Mental Ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan kemampuan intelektualnya bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi Mental Sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.

3. Retardasi Mental Berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4. Retardasi Mental Sangat Berat

Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.

GEJALA RETARDASI MENTAL BERDASARKAN TIPE


Tipe Klinik

Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :

1. Kelainan pada mata :

a. Katarak

- Sindrom Cockayne

- Sindrom Lowe

- Galactosemia

- Sindrom Down

- Kretin

- Rubella Pranatal, dll.

b. Bintik cherry-merah pada daerah macula

- Mukolipidosis

- Penyakit Niemann-Pick

- Penyakit Tay-Sachs

c. Korioretinitis

- Lues congenital

- Penyakit Sitomegalovirus

- Rubella Pranatal

d. Kornea keruh

- Lues Congenital

- Sindrom Hunter

- Sindrom Hurler

- Sindrom Lowe

2. Kejang

a. Kejang umum tonik klonik

- Defisiensi glikogen sinthesa

- Hipersilinemia

- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI

- Phenyl ketonuria

- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.

b. Kejang pada masa neonatal

- Arginosuccinic asiduria

- Hiperammonemia I dan II

- Laktik asidosis, dll.

3. Kelainan kulit

a. Bintik café-au-lait

- Atakasia-telengiektasia

- Sindrom bloom

- Neurofibromatosis

- Tuberous selerosis

4. Kelainan rambut

a. Rambut rontok

- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati

b. Rambut cepat memutih

- Atrofi progresif serebral hemisfer

- Ataksia telangiektasia

- Sindrom malabsorbsi methionin

c. Rambut halus

- Hipotiroid

- Malnutrisi

5. Kepala

a. Mikrosefali

b. Makrosefali

- Hidrosefalus

- Neuropolisakaridase

- Efusi subdural

6. Perawakan pendek

a. Kretin

b. Sindrom Prader-Willi

7. Distonia

a. Sindrom Hallervorden-Spaz


Tipe Sosio Budaya

Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan social ekonomi rendah. Pada orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau psikolog karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.


Etiologi

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

PENGARUH RETARDASI MENTAL TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK DAN HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIAKAN DALAM KASUS RETARDASI MENTAL


Retardasi mental akan mempengaruhi perkembangan anak dalam berbagai bentuk, yaitu:

Aspek fisik, misalnya dalam kemampuan anak untuk duduk, berjalan, dan menulis

Aspek perawatan diri sendiri, misalnya kemampuan untuk makan sendiri, mandi sendiri dan menggunakan alat-alat yang umum digunakan dalam rumah

Aspek komunikasi, seperti berbicara, berbahasa dan memahami instruksi

Aspek sosial, seperti bersosialisasi dan bermain dengan anak lain

Aspek mental emosional, seperti hiperaktivitas, depresi dan kecemasan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kasus retardasi mental :

Keterlambatan perkembangan seringkali mempunyai latar belakang retardasi mental

Sebagian besar anak dengan retardasi mental tidak berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya

Retardasi mental tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan adanya antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang adekuat

Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua maka outcome dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik

Orang tua sebaiknya bersifat fleksibel dalam menentukan target bagi anak dengan retardasi mental

Dengan memperhatikan derajat retardasi mental maka orang tua dapat menentukan aktivitas apa yang sesuai bagi anak

Aktivitas yang diberikan kepada anak sebaiknya dipecah dalam berbagai tahapan

Stimulasi merupakan hal yang paling penting dilakukan

Harus ada pujian dan hadiah jika anak berhasil melakukan hal yang di minta

Latihan keterampilan sosial

Orang tua tidak boleh melakukan proteksi berlebihan pada anak

PENYEBAB TERJADINYA RETARDASI MENTAL

Pada sebagian besar kasus retardasi mental penyebabnya tidak diketahui, hanya 25 % kasus yang memiliki penyebab yang spesifik. Namun ada beberapa factor yang dinyatakan sebagai dasar (penyebab) terjadinya retardasi mental, yaitu sebagai berikut :

  • RM terjadi oleh karena otak tidak berkembang secara optimal dengan latar belakang;

1. Adanya masalah dalam kandungan, berupa masalah pada ibu seperti kekurangan gizi, ketergantungan alkohol, dan penyakit infeksi tertentu

2. Adalah masalah pada saat anak dilahirkan, seperti adanya kesulitan dalam proses persalinan, lilitan tali pusat sehingga mengganggu dalam proses persalianan, dsb

3. Masalah pada tahun-tahun pertama kehiduapan anak, seperti infeksi pada otak, kuning yang berkepanjangan, kejang yang tidak terkontrol, kecelakaan, serta adanya malnutrisi

4. Masalah dalam pola asuh seperti kurangnya stimulasi, kekerasan pada anak, penelantaran, dsb

5. Faktor genetik, seperti down’s syndrome

· Pada umumnya anak dengan RM sulit dicari satu penyebab yang pasti

· Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1. Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2. Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
3. Cedera kepala yang berat

· Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1. Rubella kongenitalis
2. Meningitis
3. Infeksi sitomegalovirus bawaan
4. Ensefalitis
5. Toksoplasmosis kongenitalis
6. Listeriosis
7. Infeksi HIV

8. kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau zat toksik lainnya

· Kelainan kromosom
1. Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
2. Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Willi)
3. Translokasi kromosom dan sindroma cri du cha

· Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1. Galaktosemia
2. Penyakit Tay-Sachs
3. Fenilketonuria
4. Sindroma Hunter
5. Sindroma Hurler
6. Sindroma Sanfilippo
7. Leukodistrofi metakromatik
8. Adrenoleukodistrofi
9. Sindroma Lesch-Nyhan
10. Sindroma Rett
11. Sklerosis tuberosa

· Metabolik
1. Sindroma Reye
2. Dehidrasi hipernatremik
3. Hipotiroid kongenital
4. Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)

· Keracunan
1. Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
2. Keracunan metilmerkuri
3. Keracunan timah hitam

· Gizi
1. Kwashiorkor
2. Marasmus
3. Malnutrisi

· Lingkungan
1. Kemiskinan
2. tatus ekonomi rendah
3. Sindroma deprivasi.

· Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental.

· Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal), dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.

· Akibat prematuritas, kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.

· Akibat deprivasi psikososial, retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor biomedik maupun sosiobudaya.

· Akibat gangguan jiwa yang berat, untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.

DETEKSI TERHADAP ANAK-ANAK PENDERITA RETARDASI MENTAL DENGAN MELAKUKAN ANALISA EKSPRESI WAJAH


Dewasa ini anak-anak penderita retardasi mental mulai dapat dideteksi semenjak usia 3-4 tahun atau sesudah dilakukan evaluasi dengan test Kecerdasan Intelektual (IQ). Adapun test IQ yang ada saat ini hanya diperuntukkan bagi anak yang berusia di atas usia 3 tahun. Sampai sekarang belum ditemukan metode pengukuran IQ bagi anak-anak berusia di bawah 3 tahun. Jika anak-anak penderita retardasi mental dapat dideteksi sebelum berusia 3 tahun, rehabilitasi dapat dilakukan sedini mungkin sebelum otak berkembang sempurna sehingga kemungkinan untuk pulih akan semakin besar dan kemampuan anakpun akan dapat ditingkatkan.

Riset ini bertujuan mendeteksi anak-anak penderita retardasi mental pada usia 6 hingga 12 bulan dengan menganalisa ekspresi wajah mereka setelah diperlihatkan foto-foto tertentu. Metode dilakukan dengan menganalisa pada ekspresi wajah anak-anak, lalu mengkategorikan anak-anak yang memiliki otak yang dapat bereaksi normal dan anak-anak yang memiliki masalah dalam menangkap informasi tertentu yang datang ke otak. Juga dilakukan evaluasi terhadap efektifitas otak anak dengan menghitung waktu respon yang timbul setelah anak melihat gambar-gambar foto tertentu. Semakin pendek waktu respon yang timbul semakin cepat. kerja otak dalam mengolah informasi yang masuk. Sebaliknya semakin panjang waktu respon yang ada terdapat kemungkinan otak mempunyai masalah dalam mengolah suatu informasi.

Sebagai obyek, 20 orang anak-anak Jepang yang terdiri dari 10 anak-anak laki-laki dan 10 anak-anak perempuan. Usia berkisar antara 6 bulan hingga 12 bulan. Gambar Foto Wajah dipilih 12 gambar foto wajah tertentu yang berukuran 512 x 512 pixel. Ke-12 gambar foto tersebut terdiri dari 4 foto dari ibu anak (Mother), 4 foto dari wanita yang tidak dikenal anak (Unknown Woman), dan 4 foto lagi dari gabungan (Combination) wajah ibu dan wanita yang tidak dikenal anak tersebut. Kategori ekspresi wajah terdiri dari kategori positif yaitu wajah tanpa ekspresi (expressionless) dan wajah dengan ekspresi senang (Smile Face). Adapun kategori negatif adalah wajah dengan ekspresi marah (Anger Face) dan wajah dengan ekspresi terkejut (Surprise Face). Metode Percobaan yang dilakukan adalah Pertama, mendudukan obyek pada pangkuan ibunya yang duduk di depan layar monitor. Kemudian kami tampilkan gambar feedback dari obyek (feedback image) agar obyek dapat memusatkan perhatiannya pada layar monitor. Setelah perhatian obyek terpusat pada layar monitor, kami akan menampilkan foto wajah (Face Picture Image) selama 3 detik. Setelah foto wajah hilang dari layar monitor kembali akan tampak gambar feedback dari obyek(Feedback Image). Percobaan ini diulang selama 24 kali. Selama percobaan berlangsung obyek terus di rekam dengan menggunakan kamera video yang mana rekaman ini akan digunakan pada proses analisa.

Pada percobaan ini dilakukan 2 analisa sebagai berikut: Analisa pada ekspresi wajah berdasarkan pada gerakan dasar otot wajah (aksi satuan unit) dengan sintesis pada gerakan yang timbul di alis, mata, pipi dan mulut. Analisa pada perhitungan waktu yang timbul sejak melihat gambar hingga timbul perubahan ekspresi pada wajah ( waktu
respon). Dari hasil analisa yang pertama, dapat di dikategorikan dan dipisahkan anak-anak yang memiliki otak yang dapat bekerja dengan normal dengan anak-anak yang memiliki masalah dalam mengamati ekspresi wajah seseorang. Data-data yang ada pada analisa ini menunjukkan bahwa dengan memperlihatkan gambar foto wajah yang bermacam-macam dan juga yang memiliki ekspresi wajah yang berlainan ekspresi yang timbul pada wajah anak juga berlainan. Kemudian dari analisa yang kedua, dapat dievaluasi efektifitas dari otak dengan melakukan pengukuran pada waktu respon. Yang mana semakin pendek waktu respon menunjukkan semakin baik otak bekerja dalam menerima informasi. Adapun panjangnya waktu respon ini juga dipengaruhi oleh macam gambar foto dan bentuk ekspresi wajah yang dilihat.

Dari hasil riset ini disimpulkan bahwa anak-anak mudah menangkap pesan atau informasi yang tersirat pada wajah dari sumber yang mereka kenal seperti dari ibu mereka dibandingkan dari sumber yang asing bagi mereka. Juga disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dan umur juga mempengaruhi ekspresi wajah yang muncul dan juga waktu respon. Berdasarkan hasil riset ini. disarankan agar aksi satuan unit pada gerakan dasar otot wajahdan waktu respon dapat dipakai sebagai acuan pengukuran semacam parameter pada test IQ yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual anak. Akhirnya, dengan menginstal acuan pengukuran pada jaringan komputer diharapkan agar setiap ibu memiliki kesempatan untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual dari anak-anak mereka.

PENCEGAHAN RETARDASI MENTAL


Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya retardasi mental :

  • Konsultasi genetik akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari anak retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental.
  • Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella (campak Jerman) sebagai salah satu penyebab retardasi mental.
  • Amniosentesis dan contoh vili korion merupakan pemeriksaan diagnostik yang dapat menemukan sejumlah kelainan, termasuk kelainan genetik dan korda spinalis atau kelainan otak pada janin.
  • Setiap wanita hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dianjurkan untuk menjalani amniosentesis dan pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki resiko melahirkan bayi yang menderita sindrome Down.
  • USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak.
    Untuk mendeteksi sindrome Down dan spina bifida juga bisa dilakukan pengukuran kadar alfa-protein serum.
  • Genetik
    Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik untuk keluarga-keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian retardasi mental yang penyebabnya adalah faktor genetik.
  • Sosial
    Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan menyelenggarakan pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian retardasi mental ringan akibat kemiskinan dan status ekonomi yang rendah.
  • Keracunan
    Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun lainnya akan mengurangi retardasi mental akibat keracunan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat mengurangi angka kejadian retardasi mental.
  • Infeksi
    Pencegahan rubella kongenitalis merupakan contoh yang baik dari program yang berhasil untuk mencegah salah satu bentuk retardasi mental. Kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan dengan kucing, toksoplasmosis dan kehamilan), membantu mengurangi retardasi mental akibat toksoplasmosis.
  • Pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit, dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, imunisasi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (misalnya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
  • Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
    Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.
  • Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

PENATALAKSANAAN (PENANGANAN) PADA ANAK RETARDASI MENTAL


Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja sosial kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.

Pada orang tuanya perlu diberikan informasi mengenai retardasi mental dan dampaknya. Berilah penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.

Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi prenatal dengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.

Program pelatihan khusus yang intensif berupa pelatihan keterampilan hidup yang mendasar juga perlu diberikan kepada anak yang mengalami retardasi mental.