Sabtu, 05 Juni 2010

Sahabat Vs Kebiasaan Buruknya

Sahabat Vs Kebiasaan Buruknya
Kalau teman kita punya kebiasaan buruk, itu sih memang urusan dia. Tapi kalau sampai mengganggu kenyamanan kita, ya enggak bisa dicuekin, dong!
Suatu sore Rani dan Lia hang out di coffee house. Tiba-tiba serombongan cowok ganteng masuk dan nyaris duduk di maja sebelah mereka. Kalau saja Lia makan lebih rapi dan lebih manis, mungkin malam itu Rani bisa bersorak gembira karena sudah kenalan dengan cowok ganteng! Tentu saja Rani bete karena kejadian ini sudah berulang kali dan gawatnya Lia seperti tidak menyadari kalau kebiasaan buruknya itu mengganggu teman-temannya.
Kebiasaan mengganggu itu sendiri enggak Cuma berupa cara makan yang berantakan, bisa juga kebiasaan nyontek yang norak, nelepon lama di tengah malam, mengeluh terus-terusan, pinjam barang enggak bilang-bilang, atau kebiasaan utang (dan lebih ganggu lagi kalau sobat lupa untuk mengembalikan!). pokoknya sekilas seperti hal yang sepele, tapi ternyata mengganggu karena dilakukan secara terus-menerus!
Balik lagi ke Rani, dia merasa serba salah karena sulit sekali memberitahukan sahabat dekatnya tentang hal itu tanpa membuatnya tersinggung. Kalau kita ada diposisi seperti Rani, apa yang kira-kira kita lakukan ya?
 Humor sebagai bumbu
Sampaikan teguran dengan bentuk humor. Humor bisa menetralkan kesan menggurui atau mempermalukan dari info yang kita ingin sampaikan. Kalau suatu saat Lia melakukan kebiasaan buruknya itu kembali, Rani bisa berkata seperti ini: “ya ampyuuun Li, jangan samapi gue harus pasang jaring-jaring di depan muka lo supaya meja lo enggak berantakan penuh remah makanan begini!” jangan lupa senyum dan tertawa sewaktu action, oke?
 Langsung dan jujur
Sampaikan teguran secara langsung dan jujur. Namun yang harus diperhatikan adalah intonasi dan body language kita ketika mengajak dia berbicara. Ajak dia duduk dan katakan dengan perlahan dan intonasi yang tidak meninggi. Rani bisa aja bilang, “Li, sorrrriiiii banget, jangan marah ya, tapi menurut gue cara makan lo itu agak jorok deh. Gue agak tergangu sebenarnya, kira-kira lo bisa ubah enggak ya?” mood sobat sangat penting disini, pastikan mood dia lagi bagus!
 Gunakan perumpamaan
Awalnya sampaikan dengan menggunakan perumpamaan orang lain, baru kemudian ke sahabat kita. Rani bisa bilang, “Duh, gila si Deta makannya parah baget, loh! Jorok banget! Pantesan dia enggak punya cowok sampai sekarang. Hati-hati loh Li, bisa-bisa lo juga bernasib seperti dia kalau cara makan lo enggak diubah!” cara ini berkesan teguran enggak langsung dan sobat enggak kita tempatkan pada posisi “si tertuduh”.
 Pujian ampuh
Sampaikan teguran setelah kita memberikan pujian supaya sobat kita enggak merasa dijelek-jelekan. Rani bisa bilang “Menuruh gue, lo tuh beruntung banget ya Li. Sudah cantik, gaul, pinter pula. Eh, kalau cara makan lo bisa lebih manis dan enggak jorok, lo sempurna banget deh!”.

Memberikan teguran seperti itu enggak menjadikan kita si jahat yang selalu mengkritik teman-teman kita. Ini untuk kebaikan sobat juga, apalagi kalau kebiasaan ini sudah sangat mengganggu orang lain dan jadi bahan pembicaraan. Ini justru menunjukkan kita care sama teman kita. Jadi, sudah tahu kan, harus pakai strategi yang mana?

Olahraga yuk!

Olahraga yuk!
Badan sehat dan bugar didapat jika pola hidup kita seimbang. Yaitu makan teratur dan bergizi, minum delapan gelas air putih sehari, rajin olahraga, dan cukup istirahat.
“jam olahraga di sekolah saja tidak cukup,” ujar Dr Leane Sunipar, Msc. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan ahli gizi pasca sarjana FKUI ini menyarankan setidaknya kita berolahraga tiga sampai empat kali seminggu, masing-masing minimal 30 menit sampai satu jam.
“kalau lebih dari itu juga boleh, tergantung tujuannya dan ada yang biikin programnya dan memantau kemungkinan cedera. Kalau atlet bisa jam enam smapai jam tujuh pagi lari. Lalu jam sembilan sampai jam duabelas siang olahraga lagi. Dan setelah istirahat ketiga kalinya, pukul tiga sampai enam sore boleh olahraga lagi. Ini untuk mengejar daya tahan dan tercapainya target fisik yang dituntut olahraga itu,” terang dokter yang pernah ikut Olimpiade Montreal tahun 1976, sebagai atlet panahan.
Dokter cantik yang jadi direktur penunjang medik-akademik RSU FK UKI Jakarta ini juga enggak melarang kita ikut fitnes yang sedang menjamur. “Selama ada pelatih yang mengawasi itu bagus.” Malah ia menambahkan, makin banyak variasi olahraga yang kita lakukan makin baik. Misalnya hari ini renang, lusa jogging. “Olahraga yang bentuknya permainan seperti volley, basket, softball, tenis, malah bagus karena enggak bikin bosan dan melatih otot-otot bagian tubuh kita secara bergantian.
Biar olahraga lebih menyenangkan:
 Pilih beberapa jenis olahraga yang kita sukai.
 Ajak teman-teman.
 Tentukan waktu dan tempat yang nyaman.
 Tambahkan musik biar lebih semangat.
 Tidak berolahraga berlebihan. Tambah intensitas dan beban seiring waktu. Misal seminggu ini sit up cukup 15 kali tiap latihan, minggu depan boleh dilipatgandakan.
Berolahraga tanpa terasa
Berolahraga itu bisa dilakukan kapan saja. Banyak kegiatan sehari-hari yang membuat tubuh kita cukup melakukan gerakan olahraga. Ini patokan dari American Council of Exercise:
 Cuci mobil selama 20 menit bisa membakar 60 kalori.
 Jalan-jalan selama 30 menit membakar 129 kalori. Lima belas menit keliling mal bisa membakar 40 kalori. Padahal kita biasa keliling mal berjam-jam tanpa terasa. Kita juga bisa nyoba kalau berangkat sekolah/kuliah naik kendaraan, turun minimal 50 meter sebelum sampai supaya sempat jalan kaki. Atau ajak anjing kita berjalan-jalan.
 Membereskan rumah selama 15 menit seperti:
• Merapikan lemari bisa membakar 50 kalori.
• Menyedot debu di karpet kamar membakar 36 kalori.
• Menyikat atau mengepel lantai membakar 87 kalori.
• Membersihkan jendela membakar 47 kalori.
• Menari-nari seperti 15 menit jamming, jingkrak-jingkrak, dance bisa membakar 83 kalori.
• Bergosip ria lewat chattiing selama sejam bisa membakar 21 kalori.
• Bermain kejar-kejaran 30 menit membakar 129 kalori.
• Main ayunan jika kita menggerakkan badan dan kaki untuk mendorong ayunan, selama 30 menit bisa membakar 113 kalori.
• Main skate board satu jam membakar 225 kalori.
• Ice skating satu jam membakar 350 kalori.

Memulai Hari Dengan Cerah

Memulai Hari Dengan Cerah

 Hari esok yang cerah dimulai di malam hari. Cobalah tidur cukup. Jika punya masalah, yakinkan masih ada esok untuk menyelesaikannya.
 Bangun lebih pagi. Kalau bisa dini hari, pas matahari terbit. Lalu jalan-jalan untuk mendapat udara segar. Saat itulah paling tepat menemukan sisi damai diri kita.
 Jangan terburu-buru melakukan aktivitas. Resapi suasana pagi sambil mengucapkan syukur. Segarkan tubuh dengan minum air putih. Lalu mandi. Berkaca sambil tersenyum pada diri sendiri selama 20 detik.
 Sarapan yang baik adalah modal kebugaran tubuh sepanjang hari. Jangan isi dengan makanan berlemak jenuh seperti kornet atau daging olahan. Sebaiknya sempatkan makan buah dan jus segar serta susu.
 Sapa dan tersenyum pada orang-orang yang kita jumpai. Balasan senyum atau sapaan akan mencerahkan hari kita.
 Jangan mengeluh apapun yang terjadi. Jalanan macet, hari hujan. Dalam segala hal, lebih baik mensyukuri dan melihat sisi baiknya.

I Love Sunshine!

I Love Sunshine!
Biar fresh seharian, bisa dimulai dengan bangun pagi…
Huaaa…pagi hari sudah dating lagi. Rasanya baru memejamkan mata. Aduh, kok berat banget sih membuka mata. Ups, ini “penyakit” pagi selalu berulang setiap kali weker berbunyi. Padahal rasa malas yang dimanjain itu seringkali jadi menetap seharian lho. Ruginya, wajah jadi enggak kelihatan fresh, tubuh pun terasa lemas terus. Wake up, enggak ada waktu lagi buat malas-malasan. Mau segat dan cerah terus?makanya coba deh untuk…

…be a sleeping beauty!
Tidur cukup bisa menghilangkan semua rasa penat dan lelah setelah seharian sibuk. Bangun pun bisa lebih pagi, dan efeknya enggak ada lagi tuh kentung mata atau lingkaran hitam yang bikin wajah jad enggak fresh.

…memulai pagi dengan mulut bersih
Bau mulut bisa bikin bete semua orang. Kalau bangun pagi langsung sikat gigi dan diakhiri dengan kumur-kumur dengan obat antiseptic, seharian kita akan pede dan segar.

…ngintip dapur mama
Lingakaran hitam yang udah terlanjur muncul bisa bikin wajah kita jauh dari fresh. Nyiasatinnya? Tempel the celup dingin beberapa menit, atau irisan mentimun. Konon kandungan di dalamnya bisa mendinginkan aliran darah di bawah mata.

…merubah gaya rambut
Rambut yang modelnya udah enggak karuan atau bad hair day karena enggak sempat keramas, bisa bikin wajah jadi enggak fresh. Enggak perlu takut merubah gaya rambut kita. Coba potongan yang benar-benar beda. Simsalabim, wajahpun jadi beda dan fresh.

…wangi terus!
Siapapun pasti merasa happy kalau dekat dengan orang yang wangi. Asal enggak berlebihan, rasa segar dari body cologne atau body splash yang kita palai bisa menularkan keceriaan dimana-mana lho. Hmm..siapa sih yang barusan lewat? Segar banget deh.

Enggak Cuma Indah Dipandang, Tapi Bisa Berpengaruh, lho!

Enggak Cuma Indah Dipandang, Tapi Bisa Berpengaruh, lho!

Warna dipercaya punya pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan kita. Dengan ‘bermain’ warna, kita bahkan bisa mengubah mood dan hati kita dari yang awalnya bete jadi ceria lagi! Enggak percaya? Buktiin saja sendiri.

KUNING adalah symbol matahari dan keagungan bagi bangsa cina. Warnanya yang terang bisa meningkatkan energi dan ‘menghangatkan’ hati. Jadi, kalau kita lagi ngerasa bete, coba deh pakai T-Shirt atau aksesoris berwarna kuning agar suasana hati kita bisa happy lagi. Sayangnya, kuning dianggap kurang cocok untuk mewarnai kamar karena terkesan menyilaukan dan enggak bikin sejuk.

ORANYE dianggap warna yang dinamis karena merupakan campuran warna merah dan kuning yang ‘berenergi’. Karena sifatnya inilah oranye dianggap melambangkan youthful alias keremajaan. Pemakai warna ini akan dianggap ceria dan lebih ‘muda’. Dibandingkan kuning, warna oranye lebih memungkinkan buat mewarnai kamar karena berkesan friendly.

MERAH adalah warna yang powerful dan berenergi. Selain dapat meningkatkan energi, memakai segala sesuatu yang berwarna merah juga bisa membantu kita jadi pusat perhatian. So, kalau pengen semua mata tertuju pada kita, pakai deh baju warna merah. Tapi kalau lagi nggak pengen jadi pusat perhatian, sebaiknya hindari warna-warna merah, kuning, atau oranye.

UNGU adalah warna bunga lavender yang dianggap romantis, feminine, dan elegan. Kalau pengen tampil anggun, gaun berwarna ungu bisa jadi pilihan yang tepat. Tapi intensitas warna ungu yang kita pilih juga enggak boleh sembarangan. Ungu tua justru berkesan gloomy dan misterius. Yang pas buat kita adalah warna ungu muda yang dipadukan dengan pink karena terkesan trendy and girly.

BIRU adalah warna yang memberi kesan damai, sejuk, santai, dan dingin. Makanya, biru disukai oleh hamper tiap orang. Kalau pikiran kita lagi suntuk, ada baiknya sering-sering menatap warna ini biar suntuknya hilang. Makanya warna ini bagus banget buat mewarnai kamar karena pancarannya yang sejuk bisa membawa kita ke alam mimpi yang indah.

HIJAU adalah simbol alam dan kehidupan. Dari semua warna, hijau merupakan warna yang paling menyejukkan bagi mata kita. Dengan hanya menatapnya, kita dapat merasa segar kembali setelah capek seharian melakukan berbagai aktivitas. Itu sebabnya kalau kita sedang merasa stres atau suntuk, jalan-jalan deh ke kebun atau memandangi pepohonan hijau, pasti bisa fresh lagi!

Mirip dengan biru dan hijau, TURQUOISE juga termasuk warna yang memberi kesan damai dan gentle yang bisa membuat hati kita ceria. Pancaran warnanya yang cerah menimbulkan kebahagiaan buat siapa saja yang mengenakan maupun melihatnya. Pakai deh aksesoris berwarna turquoise untuk memberi kesan ceria, segar, dan feminine. Buat kita yang lincah, warna ini makin bikin kelihatan cantik dan elegan, lho.

PUTIH, si suci dan bersih. Selain itu, warna putih juga memberi kesan hangat dan tenang. Buat sebagian orang, putih malah sering dianggap simbol keromantisan. Putih juga berkesan sederhana karena warnanya yang ‘polos’. Warna putih yang polos ini bisa matching dengan warna apapun tanpa mengurangi kesan simple-nya. Itu sebabnya kita wajib punya atasan atau bawahan warna putih.

HITAM, identik dengan kesan duka dan misterius. Baju warna inilah yang umumnya dikenalnya orang saat sedang berduka. Jadi, kalau suasana hati kita lagi murung dan sedih, ada baiknya menghindari warna ini karena enggak bisa ‘memperbaiki’ mood. Tapi keuntungannya, hitam juga menandakan kekuatan dan buat yang punya badan agak ‘subur’, pakaian hitam justru bikin kita kelihatan lebih langsing.

Awas, salah pilih pacar!

Awas, salah pilih pacar!
Cowok yang enggak tepat nantinya Cuma menyakitkan saja. Coba teliti. Jika mengidap dua atau lebih tanda-tanda berikut, kayaknya kita salah pilih pacar deh.
1. Merasa tertekan
Setelah punya pacar kita bukannya gembira tapi merasa tertekan. Mau apa-apa harus minta persetujuan dia. Kalau ada kelakuan kita yang enggak berkenan di matanya, kita deg-degan takut kena marah. Dan enggak bisa bebas jadi diri sendiri, harus jaim sesuai kriteria cewek idamannya. Kita harus selalu menjaga sikap dan perasaannya, dengan mengabaikan perasaan sendiri. Kita cemas kalau-kalau dia akan lari dari kita. Waduh, punya pacar kok malah bikin stres!
2. Gerakan dibatasi
Pacar membatasi pergaulan kita, menentukan sama siapa kita boleh jalan, bahkan kita mau mengembangkan diri juga enggak boleh. Semua waktu buat doa seorang. Ini tanda-tanda cowok posesif.
3. Banyak peringatan
Orang tua, teman-teman dekat, banyak yang ‘mengomeli’ kita. Mereka bilang agar kita melupakan dia, dan membeberkan kelakuannya yang enggak oke. Pacar enggak peduli dan enggak mau dekat-dekat sama teman-teman kita. Dia enggak bisa menciptakan hubungan yang harmoni sama lingkungan.
4. Suka berantem
Kita marahan melulu. Dia menguras emosi kita, dan membuat kita berderai airmata. Apalagi kalu cowok mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakiti fisik kita. Walau dia minta-minta maaf, mending jangan diberi ampun. Percaya deh, dia tidak segan mengulanginya suatu hari nanti.
5. Nilai jelek
Sejak pacaran sama dia, nilai-nilai makin merosot. Kita lebih suka melamun daripada bikin PR. Dan dia sama sekali enggak mengingatkan kita untuk memenuhi kewajiban kita. Dia hanya bisa larut dalam cinta, tapi enggak bisa saling mendukung dalam prestasi. Lebih-lebih kalau dia memberi pengaruh buruk, seperti merokok dan bersikap enggak sopan ke orang tua.
6. Dia pelit
Perhatiannya ke kita lebih sedikit dari perhatian yang kita berikan ke dia. Dia pelit duit, waktu, dan energi. Ini sudah jelas dong.
7. Sering bohong
Apa yang dikatakannya sering kebalikan dari kelakuannya. Dia banyak janji dan jarang menepati. Lebih parah kalau dia berkelit setelah kepergok bohong. Duh!
8. Terlalu beda
Supaya cocok enggak harus sama minat dan kesenangan. Tapi kalau bedanya sudah kelewat takaran (samapai 180 derajat), bisa timbul masalah. Jika toleransinya kurang besar dan salah satu kurang sabar, Cuma beda milih makan di mana saja bisa bikin perang dunia. Yang satu nuduh pasangan enggak nyambung, yang lain merasa selalu mengalah.
9. Dibayangi mantan
Dia masih suka menelepon mantan pacarnya, meminta pendapat mantan, juga janjian ketemu. Walau minta ijin kita, tetap bikin kita hiks hiks sedih dan sebal.
10. Menekankan fisik
Atas nama cinta dia berkeinginan melakukan keintiman seksual sama kita. Huh, padahal itu bukan cinta! Tapi atas nama hormon tertoron cowok yang sangat sensitif sama rangsang seksual. Dan kalau sudah dikasih, enggak akan berhenti. Mending putus sama sekali. Siapa yang bisa jamin cintanya taka akan luntur? Kalau sudah atas nama hormon, sama cewek tak dikenalpun dia mau melakukannya.
11. Terlalu tergantung
Cewek suka tersanjung kalau bisa menolong cowok. Tapi kalau dalam segala hal cowok itu selalu tergantung sama kita, lha apa yang bisa dilakukannya sendiri? Bagaimana dia bisa melindungi kita kalau belum bisa mandiri? Halo…kita ingin punya pacar bukan jadi baby sister.

Resep Supaya Enggak Gampang Bete

Resep Supaya Enggak Gampang Bete

Sedih, bete, dan bosen jadi satu. Mau ngapa-ngapain males. Stuck!
Gimana ya caranya supaya si kuman bete ini enggak hinggap di hati kita?
1. Olahraga teratur
Berolahraga membuat tubuh kita bergerak dan kembali berenergi karena reaksi-reaksi fisik yang dihasilkan. Kita jadi kembali semangat dan enggak loyo. Olahraga yang dimaksud enggak harus yang berat-berat, yang penting kita menggerakkan tubuh kita secara rutin. Kita bias putar lagu yang bersemangat kesayangan kita lalu gerakin badan sesuai beat.
2. Kurangi kafein dan makanan mengandung gula dan lemak
Kafein dan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak bikin kita merasa badan menggendut dan akhirnya kita jadi punya pandangan jelek terhadap tubuh kita sendiri. Akibatnya kita jadi suntuk seharian. Kafein dan makanan yang banyak mengandung gula memang memberi energi ekstra untuk kita, tetapi ujungnya kita jadi lebih capek dari sebelumnya.
3. Cari lingkungan yang oke
Teman di sekeliling kita mempengaruhi mood kita juga lho. Coba teliti teman-teman dekat kita, apa kebanyakan dari mereka tipe grumpy? Kalau ya, wah..hati-hati, jangan-jangan kita gampang banget suntuk. Makanya coba deh hanging out sama teman-teman yang ceria dan kocak supaya mood kita juga kebawa happy.
4. Cukup tidur
Pernah enggak tidur semalaman gara-gara panic mau ujian dan harus baca 2 buku yang amit-amit tebelnya? Well, jangan dibiasain, karena kekurangan tidur bias berakibat mood kita turun akibat kecapekan. Kebanyakan tidur juga bisa bikin kita suntuk karena ritme tubuh kita melambat dan akhirnya bawaan kita jadi ngantuk terus! Makanya, tidur yang cukup, dan kita siap berjuang untuk menghadapi hari.
5. Think positive
Isi hari-hari kita dengan kegiatan yang berguna seperti les bahasa atau belajar memasak. Pikiran kita terisi dengan hal-hal yang positif sehingga kita juga merasa positif terhadap diri kita sendiri.
6. Smile, it’s a wonderful world!
Kita tersenyum karena kita bahagia atau kita bahagia karena kita tersenyum? Duh pusing! Hmm..tapi coba deh sekarang tarik ujung bibir kita dan bikin senyum yang maniiis banget, gimana? Suasana hati juga jadi lebih ringan kan? Yupes, ternyata banyak senyum itu mempengaruhi suasana hati. Biasakan senyum disegala suasana, sama setiap orang, dan rasakan pengaruh positifnya ke dalam hati kita. Dengan gitu si kuman jahat yang namanya “bete” enggak akan lama hinggap di hati kita.

Referensi:
Kawanku No. 36/XXXIII

Mendeteksi Seseorang Habis Mabuk atau Tidak dari Rambut

Mendeteksi Seseorang Habis Mabuk atau Tidak dari Rambut
Dari rambut, bisa ketahuan seseorang habis mabuk atau enggak, bukan dari modelnya lho, tapi dari analisis zat didalamnya. Ketika seseorang minum minuman beralkohol, ada zat-zat tertentu yang tetap ada di tubuh. Contoh, zat lemak asam ethyl (FAEE) tersimpan dalam tubuh selama 12-18 jam setelah mabuk. Lalu, FAEE akan tersimpan dalam rambut. Hebatnya lagi, kadar FAEE mampu ngebedain yang pemabuk berat dan ringan. Menurut, Dr Friedrich Wurst dari The University of Basel, Swis, “Satu-satunya cara untuk menghilangkan bukti mabuk adalah mencukur semua rambut badan.” Wah, memang mabuk enggak ada gunanya!

Makan Si Hijau Biar Sehat

Makan Si Hijau Biar Sehat

Tahu kan kalau peranan sayur sangat besar buat tubuh yang sehat dan segar? Tapi sudah cukupkah mengenal kandungan yang terdapat didalamnya belum? Atau takaran yang segimana sih yang cukup kita konsumsi?

Sayur dan Takarannya
Kira-kira 20 tahun lalu, para ahli kesehatan dan lembaga-lembaga kesehatan di seluruh dunia, mulai menganjurkan setiap orang supaya lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran untuk kesehatan tubuh. Malah, dianjurkan 5 sampai 9 porsi sayuran sehari kudu dikonsumsi. Kalau ditakar-takar, kurang lebih sama dengan ½ kg sayur per hari-nya. Wets, cukup lumayan juga tuh buat tubuh kita.
Sebenarnya anjuran ini cukup masuk akal, mengingat besarnya ‘stres’ yang dibebankan pada tubuh. Lingkungan yang kotor maupun gaya hidup yang serab instant (salah satunya makan fast food demi kepraktisan) adalah beberapa contoh yang membebani tubuh. Bisa-bisa, tubuh kita butuh lebih banyak lagi sayuran daripada anjuran yang sudah disebutkan di atas.
Maka dari itu, sesuai dengan takaran yang pas, sebaiknya kita mulai mengkonsumsi sayuran setiap hari. Paling tidak dalam tiga kali mengkonsumsi makanan (pagi, siang, atau malam) ada nutrisi yang terserap dari sayuran. Sayuran dalam keadaan segar mempunyai kandungan enzim esensial untuk mengurangi nutrisi sehingga memungkinkan penyerapan nutrisi secara maksimal. Enzim dalam sayut inilah yang menjadi kunci kesehatan tubuh kita.
Sayuran yang biasa kita konsumsi sehari-hari punya manfaat dan kandungan yang beragam. Cek satu-satu yuk biar lebih kenal.
1. Bayam dan kangkung
Bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dengan kandungan vitamin A, C, mineral, kalsium, zat besi, dan kalium. Merupakan sumber energi yang cepat serta baik untuk anemia, kelelahan, dan gangguan tubuh.
Sebaiknya sayur bayam dikonsumsi langsung setelah dimasak agar kandungan zatnya dapat langsung diterima tubuh.
2. Brokoli
Brokoli mengandung zat anti kanker, serat yang tinggi, dan perlindungan terhadap jantung. Brokoli juga mengandung kalsium seperti susu yang penting dalam menjaga dan memelihara tulang. Brokoli yang segar dapat dikonsumsi bersama nasi atau kentang.
3. Mentimun
Kalium yang terdapat didalamnya membantu merangsang ginjal untuk membuang sisa metabolisme dan deposit lemak di dalam tubuh. Baik untuk kulit kering, kulit yang terbakar sinar matahari, gangguan hati, juga kesehatan di rambut dan kuku. Bias dikonsumsi dengan cara direbus atau dimasukkan ke dalam sayuran.
4. Seledri
Berfungsi sebagai pelarut melalui kandungan natriumnya untuk melepaskan deposit kalsium yang meyangkut di ginjal dan sendi. Kandungan magnesiumnya juga berguna untuk menghilangkan stres. Bias dikonsumsi melalui sayuran berkuah.
5. Selada
Kalau mau tahu, sayuran ini adalah salah satu cara efektif untuk menurunkan berat badan. Mengandung zat besi dan magnesium yang merangsang pembuluh darah untuk meningkatkan metabolisme tubuh.
6. Peterseli
Mengandung garam mineral yang tinggi yang dapat membantu memulihkan kesehat tubuh dengan menetralkan kondisi asam. Baik untuk alergi dan membuang raksa yang berlebihan di dalam tubuh. Dapat dimakan segar pada waktu makan malam.

Referensi:
Kawanku No. 36/XXXIII

Ditemukan gen yang mampu mengubah sifat jadi setia!

Ditemukan gen yang mampu mengubah sifat jadi setia!
Peneliti dari Yerkes National Primate Research Center of Emory University dan Atlanta’s Center for Behavioral Neuroscience di Amrik menenukan aktivitas suatu gen bisa mengubah perilaku sosial spesies. Tikus rumput dikenal sebagai binatang yang setia seumur hidup sama pasangannya. Dalam bagian otak tikus rumput yang disebut ventral pallidum, terdapat lebih banyak sel penerima hormon vasopressin dibandingkan tikus ladang. Tim peneliti lantas memasukkan sejenis gen yang meningkatkan sel reseptor dalam otak tikus ladang. Hasilnya, si tikus ladang jadi jarang melirik-lirik tikus lain dan lebih tertarik pada pasangannya. Penelitian ini sangat menarik karena kemungkinan menunjukkan sel penerima vasopressin di manusia juga berkaitan dengan cara seseorang berhubungan, ujar Larry Young, salah satu peneliti. Ehem, dicoba ke pacar kita saja, Pak!

Emm…Pa, Ma, Aku Mau Ngomong..

Emm…Pa, Ma, Aku Mau Ngomong..

Kita mengalami masalah enggak enak dan harus bilang ke ortu. Uuuh…gimana cara bilangnya, ya?
Situasi: Coba bayangin, kita mendapat nilai ‘merah’ si salah satu mata kuliah dan diharuskan mengulang, di-skors, atau enggak sengaja menabrakkan mobil ortu ke pagar orang lain! Dan mau enggak mau ortu HARUS tahu. Aduh!
Tenaaaang, ada tujuh langkah supaya bias kasih tahu ortu berita yang kurang meyenangkan.
Langkah 1
Saat yang pas
Menyampaikan berita enggak enak memang harus di saat yang tepat. Pilihlah saat yang kira-kira ‘aman’ kayak saat santai setelah makan malam keluarga. Jangan pilih waktu saat ortu baru pulang kantor atau sibuk mengurus masalah keluarga. Kalau lagi capek atau bingung, pasti ortu enggak bakal bias sabar untuk mendengarkan kita dan malah jadi emosi.

Langkah 2
Situasi enak
Kalau saat yang pas sudah ditemukan, sekarang saatnya bikin ortu ‘lebih bersahabat’ dengan kita. Mulailah dengan beramah-tamah dengan bikin kedekatan fisik antara kita dan ortu. Bias dengan duduk disebelahnya, atau mungkin bantuin mama beres-beres piring bekas makan malam.

Langkah 3
Obrolan manis
Sambil melakukan PDKT fisik ini, selipin juga obrolan-obrolan yang ‘hangat’ kayak, “si Tante Ana anaknya kelas berapa ya, Ma?” atau “Pa, tadi aku lihat DVD film kesukaan Papa, lho.” Jangan putus asa untuk mencari topic obrolan, ya.

Langkah 4
Saatnya tiba!
Setelah kira-kira ortu terlihat lebih santai dan mungkin malah banyak bertanya soal kita, inilah saatnya! Sampaikan berita mendebarkan ini dalam kalimat singkat yang langsung pada inti masalahnya. Jadi deg-degannya pun enggak perlu lama-lama.

Langkah 5
Tunggu
Yes! Kiat sudah selesai bilang nih. Eh…jangan langsung kabur atau juga malah sibuk bikin penjelasan macam-macam. Cukup tunggu saja reaksi mereka. Pastinya bikin keringat dingin, sih. Tapi kalau banyak bicara, nanti malah membingungkan dan semakin enggak cepat selesai.

Langkah 6
Kasih penjelasan
Ortu pasti bakal minta kita menjelaskan masalah lengkapnya. Baru deh, kita bias ngomong panjang lebar dan menceritakan kejadian lengkapnya dari awal sampai akhir. Yang pasti enggak pakai bohong! Yang paling penting sih, akui kalau kita salah dan janji enggak akan mengulangi lagi. Tapi, janjinya beneran ditepati ya!

Langkah 7
Tetap tinggal
Langkah terakhir adalah menguatkan mental kita untuk tetap tinggal di tempat dan mendengar keputusan ortu. Jangan pernah mau mengakhiri obrolan tanpa jawaban yang pasti. Supaya masalah kita juga langsung beres. Jangan lupa ngomong terima kasih sama ortu bila reaksi mereka sangat baik.

Oya, kalau belum berani untuk ngomong langsung, boleh kok, kirim SMS ke ortu kita. Yakin saja kalau kejujuran kita bakal tetap dihargai.

Aduh, Dia Mulai Aneh!

Aduh, Dia Mulai Aneh!
Jangankan nelepon duluan, kirim SMS aja enggak. Mau ketemuan aja susaaaah banget. Duh, tanda-tanda enggak bagus tuh! Apa yang musti kita lakukan kalau pacar kita berubah jadi ‘aneh’ gitu?
Introspeksi diri
Sebelum menyalahkan dia kerena kelakuannya yang ajaib begitu, yuk kita introspeksi diri. Siapa tahu kita melakukan kesalahan besar yang enggak disadari yang dia sebelin banget. Ingat-ingat lagi waktu ketemuan sama dia, apa yang dia katakan? Kapan terakhir dia menjadi aneh dan apa yang terjadi antara dia dan kita waktu itu? Tanya juga pendapat sahabat dekat kita, jangan-jangan kita sendiri enggak menyadari. Sahabet dekat mungkin bisa ngingetin kita.
Keep cool, jangan emosi dulu
Setelah introspeksi diri, eh, ternyata memang dari sisi kita enggak ada dosa nih! Dia saja yang tiba-tiba berubah aneh. Kesal enggak sih? Terus gimana dong? Pssst.. keep cool dulu, biar bagaimanapun semua masalah enggak akan selesai kalau kita marah-marah. Tenangkan emosi, ngumpul dulu bareng teman-teman yang mengerti masalah kita atau curhat sama kakak dan adik. Untuk urusan curhat juga harus diperhatikan. Pilihlah partner curhat yang tepat, yaitu yang bisa menenangkan kita. Jangan pilih si tukang adu domba yang bisa bikin emosi kita makin jadi! Wah, tambah enggak menyelesaikan masalah nanti! Tentu teman curhat ini pun harus bisa dipercaya. Enggak lucu kalau curhat kita beredar kemana-mana. Kalau sudah agak tenang, go for the next step: Ajak dia ngomong.
Momen dan strategi
Momen yang cocok adalah ketika mood dia lagi bagus dan dia enggak terlalu capek. Jangan coba ngajak ngomong setelah selesai ujian metematika atau setelah latihan basket. Ya masih capeklah dia. Orang yang kondisi fisiknya enggak fit dan pikirannya llelah lebih mudah tersinggung. Enggak mau kan urusan tambah ruwet gara-gara urusan sepele seperti salah timming?
Ketika sudah nemu waktu yang pas, sekarang kita pikirkan strategi untuk bertanya. Mulailah bercerita dari sisi kita. Gunakan awalan kalimat “aku”, dan jangan “kamu”, seperti “aku sedih” dan bukan “kamu bikin aku seidh”. Awalan “kamu” pada kalimat bisa membuat dia merasa sebagai pihak yang bersalah dan bisa-bisa dia tambah ngambek.

Gals, kalau kita sudah melakukan yang terbaik tapi pacar masih berkelakuan aneh dan yang paling parah dia minta putus, kita jangan menyalahkan diri sendiri. Ambil hikmahnya dan jadikan ini pengalaman berharga. Patah hati sah-sah saja, tapi jangan kelamaan ya, kerena masih banyak di luar sana yang jauh lebih baik dari si heartbreaker kita!

GANGGUAN ELIMINASI ENKOPRESIS

Pola pengeluaran feses di tempat yang tidak sesuai, terlepas apakah pengeluarannya adalah tidak disadari atau disengaja dalam DSM IV disebut sebagai enkopresis.
ETIOLOGI
• Tidak adanya latihan toilet (toilet training) yang tepat atau latihan yang tidak adekuat dapat memperlambat pencapaian kontinensia anak.
• Tetapi banyak anak enkopretik tidak memiliki masalah perilaku. Jika masalah perilaku terjadi, itu adalah akibat sosial pengeluaran kotoran.
• Enkopresis mungkin disertai dengan masalah perkembangan neurologi lain, termasuk distraksibilitas yang mudah, rentang atensi yang pendek, toleransi frustasi yang rendah, hiperaktivitas, dan koordinasi yang buruk. Kadang-kadang anak memiliki ketakutan khusus dalam menggunakan toilet. Enkopresis mungkin dicetuskan oleh peristiwa kehidupan, seperti kelahiran adik atau pindah ke rumah baru (sebagai media untuk protes).
DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS
• Jika feses keluar di tempat yang tidak semestinya secara teratur (sekurangnya sekali sebulan) selama tiga bulan.
• Mungkin ditemukan pada anak-anak yang memiliki kontrol usus dan dengan sengaja mengumpulkan fesenya didalam pakaian atau di tempat lain karena berbagai alasan emosional.
• Pada beberapa kasus anak mungkin tidak menunjukkan kendali yang adekuat terhadap otot sfingter, baik karena anak terlibat dalam aktifitas lain atau karena anak tidak menyadari prosesnya.
TERAPI
Psikoterapi adalah berguna meredakan ketegangan keluarga, mengobati reaksi anak enkopretik terhadap gejala mereka (seperti perasaan rendah diri dan isolasi sosial).

GANGGUAN ELIMINASI ENURESIS

Gangguan eliminasi enuresis mengacu pada ketidakmampuan untuk mengontrol buang air kecil. Penggunaan istilah ini biasanya terbatas untuk menggambarkan individu telah cukup usia untuk diharapkan melakukan kontrol tersebut. Jenis gangguan enuresis meliputi dua hal, yaitu nokturnal enuresis dan diurnal enuresis.
Enuresis adalah keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bila terjadi ketika tidur malam hari disebut enuresis nocturnal. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1 diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun.
Enuresis sendiri dikelompokkan menjadi enuresis primer, dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih tetap ngompol tetapi bila anak pernah ‘kering’ sedikitnya 6 bulan dan mendadak ngompol lagi maka dikelompokkan pada enuresis sekunder. Umumnya enuresis primer lebih banyak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor keturunan, apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anakkya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.
Enuresis primer disebabkan :
•Faktor genetik
•Keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat. Normalnya bila kandung kemih sudah penuh maka dikirim

pesan ke otak untuk mengeluarkan kencing dan balasan dari otak ialah agar kandung kencing dapat menahan sampai si anak siap ke toilet tetapi pada keadaan keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat maka proses ini tidak terjadi sehingga anak tidak dapat menahan kencing dan ngompol.
•Gangguan tidur. Tidur yang sangat dalam (deep sleep) akan menyebabkan anak tidak terbangun pada saat kandung
kencing sudah penuh.
•Hormon anti diuretik kurang. Hormon ini membuat produksi air kencing dimalam hari berkurang tapi bila hormon
kurang maka air kencing diproduksi terlalu banyak yang menyebabkan anak jadi ngompol.
•Kelainan anatomi, misalnya kandung kencing yang kecil.
Enuresis sekunder disebabkan :
•Stres kejiwaan: pelecehanseksual, mendapat adik baru, kematian dalam keluarga.
•Kondisi fisik terganggu: infeksi saluran kencing, diabetes, sembelit bahkan alergi.
Jadi ngompol itu tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan tetapi oleh banyak faktor lain.
Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas 7 tahun yang tidak berhasil diatasi tanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat kandung kencing dapat menahan lebih banyak kencing dan membantu ginjal untuk mengurangi produksi kencing. Pengobatan dengan obat-obatan tentulah memiliki efek samping.
•Obat-obat yang dipakai yaitu,dess mopres s in merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi
produksi air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing (intravesikular). Efek samping yang sering adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian obat. Dessmopresin diberikan sebelum tidur.
Obat lain yang dapat yaituimip ramin yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti. Ada teori yang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung kencing sehingga kemampuan pengisian kandung kencing dan kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk terhadap jantung.
•Cara mengatasi tanpa obat :
- terapi motivasi (motivational therapy)
dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan harian ngompol anak, bila
dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.
- terapi alarm (behaviour modification)
alarm diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi sehingga anak terbangun dan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak meneruskan buang air kecil di toilet. Cara ini dapat dikombinasikan dengan terapi motivasi. Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapa bulan. Cara ini memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%
- latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)
cara ini dilakukan pada anak yang memiliki kandung kencing yang kecil
-terapi kejiwaan(p h ys ioth erap y), terapi diet,
terapi hipnotis(h ypn oth erapy) belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, kafein.
Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anak bahkan dokter. Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya.
Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga mereka dapat mengatasi masalah ngompol pada dirinya. Karena ngompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosial dan psikologis yang akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri

GANGGUAN ELIMINASI

Gangguan eliminasi adalah suatu gangguan yang terjadi pada anak yang tidak dapat mengendalikan tingkah laku yang seharusnya sudah dapat dikendalikan sesuai tingkatan umurnya. Gangguan ini sangat menganggu orang dewasa dan orang-orang disekitarnya. Macam-macam gangguan eliminasi antara lain Enurasis dan Enkopresis.
Anak-anak yang bermasalah dengan pola pengeluaran feses atau urin ditempat abnormal (tempat yang tidak seharusnya) itulah yang disebut gangguan eliminasi. Jadi, apabila ada anak yang sudah berusia tujuh tahun atau lebih masih buang air kecil atau buang air besar dapat dikatakan anak tersebut mengalami gangguan eliminasi.

PENYEBAB GANGGUAN KOMUNIKASI FONOLOGIS

Gangguan fonologis bisa dikarenakan faktor usia yang mengakibatkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; dari susunan gigi geligi, bentuk rahang, sampai lidah yang mungkin masih kaku.
Beberapa kasus gangguan ini malah berkaitan dengan keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologis yang jadi penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan.
Sebab lainnya yaitu gangguan pendengaran. Bila anak tak bisa mendengar dengan jelas, otomatis perkembangan bicaranya terganggu. Tak kalah penting, faktor lingkungan, terutama bila anak tidak atau kurang dilatih berbicara secara benar juga dapat menjadi penyebab gangguan komunikasi fonologis tersebut.

PENANGANAN GANGGUAN KOMUNIKASI FONOLOGIS

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk penanganan gangguan komunikasi fonologis, misalnya dengan terapi bicara dan bawa anak tersebut berkonsultasi.
TERAPI BICARA
Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila dikarenakan gangguan neurologis, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berhubungan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sulit karena tergantung tingkat keterbelakangan mentalnya.
Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sulit, dianjurkan membawa anak berkonsultasi. Kriteria sulit: bila sudah mengganggu komunikasi atau kontak dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah bersekolah, gangguan ini bisa mempengaruhi prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, pengucapannya yang tak jelas akan memancing teman-teman mengolok-oloknya.
Dibutuhkan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk mengoreksi adanya gangguan pada organ-organ yang berhubungan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, hingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan seperti sumbing juga bisa berpengaruh pada cara bicaranya, tapi gangguan ini bisa diatasi dengan operasi dan terapi bicara.
BAWA BERKONSULTASI
Anak yang mengalami gangguan fonologis kriteria sedang hingga berat, biasanya terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun, atau usia 2,5 tahun baru bisa menyebut Mama atau Papa. Kemungkinan lain, meski sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih tahap bubbling alias tanpa arti, seperti "ma...ma, pa...pa". Namun bahasa resetif atau penerimaannya cukup baik, hingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan mengerti.
Yang seperti ini pun, sebaiknya dibawa berkonsultasi karena bila dibiarkan berlanjut, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologis lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10 bulan atau setahun, anak mulai dapat menyebut "Mama atau Papa", tapi selepas 2 dua tahun tak bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke psikolog atau psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan fonologis karena keterbelakangan mental, gangguan neurologis, atau sebab lain.
Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa ditangani psikolog, sebaiknya anak dirujuk ke ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi bicara bisa ditemui di berbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani anak yang mengalami gangguan bicara.
Sedangkan lama penanganan tergantung beberapa hal. Seperti berat-ringan gangguan, upaya atau kesediaan orang tua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur maupun melatihnya di rumah, serta kerjasama dari anak. Jadi, kita jangan segan-segan menanyakan pada terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi saran atau masukan seperti itu.
Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang dibutuhkan untuk menangani gangguan anak. Begitu pula penguasaan atau pendalaman terhadap masing-masing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara penanganan yang tepat untuk tiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus bisa membina hubungan baik dengan anak, hingga anak merasa senang mengikuti program tersebut. Sebaliknya, akan jadi kendala bila si terapis kaku dan tak bisa membujuk anak

DEFINISI GANGGUAN KOMUNIKASI FONOLOGIS

Gangguan artikulasi atau fonologis adalah kesulitan mengucapkan dan menggunakan bunyian dengan cara yang benar sesuai dengan aturan bahasa yang digunakan si anak, misalnya bunyian ‘b’ atau ‘w’. Anak yang pengucapannya kurang jelas atau tidak jelas, dan bentuk kesalahannya lain dari bentuk kesalahan anak yang tumbuh kembangnya normal dianggap mengalami gangguan artikulasi atau fonologis.
Definisi lainnya menyebutkan gangguan fonologis adalah penggantian satu suara dengan suara lain, atau penghilangan satu suara, atau suara menjadi berubah sama sekali. Contoh gangguan artikulasi atau fonologis: “mobil” jadi “obin” atau “mobi” atau “obil”.
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara. Gangguan suara tipikal misalnya suara kasar, suara terputus-putus atau terengah-engah, suara yang terpecah jika dalam intonasi atau pitch yang tinggi. Gangguan suara seperti ini biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan berbahasa lain sehingga disebut gangguan komunikasi kompleks. Bahkan gangguan yang terjadi dapat merupakan gabungan dari beberapa gangguan yang telah disebutkan di atas.
Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata mobil disebut mobing atau lari dibilang lali. "Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar," jelas Dra. Mayke S. Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak yang tergolong "pemberontak" atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang benar dengan mengulang kata yang dia ucapkan. Misal, "Ma, yuk, kita lali-lali!", segera timpali, "Oh, maksud Adik, lari-lari."
Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf dan suku kata. Misal, toko jadi toto atau stasiun jadi tatun. "Pengucapan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap orang lain," ujar pengajar di Fakultas Psikologi UI dan konsultan psikologi di LPT UI ini.

KIAT TANGANI KEGAGAPAN ANAK

1. Carilah Faktor Kemungkinan Penyebabnya
Terapis akan mencari tahu, apakah ada faktor keturunan, atau karena emosi, dan gangguan saraf. Biasanya untuk mengetahui adanya kemungkinan faktor saraf ini dilakukan pemeriksaan EEG (dirujuk ke dokter ahli saraf anak). Bila yang terlihat adalah faktor kecemasan, tes dilakukan dengan memberikan stresor-stresor tertentu, salah satunya diminta mengulang-ulang kalimat. Hal ini untuk melihat bagaimana tingkat keparahan gagapnya. Orangtua pun harus menyadari kapan muncul gagap pada anaknya. Semakin sering frekuensinya semakin mengindikasikan keparahannya.
2. Dilakukan Terapi
Jika telah diketahui kemungkinan penyebabnya maka dilakukan terapi untuk menghilangkan gagapnya. Umumnya dilakukan terapi kognitif dan perilaku (behavior) serta relaksasi saat anak berhadapan dengan kecemasan.
3. Tingkatkan Self Esteem Anak
Untuk meningkatkan self esteem anak, diperlukan peran guru dan teman-temannya, serta orangtua dan anggota keluarga lainnya. Peran lingkungan tersebut amat penting bagi kemajuan anak gagap. Beri pengertian kepada guru dan teman-temannya (tentu tanpa sepengetahuan anak) untuk tidak mengejeknya tetapi bersikap biasa saja. Hal ini sangat membantu memulihkan rasa percaya dirinya.
4. Beri Banyak Reward Positif
Dalam mengeliminasi gagap anak, orangtua disarankan untuk tidak memberlakukan hukuman, melainkan menggunakan banyak reward serta motivasi. Bentuknya bisa berupa pujian dan kesenangan ketika anak berhasil mengerjakan suatu tugas. Pelaksanaannya tergantung pada anak karena masing-masing berbeda. Dengan reward ini diharapkan anak termotivasi dan memiliki rasa percaya diri serta self esteem yang baik.
5. Hindari Faktor Kecemasan
Secara bertahap, hindari faktor yang memungkinkan anak cemas. Umpama, anak cemas bila harus bercerita di depan teman-temannya. Nah, orangtua bisa melatih anak dengan memintanya bercerita di depan orangtuanya sebelum dia melakukan tugas bercerita di hadapan teman-temannya. Bisa juga guru di kelas membantu anak saat bercerita di depan kelas dengan cara melakukan dialog atau memberikan tanya jawab akan pengalaman anak yang ingin diceritakannya, sehingga anak tidak terlalu cemas. Hindari pula anak dari situasi yang memberinya tekanan. Contoh, orangtua jangan mengatakan, ”Kalau ngomong jangan gagap, ya, Mama enggak suka.” Tekanan pada anak akan memperburuk kondisi gagapnya.
6. Lakukan Dengan Relaks
Ketika anak berbicara, mintalah dia untuk melakukannya perlahan-lahan dan tenang. Kelancaran bicara tidak harus cepat tapi perlahan namun pasti. Terapi dilakukan secara bertahap, dari perlahan sampai cepat. Lakukan relaksasi, misalnya dengan mengajaknya menyanyi, membaca puisi, dan bermain peran yang sarat dialog. Biasanya pada tingkat ringan, gagap tidak muncul saat anak relaks. Berikan lagulagu kesukaannya untuk dinyanyikan dan dihafalkan agar dapat diulang-ulang.

GEJALA GANGGUAN KOMUNIKASI GAGAP

Gejala gagap muncul selama 3 bulan berturut-turut. Gejala gagap pada anak bervariasi dari yang ringan sampai berat. Pada gagap yang ringan, anak dalam keadaan tertentu dapat bicara normal dan lancar saat sedang sendiri, berbisik, menyanyi, dan di antara orang-orang yang dia anggap lebih rendah posisi atau usianya dibanding dirinya. Serangan gagap bisa dialami bila ia merasa malu, rendah diri atau terlampau menyadari kondisi dirinya.
Sedangkan pada gagap yang berat, selain sulit atau bahkan tak mampu mengucapkan kata dengan huruf awal b, d, s, dan t, juga sering kali diikuti oleh gerakan berulang pada bagian tubuh yang tak bisa dia kendalikan. Namanya tics, yang terjadi pada wajah atau gerak-gerak kecil pada bagian punggung yang berulang dan tak terkendali. Gerakan ini merupakan representasi perjuangan dari dalam dirinya (internal) yang berat untuk dapat berbicara lancar. Nafasnya pun relatif lebih cepat. Serangan gagap ini dapat terjadi setiap saat dan pada situasi-siatuasi tertentu seperti harus berbicara di hadapan orang-orang yang dianggapnya memiliki kelebihan daripada dirinya.

PENANGANAN GANGGUAN KOMUNIKASI GAGAP

Gagap tidak akan berlanjut sampai dewasa bila anak diterapi dengan baik dan segera. Selain juga dibutuhkan dukungan dari lingkungan keluarga dan sekitarnya.
Jika anak memperlihatkan kesulitan mengoordinasikan alat-alat bunyi (mulut atau lidah) sehingga tampak seperti tidak wajar, atau sering memukul anggota tubuhnya agar keluar kata-kata, sebaiknya orangtua segera memeriksa anaknya ke terapis wicara agar dapat meningkatkan kefasihan bicara pada anaktersebut. Pendekatan yang banyak digunakan oleh terapis wicara untuk menangani anak kecil yang gagap adalah program pelancaran bicara (fluency-shaping program). Dalam program ini, fokusnya adalah meningkatkan pengeluaran kata-kata yang lancar pada anak. Hal itu dilakukan dengan membuat anak berbicara satu suku kata atau kata dengan lambat dan rileks. Jumlah kata-kata ini kemudian pelan-pelan ditingkatkan sampai anak bisa bicara satu kalimat. Proses ini akan bermula dari beberapa minggu hingga beberapa bulan atau lebih. Metode ini akan efektif jika orangtua bisa mengikuti sesi terapi sehingga mereka bisa belajar menggunakan pendekatan yang sama di rumah.
Selain itu, latihan dan penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan melatih pernapasan. Berlatih mengambil dan mengeluarkan napas dengan tenang dan teratur. Latihan rileksasi juga dapat membantu. Dengan melatih otot agar lebih santai ketika bicara, dan mengontrol posisi badan. Merekam ucapan sendiri dan mendengarkannya kembali juga dapat ditempuh. Motivasi yang kuat, kesabaran yang tinggi serta dukungan keluarga, teman dan lingkungan pergaulan kiranya banyak membantu menyembuhkan gangguan bicara.
Salah satu teknik terbaru dalam penyembuhan ini adalah dengan pijat syaraf bicara di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap. Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan. Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagaap ini diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya. Tentu saja terapi bicara bagi anak, berbeda dengan terapi bicara anak-anak. Bagi seseorang yang menderita gagap karena genetika, disarankan untuk selalu memijat syaraf ini setiap hari.

PENYEBAB GANGGUAN KOMUNIKASI GAGAP

Di usia prasekolah, anak seharusnya sudah lancar berbicara. Namun tak jarang, ada anak pada usia ini yang bicaranya gagap (stuttering). Banyak sekali kemungkinan penyebabnya meski penyebab utamanya sendiri tidak diketahui pasti, yang jelas gagap tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Anak yang gagap umumnya normal, karena gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata.
Faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini, yang mencakup:
1. Keturunan atau herediter
Sebagian kecil gagap disebabkan faktor keturunan yang berarti anak membawa disposisi kondisi saraf yang membuat mereka rentan sulit bicara. Bila kedua orangtua sehat dan normal dalam bicara, tetapi ada salah seorang paman atau kakek yang gagap, anak membawa predisposisi kerentanan ini.
2. Faktor saraf
Beberapa pakar dalam ilmu saraf berpendapat, adanya gangguan saraf menyebabkan gangguan koordinasi dari fungsi motorik untuk bicara. Gangguan saraf ini bisa disebabkan luka otak akibat proses persalinan yang sulit. Bisa juga karena kepala anak pernah terbentur, anak pernah kejang, atau pernah menderita infeksi serius, dan lainnya. Pada saat tersebut, terjadi proses penurunan kekuatan fungsi saraf secara menyeluruh.
3. Faktor emosi atau kecemasan
Gagap bisa terjadi pada situasi-situasi tertentu terutama saat ada kecemasan. Pada saat bicara dalam situasi tersebut, terjadi spasmodik atau pemblokan suara terutama pada kata yang berawalan huruf b, d, s, dan t, yang butuh adanya penekanan. Jadi, gagap di sini bukan gangguan dalam organ bicara, melainkan representasi kondisi ketidakmatangan emosi yang tercerminkan pada gangguan berbicara. Biasanya ini dialami oleh anak-anak yang kurang percaya diri atau memiliki self esteem yang rendah.
4. Faktor gangguan simetri otak
Proses pematangan otak terjadi sampai usia anak 2 tahun. Di usia 2-3 tahun sudah bisa dikenali mana bagian otak anak yang dominan. Bila anaknya berbakat kidal, orangtua mungkin masih bisa membenahinya di usia ini. Jika sudah lewat 3 tahun dan orangtua memaksakan anak melakukan kegiatan dengan tangan kanannya maka akan terjadi perubahan pada sistem kerja otaknya sehingga terjadi ketidakseimbangan yang membuat anak gagap.
Selain itu, hal-hal berikut juga dianggap mempunyai peranan penting penyebab terjadinya gagap, diantaranya adalah:
a. Faktor stres dalam kehidupan keluarga, seperti tekanan dari orang tua agar anak berbicara dengan jelas
b. Pendidikan anak yang dilakukan secara keras dan ketat, dengan membentak-bentak; serta tidak mengizinkan anak berargumentasi dan membantah.
c. Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan.
d. Faktor neurotik famial.
e. Gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.

DEFINISI GANGGUAN KOMUNIKASI GAGAP

Gangguan komunikasi berhubungan dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik untuk bicara atau dengan gangguan dalam kualitas suara. Ada yang disebut dysfluency atau stuttering atau gagap, yaitu suatu gangguan bicara dimana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara.
Definisi gagap yang lainnya adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Kalau dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran.
Gangguan ini juga bersifat variabel, yang berarti bahwa pada situasi tertentu, seperti berbicara melalui telepon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau menurun. Gagap biasanya muncul di usia 3 atau 4 tahun karena pada usia ini seharusnya perkembangan bahasa anak sudah baik, pemahamannya sudah bagus, pembentukan kalimat, bahasa ekspresif, dan kelancaran bicaranya juga sudah bagus, serta sosialisasi anak pun sudah lebih luas, dan dapat hilang sendiri di usia remaja, namun jika pada usia remaja belum hilang diperlukan penanganan yang lebih lanjut.

GEJALA GANGGUAN KOMUNIKASI RESEPTIF

Pada gangguan komunikasi campuran reseptif-ekspresif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan komunikasi ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Ciri klinis penting dari gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa.
Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan komunikasi campuran reseptif-ekspresif memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan simbol auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk dan mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif biasanya tampak tuli.

DEFINISI GANGGUAN KOMUNIKASI RESEPTIF

Gangguan komunikasi Reseptif-Ekspresif adalah salah satu gangguan komunikasi dimana anak mengalami keterlambatan belajar dalam menangkap arti, tidak memahami pertanyaan atau komentar orang lain (terutama yang bersifat abstrak), atau cerita yang panjang, kekeliruan memahami penjelasan yang kompleks, sulit mengikuti pembicaraan atau belajar dari buku huruf-huruf Phonological.
Pada masa sekolah mereka akan tertinggal oleh teman sebayanya. Karena komprehensi kurang baik, dapat muncul gangguan atensi. Kira-kira 40-60% akan mengalami gangguan fonologi, sedangkan 50% mengalami gangguan membaca. Masalah bahasa, dikombinasi dengan kesulitan membaca atau atensi akan menyebabkan lingkaran setan kemampuan akademik yang kurang, rasa percaya diri yang rendah, motivasi yang rendah dan isolasi sosial pada 70% kasus.
Mereka akan dapat berbicara, tetapi terlambat dibandingkan anak sebayanya. Pada masa dewasa, kemampuan bicara cukup untuk komunikasi sehari-hari, tetapi mereka tetap menunjukan kesulitan bila harus mengartikan atau menceritakan suatu masalah yang kompleks.

GEJALA GANGGUAN KOMUNIKASI EKSPRESIF

Pada gangguan komunikasi ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala-gejala seperti berikut ini:
• Perbendaharaan kata yang jelas terbatas.
• Membuat kesalahan dalam kosakata.
• Mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang
• Memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh.
• Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya.
• Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y.

DEFINISI GANGGUAN KOMUNIKASI EKSPRESIF

Gangguan komunikasi ekspresif adalah salah satu gangguan komunikasi dimana anak mengalami kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan maksudnya dengan ucapan yang benar. Penggunaan bahasa cenderung sedikit, perbendaharaan kata terbatas, kalimat pendek, tidak lengkap, struktur tidak sesuai usia, tata bahasa kacau, cerita dan kejadian disampaiakan secara tidak terorganisir, sulit memahami penjelasan anak.
Namun, anak-anak ini mempunyai kepandaian, pendengaran, kemampuan komprehensi, dan emosi yang normal. Keadaan ini disebabkan gangguan fungsi otak, yang tidak mampu menerjemahkan gagasan kepada bicara. Anak dapat menggunakan mimik untuk menyatakan kehendak.
Sebanyak 50-80% di antara anak-anak ini akan mencapai kemampuan berbicara yang normal sebelum umur sekolah. Prognosis kurang baik bila gangguan berbicara ekspretif menetap sampai umur sekolah. Anak-anak ini dapat menunjukan gangguan lainnya misalnya gangguan membaca dan gangguan pemusatan perhatian. Kadang-kadang anak nampak normal, tetapi tetap mengalami kesulitan bila harus menceritakan suatu hal yang kompleks. Hambatan ini akan menurunkan prestasi akademik, menyebabkan gangguan personal-sosial dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri.
Berbeda dengan developmental language delay yang dapat sembuh sendiri, anak-anak ini tetap mengalami gangguan bila tidak dilakukan intervensi.

EPIDEMIOLOGI GANGGUAN KOMUNIKASI

Gangguan bicara dan bahasa (komunikasi) dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja.
Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian, anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi daripada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah keatas.

TATALAKSANA GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK

Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak sangat berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan preventif. Tatalaksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, para dokter dituntut agar lebih tanggap terhadap proses perkembangan bicara dan bahasa pada anak.
Gangguan komunikasi pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Polaintonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati pola orang dewasa. Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan dengan memperluas hingga dua kata.
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses perkembangan bahasa anak:
• Ekspresi kalimat seru
• Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat untuk mendapatkan benda
• Mengoceh selama bermain
• Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak
• Menirukan suara lingkungan
• Berusaha untuk bernyanyi
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan komunikasi pada anak disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar.
Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan komunikasi diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya akan dievaluasi oleh ahli terapi wicara.

TAHAP PERKEMBANGAN BICARA DAN BAHASA (KOMUNIKASI) PADA ANAK Milestones Normal Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak

Umur Kemampuan Reseptif Kemampuan Ekspresif
Lahir  Melirik ke sumber suara
 Memperlihatkan ketertarikan terhadap suara-suara  Menangis
2-4 bulan  Tertawa dan mengoceh tanpa arti
6 bulan  Memberi respon jika namanya dipanggil  Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi huruf hidup (vowel) dan huruf mati (konsonan)
9 bulan  Mengerti dengan kata-kata yang rutin (da-da)  Mengucapkan “ma-ma”, “da-da”
12 bulan  Memahami dan menuruti perintah sederhana  Bergumam
 Mengucapkan satu kata
15 bulan  Menunjuk anggota tubuh  Mempelajari kata-kata dengan perlahan
18-24 bulan  Mengerti kalimat  Menggunakan atau merangkai dua kata
24-36 bulan  Menjawab pertanyan
 Mengikuti 2 langkah perintah  Frase 50% dapat dimengerti
 Membentuk 3 (atau lebih) kalimat
 Menanyakan “apa”
36-48 bulan  Mengerti banyak apa yang diucapkan  Menanyakan “mengapa”
 Kalimat 75% dapat dimengerti, bahasa sudah mulai jelas, menggunakan lebih dari 4 kata dalam 1 kalimat
48-60 bulan  Mengerti banyak apa yang dikatakan, sepadan dengan fungsi kognitif  Menyusun kalimat dengan baik
 Bercerita
 100% kalimat dapat dimengerti
6 tahun  Pengucapan bahasa lebih jelas

PENYEBAB GANGGUAN KOMUNIKASI MENURUT BLAGER BF

Penyebab Efek pada Perkembangan Bicara
1. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang
b. Tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. Di rumah menggunakan bahasa bilingual
a. Terlambat
b. Gagap
c. Terlambat pemerolehan bahasa
d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada orang tua

c. Gangguan serius pada anak
a. Terlambat pemerolehan bahasa
b. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa
c. Terlambat atau gangguan perkembangan
bahasa
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital

b. Didapat
a. Terlambat atau gangguan bicara
permanen
b. Terlambat atau gangguan bicara
permanen
4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat
b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata-rata
c. Retardasi mental
a. Terlambat bicara
b. Terlambat bicara

c. Pasti terlambat bicara


5. Cacat bawaan
a. Palatoschizis

b. Sindrom Down
a. Terlambat dan terganggu kemampuan
bicara
b. Kemampuan bicaranya lebih rendah
6. Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuskular



b. Kelainan sensorimotor


c. Palsi serebral



d. Kelainan persepsi
a. Mempengaruhi kemampuan menghisap,
menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul
gangguan bicara dan artikulasi seperti
disartria
b. Mempengaruhi kemampuan menghisap,
menelan, akhirnya menimbulkan
gangguan artikulasi, seperti dispraksia
c. Berpengaruh pada pernapasan, makan
dan timbul juga masalah artikulasi yang
dapat mengakibatkan disartria dan
dispraksia
d. Kesulitan membedakan suara, mengerti
bahasa, simbolisaasi, mengenal konsep,
akhirnya menimbulkan kesulitan belajar
di sekolah

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK

Penyebab gangguan komunikasi bisa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kondisi lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya.
Gangguan komunikasi pada anak dapat disebabkan oleh kelainan berikut:
1. Lingkungan sosial dan emosional anak
Interaksi antarpersonal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan komunikasi pada anak, termasuk lingkungan keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh kekhawatiran dan perhatian orang tua yang berlebihan pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi pada usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga sebagai suatu respon terhadap konflik dan rasa takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan problem emosional pada anak.
2. Sistem masukan (input)
Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktil-kinestetik dapat menyebabkan gangguan komunikasi pada anak. Dalam perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang sangat penting. Anak seharusnya sudah dapat mengenali bunyi-bunyian sebelum belajar bicara. Anak dengan otitis mediakronis dengan penurunan daya pendengaran akanmengalami keterlambatan kemampuan menerima atau mengungkapkan bahasa. Gangguan bahasa juga terdapat pada tuli karena kelainan genetik dan metabolik (tuliprimer), tuli neurosensorial (infeksiintrauterin:TORCH), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi atau afasia sensorik (terjadi kegagalan integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada skizofrenia ,autisme infantil, keadaancemas dan reaksi psikologis lainnya. Anak dengan gangguan penglihatan yang berat, akan terganggu pola bahasanya. Pada anak dengan defisit taktil-kinestetik akan terjadi gangguan artikulasi, misalnya pada anak dengan anomali alat bicara perifer, seperti pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang, bisa didapati gangguan bicara berupa disartria.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpretasi, formulasi, dan perencanaan bahasa, juga aktivitas dan kemampuan intelektual dari anak. Dalam hal ini, terdapat defisit kemampuan otak untuk memproses informasi yang komplek secara cepat. Kerusakan area Wernicke pada hemisfer dominangirus temporalis superior seseorang akan menyebabkan hilangnya seluruh fungsi intelektual yang berhubungan dengan bahasa atau simbol verbal, yang disebut dengan afasia Wernicke. Penderita mampu mengerti kata-kata yang dituliskan atau didengar, namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan. Apabila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar kebelakang (regio girus angular), ke inferior (area bawah lobus temporalis), dan ke superior (tepi superior fisurasylvian), maka penderita tampak seperti benar-benar terbelakang total untuk mengerti bahasa dan berkomunikasi, disebut dengan afasia global. Bila lesi tidak begitu parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tidak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya.
Kerusakan pada area bicara broca yang terletak di regio prefrontal dan fasial premotorik korteks menyebabkan penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya dan mampu bervokalisasi namun tak mampu mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Kelainan ini disebut afasia motorik, kira-kira 95% kelainannya di hemisfer kiri. Regio fasial dan laringeal korteks motorik berfungsi mengaktifkan gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan
Perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Kerusakan pada regio-regio ini menyebabkan ketidakmampuan untuk berbicara dengan jelas.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental,misalnya pada sindrom Down. Pada anak dengan retardasi mental, terdapat disfungsi otak akibat adanya ketidaknormalan yang luas dari struktur otak, neurotransmitter atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti atau tidak lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif, bahasa, motorik dansosial.
4. Sistem produksi
Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut, dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.

DIAGNOSIS GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK

Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan pengujian terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan isyarat anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anak-anak lain membantu memastikan keparahan bidang spesifik anak yang terganggu, dan membantu dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan emosional.
ANAMNESIS
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:
• Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau menggerakkan bagian tubuh.
• Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara padanya.
• Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
• Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke arah suara.
• Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
• Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil koran
• Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung, kuping, dan sebagainya
Selain itu harus diperhatikan juga tanda bahaya adanya gangguan komunikasi yaitu bila pada usia:
4-6Bulan
• Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya.
• pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh.
8-10Bulan
• Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.
• Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
• 9-10bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.
12-15Bulan
• 12bulan, belum menunjukkan mimik.
• 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti “ma-ma”, “da-da”.
• 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
• 15 bulan, belum mampu memahami arti tidak boleh atau daag.
• 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.
• 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata.
18-24Bulan
• 18 bulan, belum dapat mengucapkan 6-10 kata.
• 18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
• 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
• 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
• 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon.
• 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata oranglain.
• 24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
30-36Bulan
• 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
• 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.
3-4Tahun
• 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya.
• 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”.
• 4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.

GANGGUAN KOMUNIKASI

Ada perbedaan antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis, baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak dapat menyusun dua kata dengan baik. Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia dapat menyusun kata-kata yang benar untuk menyatakan keinginannya. Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini seringkali tumpang tindih.
Gangguan bicara dan bahasa (komunikasi) terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak), serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang tidak normal (sengau dan serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Menurut American Psychiatric Associationís Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe, yaitu:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif-ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap


http://www.dokteranakku.com/wpcontent/downloads/Buku%20gangguan%20bicara%20dan%20bahasa.pdf

PENANGANAN FOBIA SEKOLAH

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua dalam menangani masalah fobia sekolah atau pun school refusal, yaitu sebagai berikut:
1. Tetap menekankan pentingnya bersekolah
Para ahli pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa terapi terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah adalah dengan mengharuskannya tetap bersekolah setiap hari (the best therapy for school phobia is to be in school every day). Karena rasa takut harus diatasi dengan cara menghadapinya secara langsung. Menurut para ahli tersebut, keharusan untuk mau tidak mau setiap hari masuk sekolah, malah menjadi obat yang paling cepat mengatasi masalah fobia sekolah, karena lambat laun keluhannya akan makin berkurang hari demi hari. Makin lama dia “diijinkan” tidak masuk sekolah, akan makin sulit mengembalikannya lagi ke sekolah, dan bahkan keluhannya akan makin intens dan meningkat. Selain itu, dengan mengijinkannya absen dari sekolah, anak akan makin ketinggalan pelajaran, serta makin sulit menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
Kemungkinan besar anak akan coba-coba bernegosiasi dengan orangtua, untuk menguji ketegasan dan konsistensi orangtua. Jika ternyata pada suatu hari orangtua akhirnya “luluh”, maka keesokkan harinya anak akan mengulang pola yang sama. Tetaplah bersikap hangat, penuh pengertian, namun tegas dan bijaksana sambil menenangkan anak bahwa semua akan lebih baik setibanya dia di sekolah.
2. Berusahalah untuk tegas dan konsisten dalam bereaksi terhadap keluhan, rengekan, tantrum atau pun rajukan anak yang tidak mau sekolah.
Entah karena pusing mendengar suara anak atau karena amat mengkhawatirkan kesehatan anak, orangtua seringkali meluluskan permintaan anak. Tindakan ini tentu tidak sepenuhnya benar. Jika ketika bangun pagi anak segar bugar dan bisa berlari-lari keliling rumah atau pun sarapan pagi dengan baik, namun pada saat mau berangkat sekolah, tiba-tiba mogok – maka sebaiknya orangtua tidak melayani sikap “negosiasi” anak dan langsung mengantarnya ke sekolah. Satu hal penting untuk diingat adalah hindari sikap menjanjikan hadiah jika anak mau berangkat ke sekolah, karena hal ini akan menjadi pola kebiasaan yang tidak baik (hanya mau sekolah jika diberi hadiah). Anak tidak akan mempunyai kesadaran sendiri kenapa dirinya harus sekolah dan terbiasa memanipulasi orangtua/lingkungannya. Anak jadi tahu bagaimana taktik atau strategi yang jitu dalam mengupayakan agar keinginannya terlaksana.
Jika sampai terlambat, anak tetap harus berangkat ke sekolah – kalau perlu ditemani/ diantar orangtua. Demikian juga jika sesampai di sekolah anak minta pulang, maka orangtua harus tegas dan bekerja sama dengan pihak guru untuk menenangkan anak agar akhirnya anak merasa nyaman kembali. Jika anak menjerit, menangis, ngamuk, marah-marah atau bertingkah laku aneh-aneh lainnya, orangtua hendaknya sabar. Ajaklah anak ke tempat yang tenang dan bicaralah baik-baik hingga kecemasan dan ketakutannya berkurang/hilang; dan sesudah itu bawalah anak kembali ke kelasnya. Situasi ini dialami secara berbeda antara satu orang dengan yang lain, tergantung dari kemampuan orangtua menenangkan dan mendekatkan diri pada anak. Namun jika orangtua mengalami kesulitan dalam menghadapi sikap anaknya, mintalah bantuan pada guru atau sesama orangtua murid lainnya yang dikenal cukup dekat oleh anak. Terkadang, keberadaan mereka justru membuat anak lebih bisa mengendalikan diri.
3. Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter
Jika orangtua tidak yakin akan kesehatan anak, bawalah segera ke dokter untuk mendapatkan kepastian tentang ada/tidaknya problem kesehatan anak. orangtua tentu lebih peka terhadap keadaan anaknya setiap hari; perubahan sekecil apapun biasanya akan mudah dideteksi orangtua. Jadi, ketika anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya (pusing, mual, dsb), orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka praktek di pagi hari agar setelah itu anak tetap dapat kembali ke sekolah. Selain itu, dokter pun dapat membantu orangtua memberikan diagnosa, apakah keluhan anak merupakan pertanda dari adanya stress terhadap sekolah, atau kah karena penyakit lainnya yang perlu ditangani secara seksama
4. Bekerjasama dengan guru kelas atau asisten lain di sekolah
Pada umumnya para guru sudah biasa menangani masalah fobia sekolah atau pun school refusal (terutama guru-guru preschool hingga TK). Hampir setiap musim sekolah tiba, ada saja murid yang mogok sekolah atau menangis terus tidak mau ditinggal orangtuanya atau bahkan minta pulang. Orangtua bisa minta bantuan pihak guru atau pun school assistant untuk menenangkan anak dengan cara-cara seperti membawanya ke perpustakaan, mengajak anak beristirahat sejenak di tempat yang tenang, atau pada anak yang lebih besar, guru dapat mendiskusikan masalah yang sedang memberati anak. Guru yang bijaksana, tentu bersedia memberikan perhatian ekstra terhadap anak yang mogok untuk mengembalikan kestabilan emosi sambil membantu anak mengatasi persoalan yang dihadapi – yang membuatnya cemas, gelisah dan takut. Selain itu, berdiskusi dengan guru untuk meneliti faktor penyebab di sekolah (misalnya diejek teman, dipukul, dsb) adalah langkah yang bermanfaat dalam upaya memahami situasi yang biasa dihadapi anak setiap hari.
5. Luangkan waktu untuk berdiskusi/berbicara dengan anak
Luangkan waktu yang intensif dan tidak tergesa-gesa untuk dapat mendiskusikan apa yang membuat anak takut, cemas atau enggan pergi ke sekolah. Hindarkan sikap mendesak atau bahkan tidak mempercayai kata-kata anak. Cara ini hanya akan membuat anak makin tertutup pada orangtua hingga masalahnya tidak bisa terbuka dan tuntas. Orangtua perlu menyatakan kesediaan untuk mendampingi dan membantu anak mengatasi kecemasannya terhadap sesuatu, termasuk jika masalah bersumber dari dalam rumah tangga sendiri. Orangtua perlu introspeksi diri dan kalau perlu merubah sikap demi memperbaiki keadaan dalam rumah tangga.
Orangtua pun dapat mengajarkan cara-cara atau strategi yang bisa anak gunakan dalam menghadapi situasi yang menakutkannya. Lebih baik membekali anak dengan strategi pemecahan masalah daripada mendorongnya untuk menghindari problem, karena anak akan makin tergantung pada orangtua, makin tidak percaya diri, makin penakut, dan tidak termotivasi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
6. Lepaskan anak secara bertahap
Pengalaman pertama bersekolah tentu mendatangkan kecemasan bagi anak, terlebih karena ia harus berada di lingkungan baru yang masih asing baginya dan tidak dapat ia kendalikan sebagaimana di rumah. Tidak heran banyak anak menangis sampai menjerit-jerit ketika diantar mamanya ke sekolah. Pada kasus seperti ini, orangtua perlu memberikan kesempatan pada anak menyesuaikan diri dengan lingkungan baru-nya. Pada beberapa sekolah, orangtua/pengasuh diperbolehkan berada di dalam kelas hingga 1-2 minggu atau sampai batas waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. Lepaskan anak secara bertahap, misalnya pada hari-hari pertama, orangtua berada di dalam kelas dan lama kelamaan bergeser sedikit-demi sedikit di luar kelas namun masih dalam jangkauan penglihatan anak. Jika anak sudah bisa merasa nyaman dengan lingkungan baru dan tampak “happy” dengan teman-temannya – maka sudah waktunya bagi orangtua untuk meninggalkannya di kelas dan sudah waktunya pula bagi orangtua untuk tidak lagi bersikap overprotective, demi menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dan kemandirian.
7. Konsultasikan pada psikolog/konselor jika masalah terjadi berlarut-larut
Jika anak tidak dapat mengatasi fobia sekolahnya hingga jangka waktu yang panjang, hal ini menandakan adanya problem psikologis yang perlu ditangani secara proporsional oleh ahlinya. Apalagi, jika fobia sekolah ini sampai mengakibatkan anak ketinggalan pelajaran, prestasinya menurun dan hambatan penyesuaian diri yang serius – maka secepat mungkin persoalan ini segera dituntaskan. Psikolog/konselor akan membantu menemukan pokok persoalan yang mendasari ketakutan, kecemasan anak, sekaligus menemukan elemen lain yang tidak terpikirkan oleh keluarga – namun justru timbul dari dalam keluarga sendiri (misalnya takut dapat nilai jelek karena takut dimarahi oleh papanya). Untuk itulah konselor/psikolog umumnya menghendaki keterlibatan secara aktif dari pihak orangtua dalam menangani masalah yang dihadapi anaknya. Jadi, orangtua pun harus belajar mengenali siapa dirinya dan menilai bagaimana perannya sebagai orangtua melalui masalah-masalah yang timbul dalam diri anak.
Jadi, persoalan mogok sekolah seyogyanya bukanlah masalah yang serius (kecuali ada masalah kesehatan serius). Namun jika dibiarkan berlarut-larut dapat benar-benar menjadi masalah serius.

FAKTOR PENYEBAB FOBIA SEKOLAH

Ada beberapa penyebab yang membuat anak seringkali menjadi mogok sekolah. orangtua perlu bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menyikapi sikap pemogokan itu, agar dapat memberikan penanganan yang benar-benar tepat. Alangkah baiknya, jika orangtua mau bersikap terbuka dalam mempelajari dan mencari semua kemungkinan yang bisa terjadi. Konsultasi dengan guru di sekolah, sharing dengan sesama orangtua murid, diskusi dengan anak, konsultasi dengan konselor atau psikolog, (kalau perlu) memeriksakan anak ke paramedis atau dokter sesuai keluhan yang dikemukakannya, hingga introspeksi diri adalah metode yang tepat untuk mendapatkan gambaran penyebab dari fobia sekolah anak. Berhati-hatilah untuk membuat diagnosa secara subyektif, didasarkan pada pendapat pribadi diri sendiri atau keluhan anak semata. Di bawah ini ada beberapa penyebab fobia sekolah dan school refusal :
1. Separation Anxiety
Separation anxiety pada umumnya dialami anak-anak kecil usia balita (18 – 24 bulan). Kecemasan itu sebenarnya adalah fenomena yang normal. Anak yang lebih besar pun (preschooler, TK hingga awal SD) tidak luput dari separation anxiety. Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka tidak hanya akan merasa rindu terhadap orangtua, rumah, atau pun mainannya – tapi mereka pun cemas menghadapi tantangan, pengalaman baru dan tekanan-tekanan yang dijumpai di luar rumah.
Separation anxiety bisa saja dialami anak-anak yang berasal dari keluarga harmonis, hangat dan akrab yang amat dekat hubungannya dengan orangtua – singkat kata, tidak ada masalah dengan orangtua. Orangtua mereka adalah orangtua yang baik dan peduli pada anak, dan mempunyai kelekatan yang baik. Namun tetap saja anak cemas pada saat sekolah tiba. Tanpa orangtua pahami, anak-anak sering mencemaskan orangtuanya. Mereka takut kalau-kalau orangtua mereka diculik, atau diserang monster atau mengalami kecelakaan sementara mereka tidak berada di dekat orangtua. Ketakutan itu tidak dibuat-buat, namun merupakan fenomena yang biasa hinggap pada anak-anak usia batita dan balita. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin berpisah dari orangtua dan malah lengket-nempel terus pada mama-papanya. Peningkatan kecemasan menimbulkan rasa tidak nyaman pada tubuh mereka, dan ini lah yang sering dikeluhkan (perut sakit, mual, pusing, dsb). Sejalan dengan perkembangan kognisi anak, ketakutan dan kecemasan yang bersifat irrasional itu akan memudar dengan sendirinya karena anak mulai bisa berpikir logis dan realistis.
Separation anxiety bisa muncul kala anak selesai menjalani masa liburan panjang atau pun mengalami sakit serius hingga tidak bisa masuk sekolah dalam jangka waktu yang panjang. Selama di rumah atau liburan, kuantitas kedekatan dan interaksi antara orangtua dengan anak tentu saja lebih tinggi dari pada ketika masa sekolah. Situasi demikian, sudah tentu membuat anak nyaman dan aman. Pada waktu sekolah tiba, anak harus menghadapi ketidakpastian yang menimbulkan rasa cemas dan takut. Namun, dengan berjalannya waktu, anak yang memiliki rasa percaya diri, dapat perlahan-lahan beradaptasi dengan situasi sekolah.
Peneliti berpendapat, anak yang mempunyai rasa percaya diri yang rendah, berpotensi menjadi anak yang anxiety prone-children (anak yang memiliki kecenderungan mudah cemas) dan cenderung mudah mengalami depresi. Banyak orangtua yang tidak sadar bahwa sikap dan pola asuh yang diterapkan pada anak ikut menyumbang terbentuknya dependency (ketergantungan), rasa kurang percaya diri dan kekhawatiran yang berlebihan. Contohnya, sikap orangtua yang overprotective terhadap anak hingga tidak menumbuhkan rasa percaya diri keberanian dan kemandirian. Anak tidak pernah diperbolehkan, dibiarkan atau didorong untuk berani mandiri. Orangtua takut kalau-kalau anaknya kelelahan, terluka, jatuh, tersesat, sakit, dan berbagai alasan lainnya. Anak selalu berada dalam proteksi, pelayanan dan pengawalan melekat dari orangtua. Akibatnya, anak akan tumbuh menjadi anak manja, selalu tergantung pada pelayanan dan bantuan orangtua, penakut, cengeng, dan tidak mampu memecahkan persoalannya sendiri. Banyak orangtua yang tanpa sadar membuat pola ketergantungan ini berlangsung terus-menerus agar mereka merasa selalu dibutuhkan (berarti, berguna) dan sekaligus menjadikan anak sebagai teman “abadi”. Padahal, dibalik ketergantungan sang anak terhadap orangtua, tersimpan kebutuhan dan ketergantungan orangtua pada “pengakuan” sang anak. Akibatnya, keduanya tidak dapat memisahkan diri saat anak harus mandiri dan sulit bertumbuh menjadi individu yang dewasa.

2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Mungkin saja anak menolak ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah mendapat cemoohan, ejekan atau pun di”ganggu” teman-temannya di sekolah. Atau anak merasa malu karena tidak cantik, tidak kaya, gendut, kurus, hitam, atau takut gagal dan mendapat nilai buruk di sekolah. Di samping itu, persepsi terhadap keberadaan guru yang galak, pilih kasih, atau “seram” membuat anak jadi takut dan cemas menghadapi guru dan mata pelajarannya. Atau, ada hal lain yang membuatnya cemas, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi moody, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah, ketika mulai mendekati waktu keberangkatan.
Masalahnya, tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orangtua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Dengan sibuknya orangtua, sementara anak-anak lebih banyak diurus oleh baby sitter atau mbak, makin membuat anak sulit menyalurkan perasaannya; dan akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain seperti yang telah disebutkan di atas
3. Problem Dalam Keluarga
Penolakan terhadap sekolah bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua atau pun keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar atau bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara papa-mamanya, tentu menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orangtuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.

TINGKATAN DAN JENIS PENOLAKAN TERHADAP SEKOLAH

Para ahli menunjuk adanya beberapa tingkatan school refusal, mulai dari yang ringan hingga yang berat (fobia), yaitu :
1. Initial school refusal behavior
adalah sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (seketika/tiba-tiba) yang berakhir dengan sendirinya tanpa perlu penanganan.

2. Substantial school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung selama minimal 2 minggu.

3. Acute school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang bisa berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak mengalami masalah setiap kali hendak berangkat sekolah

4. Chronic school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut bersekolah di tempat itu.

TANDA-TANDA FOBIA SEKOLAH

Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai kriteria fobia sekolah ataupun school refusal, yaitu:
• Menolak untuk berangkat ke sekolah.
• Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta pulang
• Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan mama/papa atau pengasuhnya, atau menunjukkan “tantrum”-nya seperti menjerit-jerit di kelas, agresif terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb) atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan/menentang gurunya.
• Menunjukkan ekspresi atau raut wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih guru agar diijinkan pulang dan ini berlangsung selama periode tertentu.
• Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
• Keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
• Mengemukakan keluhan lain (di luar keluhan fisik) dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.

DEFINISI FOBIA SEKOLAH

Sekolah bagi sebagian anak adalah hal yang menyenangkan. Sementara bagi anak lainnya sekolah menjadi "monster" yang menakutkan. Alhasil dengan berbagai alasan si buyung atau upik pun sering ngambek dan tak mau sekolah. Bagi orangtua, sindrom fobia sekolah ini menjadi persoalan besar.
Banyak orangtua bingung menghadapi perubahan sikap anak yang tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit perut, sakit kepala, sakit kaki dan seribu alasan lainnya. Bagi orangtua yang anaknya masih kecil, pemogokkan ini tentu bikin pusing karena menimbulkan kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat. Orangtua menjadi bingung: memaksa anak untuk tetap berangkat sekolah takut nanti anaknya menjadi stress; atau kalau ternyata benar apa yang dikemukakan anak, lantas bagaimana harus bersikap? Sementara itu problem yang hampir sama dialami orangtua yang bingung menghadapi penolakan anaknya yang sudah waktunya bersekolah tapi masih saja belum mau masuk sekolah.
Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang ketika “masa keberangkatan” sudah lewat, atau hari Minggu atau libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru ataupun ketika ia menghadapai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.


http://www.rekonfu.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1263