Selasa, 29 Desember 2009

Meningkatkan Self Esteem


Self esteem (harga diri) merupakan istilah yang digunakan dalam psikologi untuk mencerminkan seseorang dengan dimensi evaluasi yang menyeluruh dari diri. Harga diri meliputi keyakinan dan emosi. Jadi, self esteem dapat diartikan sebagai suatu perasaan dimana seseorang merasa bahwa dirinya berharga dan merasa bangga terhadap dirinya atau dapat dikatakan seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin kita menyukai diri kita sendiri, maka tingkat self esteem kita akan tinggi. Self esteem yang tinggi itulah yang akan mendorong diri kita, hubungan kita dengan orang lain, dan tingkat kepercayaan diri kita.

Self Esteem pada Anak-anak

Self esteem seseorang sangat dipengaruhi oleh kehidupan pada masa kanak-kanaknya. Oleh sebab itu, anak harus dilatih untuk meningkatkan self esteem dalam berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara mengajarkan kepada anak untuk memberi salam kepada setiap orang yang ditemuinya sambil tersenyum dan melakukan eye contact, selalu memberikan apresiasi terhadap prestasi yang dilakukan anak dengan cara memberi hadiah sekecil apapun prestasi yang dilakukannya, ajarkan anak untuk tidak selalu mencari perhatian terhadap orang disekitarnya, latih anak untuk lebih sering berbicara dan berpikir positif serta tidak sering mengeluh, beri pengertian kapada anak untuk dapat menerima kesalahan dan penolakan, ajarkan kepada anak untuk melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar lebih baik lagi, ingatkan anak pada keberhasilannya agar anak merasa bangga terhadap dirinya, dan latih anak untuk mengelola emosinya dengan lebih baik.

Cara Meningkatkan Self Esteem

  1. Examine Your True Value

Yakinkanlah pada diri anda bahwa anda adalah “unik” dari karya yang agung sang Pencipta. Tampillah dengan tampilan terbaik anda setiap hari, jika anda mulai menghargai dan mengagumi diri anda, maka orang lain akan melakukan hal yang sama.

  1. Do Not Compare to Others

Konsep kesuksesan bukanlah dengan membandingkan prestasi orang lain dengan prestasi kita, tetapi membandingkannya dengan pencapaian kita yang sebelumnya. Tentukanlah apa yang berharga dan janganlah mengukur kesuksesan anda dengan pengukur kesuksesan orang lain.

  1. Re-Programming Your Mind

Sikap dan tindakan seseorang dapat berubah sejalan dengan informasi yang diterima ke dalam pikirannya. Jadi, bagaimana anda dapat mengarahkan pikiran anda akan sangat berguna untuk meningkatkan citra diri anda dan juga akan membawa anda pada kesuksesan yang lebih tinggi.

  1. Creating Positive Environment

Jangan membiarkan orang lain yang menentukan pendapat anda terhadap diri anda sendiri. Kebahagiaan seseorang dapat terwujud ketika ia melakukan hal-hal yang membuat citra dirinya positif. Jadi, anda lah yang harus memegang kendali citra diri positif anda.

  1. Always Remember Your Past Success

Ingatlah kesuksesan anda di masa lalu yang dapat membuat anda merasa bangga, gunakan kesuksesan itu sebagai batu lompatan untuk mencapai kesuksesan yang berikutnya.

  1. Talk Positive to Yourself

Afirmasi positif terbukti dapat meningkatkan semangat dan citra diri seseorang, contohnya seseorang dapat menggunakan kata-kata positif buatannya sendiri seperti “saya pasti bisa”.

  1. Action

Self esteem yang tinggi tidak akan didapatkan jika anda menghindar dari setiap tantangan yanga ada dalam hidup anda. Untuk memperoleh self esteem yang tinggi tidak hanya cukup dengan berkata-kata positif pada diri anda, tetapi anda harus mengambil tindakan, hadapi ketakutan akan kegagalan, dengan demikian rasa percaya diri akan tumbuh dan citra diri positif akan muncul dalam diri anda sehingga anda akan memperoleh self esteem yang tinggi.

Pengaruh Kesehatan Mental


Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Ketenangan Hidup

Ketenangan hidup (ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin) tidak hanya tergantung pada faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, adat kebiasaan, namun juga ditentukan oleh cara dan sikap kita dalam menghadapi faktor-faktor tersebut. Ketenangan jiwa berpengaruh pada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Jadi, yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental yaitu tanggapan seseorang terhadap suatu permasalahan, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan mempunyai kegairahan untuk hidup dan mempunyai semangat yang tinggi, tidak cepat putus asa, dan dapat menghadapi semua kegagalan sebagai suatu pelajaran yang akan membawa kesuksesan nanti dengan cara tenang dan wajar.

Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Perasaan

Orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mempunyai gangguan perasaan seperti rasa cemas (gelisah), iri hati, merasa rendah diri (minder), pemarah, agresif, dan ragu-ragu (bimbang). Perasaan-perasaan ini bisa salah satu yang menonjol dan mungkin juga dua atau lebih yang menonjol.

Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Pikiran dan Kecerdasan

Kecerdasan memang diwarisi, artinya kecerdasan seseorang akan diwarisi oleh orangtuanya. Namun, jika orang yang cerdas karena keturunan tetapi tidak mendapat kesempatan oleh lingkungan untuk berkembang maka kecerdasan itu tidak akan mencapai maksimal dan bila ini dirasa sebagai masalah yang besar maka kesehatan mental atas pikiran terganggu. Contohnya seperti sering lupa, tidak bisa konsentrasi, kemampuan menurun, merasa tidak lagi cerdas, merasa pikirannya tidak bisa digunakan, dan sebagainya. Jika kita dapati anak-anak di sekolah yang tidak mau belajar, malas belajar, sering lupa menaruh barang, bukan berarti dia tidak cerdas, bisa jadi karena tidak ada ketenangan jiwa pada dirinya disebabkan orangtua (rumah tangganya) broken-home. Perlakuan orangtua yang terlalu keras, tidak peduli terhadap kepentingan anak, sering membanding-bandingkan, sering campur tangan, tidak pernah memberi pengertian dan penghargaan, sering menyebabkan hilangnya ketenangan jiwa si anak yang berakibat daya konsentrasi rendah, semangat belajar menurun, anak menjadi pemalas dan bodoh di sekolah.

Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Tingkah Laku

Orang yang merasa tertekan dan gelisah, ingin agar perasaan tersebut hilang dengan cara mengungkapkannya kepada orang lain atau mengungkapkannya keluar atau diledakan. Tingkah laku yang diledakan itu bisa menyebabkan dan melegakan si anak. Namun, bisa juga membuat permasalahan yang baru.

Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Kesehatan Badan

Orang yang mengalami banyak masalah biasanya akan mempengaruhi fisik atau organ yang paling lemah (psikosomatis) yaitu penyakit pada badan yang disebabkan oleh mental atau psikis. Contohnya jantung, migran, exim, maag, produksi keringat pada telapak tangan yang berlebihan.

Gangguan Ansietas


Gangguan ansietas mencakup kecemasan dan ketakutan. Cemas adalah suatu tanda kewaspadaan, suatu peringatan akan bahaya yang tertunda dan memungkinkan individu bersikap menghadapi ancaman. Sifatnya tak dikenal, samara, konflik internal. Sedangkan takut adalah suatu respon terhadap ancaman yang dikenal dari luar, nyata, dan bukan didasarkan konflik intrapsikis.

Gangguan Ansietas Fobi

Ansietas dicetuskan secara menonjol oleh adanya situasi atau objek yang jelas secara umum tidak berbahaya. Sebagai akibat situasi atau objek secara khusus dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam. Tingkat keparahannya bervariasi, dari yang paling ringan sampai kengerian yang berat dengan gejala-gejala seperti palpitasi, perasaan mau pingsan, seringkali disertai dengan perasaan takut mati atau takut menjadi gila.

Gangguan Ansietas lainnya

  • Gangguan Panik dan Agrofobia

Serangan panik adalah periode ketakutan yang kuat dan tidak menyenangkan, biasanya disertai sediktnya empat gejala somatik atau kognitif, seperti berdebar-debar, gemetar, nafas pendek, berkeringat, dan rasa tercekik, datangnya tiba-tiba dan berlangsung beberapa kali dalam satu hari sampai satu tahun. Gangguan panik sering disertai agrofobia yaitu suatu rasa takut berada sendirian di ruang terbuka, di tempat keramaian, dan tempat-tempat umum seperti supermarket, mall, dan sebagainya, terutama yang bila terjadi serangan panik, penderita agrofobia kesulitan untuk segara menyingkir ke tempat yang aman (biasanya rumah). Kebanyakan penderita agrofobia adalah wanita dan terjadi pada usia dewasa muda.

Gangguan Ansietas Menyeluruh

Cemas menyeluruh dan bertahan lama dengan gejala bervariasi seperti keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetar, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala, dan keluhan epigastrik, perasaan kekhawatiran atau firasat lain tentang dirinya atau keluarganya menderita sakit atau mengalami kecelakaan.

Gangguan Stress Pasca Trauma


Timbul sebagai respons terhadap kejadian atau situasi yang menimbulkan stress dan menakutkan yang cenderung menyebabkan distress pada setiap orang, misalnya musibah alamiah atau di buat manusia seperti peperangan, kecelakaan berat, dan lain-lain. Gejala khasnya mencakup episode-episode dimana bayangan-bayangan kejadian traumatik tersebut terulang kembali (flash back) atau dalam mimpi. Lazimnya ada ketakutan dan menghindar dari hal-hal yang mengingatkannya kembali pada trauma yang dialaminya. Reaksinya mendadak ketakutan, panik atau agresif, mudah kaget, tertegun dan insomnia, dan kadang-kadang timbul ide bunuh diri.

Sabtu, 19 Desember 2009

Reality Show


Televisi merupakan media penyampaian pesan berbasis audiovisual, melalui televisi kita dapat menonton berbagai program siaran yang ditayangkan oleh sejumlah stasiun televisi. Namun banyaknya stasiun televisi pada saat ini menyebabkan persaingan menampilkan program yang semenarik mungkin agar banyak diminati. Sekarang ini yang lagi ngetrend ditampilkan oleh hampir semua stasiun televisi adalah program reality show karena dianggap “angin besar” bagi dunia industri televisi sehingga menjadi persaingan antar stasiun televisi.

Reality show adalah program televisi yang menggambarkan perwujudan asli dari suatu peristiwa, seseorang, kejadian dan proses sehingga pemirsa memiliki kepercayaan terhadap objek yang ditontonnya.

Saat ini reality show sudah banyak macamnya, antara lain program yang berisi rekaman kehidupan seseorang atau sekelompok orang dengan sepengetahuan objek yang direkam, misalnya tantangan Dunia Lain, Ekspedisi Alam Gaib, dsb. Selanjutnya program yang berisi rekaman tersembunyi atas perilaku orang yang mengejutkan dan mengusik kehidupan pribadi orang lain, seperti tayangan Harap-harap Cemas, Playboy Kabel, MOP, Termehek-mehek, dsb. Selain itu program pencarian bakat melalui kompetensi tertentu, seperti AFI, Indonesian Idol, dsb. Hingga program amal, konsep yang disampaikan adalah menolong orang lain, seperti Uang kaget, Bedah Rumah, dsb.

Namun menjamurnya program reality show bukanlah suatu kreativitas atau kecerdasan sang sutradara karena konsep dari semua reality show tersebut diimpor dari acara yang sudah pernah ada di Negara lain. Contohnya acara Indonesian Idol dan AFI mencontek atau membeli lisensi Pop Idol (Inggris) dan La Acamedica (Meksiko). Uang kaget adalah format lisensi di Jepang, dsb.

Dampak positif reality show yaitu untuk hiburan, dapat menumbuhkan rasa sosial dan empati dikalangan pemirsa terhadap orang lain yang menderita yang ditampilkan dalam tayangan Charity, menjadi salah satu jalan untuk mencapai cita-cita sebagian orang menjadi seorang bintang melalui Reality Show yang bertajuk kontes bakat atau pencarian bintang, ditemukannya banyak bakat seni di berbagai bidang, dampak positif luar biasa dirasakan oleh media yang menayangkan reality show adalah peningkatan rating dan share, peningkatan Rating dan Share menyebabkan meningkatkan pemasangan iklan dalam tayangan tersebut, sehingga pendapatan stasiun televisi bertambah.

Walaupun reality show memiliki beberapa dampak positif, tetapi juga memiliki banyak dampak buruk (negatif) misalnya seperti tayangan reality show yang berbentuk tekanan emosi dan psikologis ternyata memberikan efek yang cukup besar bagi si objek. Contoh kasusnya adalah Direktur Trans TV dan Produser Reality Show “Paranoid” dilaporkan oleh Diana Damey Pakpahan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan tuntutan Ganti Rugi Rp 40 milliar untuk kerugian imateriil dan Rp 250 juta untuk kerugian materiil. Gugatan ini buntut dari tindakan Kru Paranoid yang menakut-nakutinya ketika keluar dari RS. Pondok Indah yang menyebabkan korban yang sedang hamil 8 bulan terjatuh. Walaupun tidak berakibat fatal pada janinnya tetapi korban trauma dan merasa ketakutan kalau sendirian di rumah. Kontes bakat pun tidak luput dari kritikan karena format yang ditampilkan hanya meniru atau membeli lisensi dari luar negeri, mereka yang menang tidak jarang kualitasnya tidak lebih baik dari peserta yang lain karena penentuan pemenang ditentukan oleh pemirsa melalui SMS, lalu popularitas yang tiba-tiba melonjak tinggi, secara psikologis dapat membuat peserta menjadi terlalu percaya diri semakin cepat meroket sehingga jatuhnya pun cepat, dsb. Tayangan Charity (Amal) Reality Show pun dipandang negatif karena tayangan ini dianggap sebagai eksploitasi terhadap orang miskin memberikan rezeki dengan harapan mendapatkan pemasukan yang tinggi dari iklan. Dampak negatif dari reality show percintaan antara lain generasi muda dan anak –anak dibawah umur mungkin menjadi pribadi yang tak tahu malu & tidak memiliki batasan etika dalam bergaul jika mereka terlalu sering menonton adegan reality show percintaan, pembohongan publik karena banyak acara reality show yang tidak nyata dapat dilihat dari kemustahilan dari mulai pesertanya baik klien, suspect, atau figuran lain, yang tampil full make up sehingga tak tampak spontan sama sekali seperti seharusnya reality show, dialog yang kaku dan mirip adegan sinetron, dan tidak ada keberatan dari pihak yang diungkap aibnya dan dirusak nama baiknya.

Hati-hati Naik KRL!!!


Jika kita amati baik-baik, sangat banyak perilaku yang dilakukan para pengguna jasa KRL, dari yang normal sampai yang abnormal. Kondisi KRL yang penuh dan sesak bisa menjadi faktor terjadinya hal-hal abnormal. Salah satunya adalah sexual harrasment. Laki-laki yang suka mengeluarkan alat kelaminnya, lalu dia akan menempelkan alat kelaminnya ke ”bokong” penumpang wanita. Bahkan tak jarang pria tersebut sampai ejakulasi dan meninggalkan bercak-bercak di pakaian korbannya. Tidak semua para korban berani untuk berteriak dan menggagalkan perilaku abnormal tersebut, terkadang ada yang merasa takut untuk melawan karena berbagai pertimbangan, seperti sang korban berfikir keselamatannya akan terancam ataupun dia merasa malu kalau dia sudah menjadi korban pelecehan seksual. Pihak KRL pun sudah pernah melakukan hal antisipasi atas pelecehan seksual tersebut, seperti halnya dibuat gerbong khusus wanita, namun ternyata tidak berjalan efektif karena penumpang pria tetap saja berusaha menyerobot masuk ke gerbong tersebut, oleh karena itu gerbong tersebut sudah ditiadakan kembali.

Tetapi tidak perlu khawatir, karena sekarang sudah ada KRL eksekutif. Biasanya KRL eksekutif akan lebih leluasa dan tidak terlalu penuh sesak seperti KRL ekonomi walaupun harga karcisnya lebih mahal tetapi fasilitas dan kenyamanan yang ditawarkan akan lebih memuaskan.

BULIMIA NERVOSA

Korban masalah pola makan atau eating disorder sudah banyak, dari orang biasa hingga selebritis banyak yang mengalami. Jika tidak ditangani serius gangguan pola makan dapat mengakibatkan korban jiwa. Kelompok remaja, terutama remaja putri yang paling rentan terhadap gangguan ini karena remaja cenderung berusaha untuk “gaul” dan menjadi koban mode sehingga ada semacam “kewajiban” untuk tampil langsing.

Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan pola makan apabila ia terobsesi dengan pengaturan makan dan berat badannya sehingga mereka melakukan hal-hal yang ekstrem untuk menjaga berat badannya.

Bulimia nervosa merupakan salah satu gangguan pola makan. Penderita bulimia makan secara berlebihan. Menurut riset, penderita bulimia rata-rata mengkonsumsi 3.400 kalori tiap seperempat jam, padahal kebutuhan normal hanya 2.000-3.000 per hari. Kemudian berusaha keras mengeluarkan apa yang sudah dimakan dengan memuntahkannya.

Secara fisik, biasanya penderita bulimia tidak langsung ketahuan oleh orang lain karena berat badannya normal, tidak terlalu kurus. Namun secara psikis, penderita bulimia memiliki rasa percaya diri yang rendah, mudah dan sering mengalami depresi, serta berperilaku kompulsif.

Tanda-tanda orang yang mengalami bulimia adalah makan dalam jumlah yang banyak secara berulang-ulang, tidak dapat mengontrol diri ketika makan, menggunakan obat-obatan untuk mencegah berat badannya naik, berolahraga secara berlebihan, dan selalu merasa cemas dengan bentuk dan berat badannya. Efek dari makan dalam jumlah banyak sekaligus dapat merusak keseimbangan mineral dalam tubuh seperti sodium dan potassium, hal tersebut dapat menyebabkan rasa lelah, berdebar-debar, detak jantung tidak teratur, dan tulang keropos. Muntah secara berulang-ulang dapat merusak lambung dan saluran esophagus karena memaksa lambung berkontraksi secara tidak wajar, selain itu asam lambung yang keluar bersama muntah membuat gusi menyusut dan mengikis email gigi. Dampak lainnya adalah timbulnya ruam di kulit, pecahnya pembuluh darah dimuka, dan menstruasi yang tidak teratur.

Dalam kasus bulimia diperlukan penanganan dini karena penanganan yang terlambat mempersulit pengobatan. Keluarga si penderita biasanya akan diminta bantuan perawatan, seperti terapi psikis, selain itu obat anti depresi dapat membantu mengendalikan bulimia, namun apabila pemakaian obat dihentikan bulimia akan timbul kembali.

Pernikahan Dini


Pernikahan dini bukanlah hal yang baru untuk diperbincangkan, masalah ini sangat sering “diangkat” dalam seminar bahkan sering dibicarakan oleh media massa, baik media massa elektronik maupun non-elektronik karena masalah ini tema yang “laris” mengundang peminat.

Lalu apakah arti pernikahan dini?. Pernikahan dini dikaitkan dengan masalah waktu, yakni lebih awal dari yang seharusnya. Bagi orang-orang yang hidup pada awal-awal abad ke-20 atau sebelumnya, pernikahan seorang wanita pada usia 13-14 tahun, atau lelaki pada usia 17-18 tahun adalah hal biasa, namun bagi masyarakat kini hal itu merupakan suatu keanehan. Wanita dan pria yang menikah sebelum usia 20 tahun dianggap tidak wajar, terlalu “dini” istilahnya.

Berbagai tanggapan mengenai pernikahan dini bermunculan, ada yang menanggapi positif kareana menganggap sebagai hal yang wajar, namun ada pula yang menanggapi negatif karena beranggapan pernikahan tersebut terjadi karena kecelakaan atau yang lebih dikenal dengan istilah MBA (Married by Accident), dipaksa untuk menikah, bahkan “dijual” oleh orangtuanya sendiri.

Contoh kasus pernikahan dini terjadi pada Manohara Odelia Pinot, kasus yang kontroversial dan sempat ramai diperbincangkan, seorang model Indonesia yang “diculik” oleh Pangeran Kelantan setelah dinikahi pada usia yang masih belia, sekitar 16 tahun karena selain telah “dinodai” juga dipaksa untuk menikah. Akibat dari pernikahan tersebut, manohara banyak mengalami penyiksaan seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan juga mengalami tekanan secara psikologis seperti trauma dan ketakutan yang mendalam, dan pada ahkirnya berujung pada perceraian yang juga berdampak psikologis pada dirinya karena mengalami perceraian pada usia yang masih dini.

Dampak psikologis lainnya akibat dari pernikahan dini yaitu mereka masih mempunyai egosentrisme karena mereka belum cukup matang untuk menikah sehingga banyak terjadi percekcokan, pola pikir yang belum matang (masih kekanak-kanakkan) juga berpengaruh dalam mengasuh anak, mereka belum cukup mental untuk menjalani kehidupan berumah tangga dan juga belum sepenuhnya mengerti bagaimana dan apa peran mereka dalam pernikahan tersebut.

Selasa, 24 November 2009

NORMA SOPAN SANTUN

Sopan Santun

Dalam kamus Bahasa Indonesia, sopan berarti hormat dan takzim, tertib menurut adat yang baik; beradab tingkah lakunya, tutur katanya, pakaian, dsb; tahu adat, baik budi bahasanya; baik kelakuannya. Sedangkan santun berarti halus dan baik budi bahasanya, tingkah lakunya, sopan, sabar, dan tenang. Jadi dapat disimpulkan sopan santun adalah adat istiadat yang baik, tatakrama, kesusilaan, dan aturan di dalam kehidupan.

Norma sopan santun merupakan peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari masyarakat itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Contoh-contoh norma kesopanan ialah:

  1. Menghormati orang yang lebih tua.
  2. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
  3. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong
  4. Tidak meludah di sembarang tempat.
  5. Berpakaian sopan

Sanksi bagi pelanggar norma kesopanan tidak tegas, tetapi dapat diberikan oleh masyarakat berupa cemoohan, celaan, hinaan, atau dikucilkan dan diasingkan dari pergaulan, serta dipermalukan.

Pendapat pribadi mengenai sopan santun

Menurut saya, bersikap sopan santun sangat penting dilakukan dalam kehidupan kita. Dengan sopan santun, kita dapat menghormati dan menghargai diri sendiri dan juga orang lain, dengan demikian kita dapat dengan mudah diterima oleh lingkungan dan orang-orang yang berada didalamnya.

Hendaknya sopan santun dilakukan dimana saja kita berada, baik dilakukan di rumah, sekolah atau kampus, tempat beribadah, dan tempat umum lainnya. Misalnya taat kepada orangtua, berpamitan kepada orangtua jika hendak keluar rumah, datang ke sekolah atau kampus tepat waktu, mentaati segala peraturan kampus, tidak membuat keributan didalam kelas, tidak berisik di tempat beribadah, tidak merusak fasilitas umum, dan sebagainya.

Manfaat sopan santun bagi diri sendiri dan juga orang lain

Sopan santun identik dengan menghormati orang lain, namun seharusnya sebelum menghormati dan menghargai orang lain kita harus menghormati dan menghargai diri kita sendiri terlebih dahulu karena yang pertama kali menghormati kita adalah diri kita sendiri. Orang lain tidak akan menghormati kita dan berlaku sopan kepada kita jika kita sendiri tidak bisa menghormati diri kita sendiri. Misalnya dalam suatu acara resmi kita diharuskan berpakaian formal, tetapi kita berpakaian kaos oblong, tentu orang yang melihatnya tidak akan menghormati kita karena kita sendiri tidak sopan dalam berpakaian. Oleh karena itu mulailah sopan santun dari diri sendiri, setelah itu baru kita akan menyadari pentingnya sopan santun terhadap orang lain.

Menghormati orang lain tidak hanya dilakukan kepada orang yang kita kenal saja, dengan orang yang tidak kenal pun kita harus dapat bersopan santun dan menghormati. Misalnya saja ketika di bioskop ada yang menyerobot antrian, tentu saja banyak orang yang dirugikan, terutama orang yang mengantri dengan tertib, dengan demikian mereka tidak akan menghormati si penyerobot tersebut karena mereka juga merasa si penyerobot tersebut tidak menghormati mereka.

Oleh karena itu sopan santun sangantlah penting di dalam kehidupan kita dan merupakan cara yang paling mudah agar kita dapat diterima oleh lingkungan dimana kita berada. Caranya dengan memulai dari diri sendiri, setelah itu kita akan paham bagaimana cara menghormati dan bersikap sopan santun kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sopan_santun

Senin, 26 Oktober 2009

KESEHATAN MENTAL >> PENDAPAT ALLPORT DAN ROGERS

PENDAPAT ALLPORT DAN ROGERS

1. ALLPORT

· Pendapat Allport dalam Membahas Manusia

Gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar; kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku mereka, Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis, akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.

Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalm memilih dan bertindak.

Allport percaya bahwa bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotonomi diantara keduanya dan salah satu diantara tipe-tipe kepribadian itu tidak memperlihatkan salah satu diantara sifat-sifat yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.

Allport lebih suka mempelajari orang-orang dewasa yang matang dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.

· Perkembangan Proprium Sebagai Dasar Perkembangan Kepribadian yang Sehat

Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.

Proprium menunjuk epada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.

Proprium berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.

“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam jari-jarinya.

Identitas diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.

Harga diri. Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnya harga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.

Perluasan diri (self extension). Tingkat perkembangan diri berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.

Gambaran diri. Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.

Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.

Perjuangan proprium (propriate striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.

Perkembangan dari daya dorong kedepan, intensi-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran yang menentukan” ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat.

Tujuh tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan demikian pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan kepribadian yang sehat.

· Ciri-ciri Kepribadian yang Matang Menurut Allport

Tujuh criteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.

1). Perluasan Perasaan Diri

Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.

Menurut Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.

Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi perluasan perasaan diri.

2). Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain

Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.

Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.

Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.

Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.

Sebagai hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.

3). Keamanan Emosional

Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian.

Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.

4). Persepsi Realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5). Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas

Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.

Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”.

Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.

6). Pemahaman Diri

Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.

Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.

7). Filsafah Hidup yang Mempersatukan

Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.

Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.

Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.

2. ROGERS

· Perkembangan Kepribadian Self Menurut Rogers

Dalam masa kecil, anak mulai membedakan, atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang manjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept).

Sebagai bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang-orang lain. Dengan mengamati reaksi dari orang-orang lain terhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran-gambaran diri yang konsisten, suatu keseluruhan yang terintegrasi dimana kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri sebagaimana adanya dan diri sebagaimana yang mungkin diinginkannya untuk menjadi diperkecil. Dalam individu yang sehat dan yang mengaktualisasikan diri muncullah suatu pola yang berkaitan. Situasi itu berbeda untuk seorang individu yang mendapat gangguan emosional.

· Peranan Positif Regard dalam Kepribadian Individu Menurut Rogers

Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.

· Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya

1). Keterbukaan pada Pengalaman

Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke system saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.

Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsidan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.

Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.

2). Kehidupan Eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh tiap pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya.

Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.

3). Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.

Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.

Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.

4). Perasaan Bebas

Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.

Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.

5). Kreativitas

Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.

Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan.

Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.

DAFTAR PUSTAKA :

Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS

Sabtu, 10 Oktober 2009

KESEHATAN MENTAL>> TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

Teori Kepribadian Sehat

Perbedaan antara aliran psikoanalisa, behavioristik, dan humanistik :

1. Aliran Psikoanalisa

Teori kepribadian dengan pendekatan psikodinamika sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud (1856-1939), Bapak Psikoanalisa yang sangat terkenal. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, masa lalu, analisis mimpi (jalan istimewa menuju ketidaksadaran), dan juga alam bawah sadar, yang tersusun dari 3 sistem pokok yaitu : id, ego, dan superego.

· Id

Id merupakan system kepribadian yang asli dan merupakan sumber energi utama bagi hidup manusia. Id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Freud menyebut id “kenyataan psikis yang sebenarnya”, karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum, seks, dan agresifitas.

Dalam Id terdapat dua jenis energi yang saling bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan individu, yaitu insting kehidupan dan insting mati. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan, dan dalam pemuasannya Id selalu berupaya menghindari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle).

· Ego

Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan. Ego menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan dorongan Id itu realistis atau sesuai dengan kenyataan. Misalnya orang yang lapar harus mencari, menemukan, dan memakan makanan sampai tegangan karena merasa lapar dapat dihilangkan.

· Superego

Sistem kepribadian ketiga dan yang terakhir dikembangkan adalah superego. Superego adalah gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adapt istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasrnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.

Freud juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan sejauh mana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu :

1). Tingkat sadar atau kesadaran (conscious level)

Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain-lain.

2). Tingkat prasadar (preconscious level)

Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain-lain.

3). Tingkat tidak disadari (unconscious level)

Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan lain-lain.

Tingkat tidak disadari inilah yang merupakan objek studi psikoanalisa. Dikatakan Freud pada tahun 1942 : “tujuan utama psikoanalisa sebenarnya tidak lebih dari mencapai dan dapat mengungkap kehidupan mental yang tidak disadari”. Teori Freud sendiri kemudian banyak mengalami perkembangan baik oleh dirinya sendiri maupun oleh para pengikutnya seperti : Alfred Adler, Karen Horney, Erick Fromm, dan lain-lain.

Perubahan penting yang dilakukannya sendiri adalh konsep libido. Awlanya libido dianggap berasal dari dorongan seksual semata, tetapi akhirnya Freud berpendapat bahwa libido merupakn dorongan kehidupan yang jauh lebih luas daripada dorongan seksual semata. Karen Horney dan Erick Fromm menekankan pentingnya pengaruh lingkungan social terhadap perkembangan kepribadian individu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut aliran psikoanalisa manusia bersifat terbatas, yaitu mengabaikan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Manusia dilihat dari sisi sakit, yaitu bahwa kodrat manusia bersifat negative (neurotics dan psikotis), dan juga kodrat manusia digambarkan pesimistis, yaitu manusia adalah korban dari tekanan-tekanan biologis dan juga konflik-konflik pada masa kanak-kanak.

2. Aliran Behavioristik

Teori kepribadian behaviristik bertolak dari dan menekankan pengaruh lingkungan atau keadaan situasional terhadap perilaku. Tokoh-tokohnya adalah Rotter, Dollard, Miller, dan Bandura. Para ahli tarsebut berpendapat bahwa perilaku merupakan hasil interaksi yang terus menerus antara variable-variabel pribadi dengan lingkungan. Dengan demikian individu dan situasi saling mempengaruhi.

Teori belajar yang dianut oleh Dollard dan Miller menekankan pada konsep kebiasaan. Kebiasaan adalah pertautan atau asosiasi antara suatu stimulus (isyarat) dan suatu respons. Asosiasi-asosiasi atau kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari tidah hanya terbentik dari stimulus-stimulus eksternal dan respon-respon terbuka, tetapi juga antara stimulus-stimulus dan respon-respon internal.

Jadi pola perilaku dibentuk berdasarkan suatu proses kondisioning. Orang-orang disekitar individu membentuk perilakunya dengan ganjaran dan hukuman. Disini terjadi pembentukan pola perilaku dan penguatan melalui pengalaman langsung, tetapi perilaku juga dapat terbentuk melalui pengalaman tidak langsung yaitu melalui pengalamn terhadap perilaku orang lain disekitarnya (modeling).

Para teoritisi behavioristik beranggapan bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh cirri khusus dari situasi yang dihadapi, misalnya situasinya di kelas atau di lapangan bola, penafsiran individu terhadap situasi tersebut (pantas atau tidak melakukan agresi), penguatan yang dialami pada tingkah lakunya dalam situasi serupa (dihukum atau dipuji).

Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut aliran behavioristik manusia adalah suatu system kompleks yang bertingkah laku dengan cara yang sesuai dengan hukum. Ciri-cirinya tersusun dengan baik, teratur, banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan juga kreativitas. Manusia dianggap terbiasa dalam memberikan respons positif terhadap stimulus dari luar sehingga manusia diangggap tidak memiliki sikap diri sendiri karena potensi yang dimiliki manusia diabaikan.

3. Aliran Humanistik

Aliran humanistik memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang membedakan menusia dengan binatang, yaitu kebebasan untuk memilih (freedom for choice) dan kemampuan untuk mengarahkan pekembangannya sendiri (self-direction). Banyak ahli menyebut teori tersebut sebagai “self-theorities” karena teori-teori tersebut membahas pengalaman-pengalaman batin, pribadi, yang berpengaruh terhadap proses pendewasaan diri seseorang, dan pertumbuhan itu diarahkan pada aktualisasi diri. Tokoh-tokoh utama pendekatan ini adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow.

Pada tahun 1962 didirikan Association of Humanistic Psychology, asosiasi ini dalam misinya mempunyai 4 (empat) prinsip, yakni :

1). Memusatkan perhatian pada subjek yang mengalami

2). Pilihan, kreativitas, dan aktualisasi diri manusia adalah topic-topik yang menjadi focus penelitiannya.

3). Kepenuhartian harus mendahului objektivitas dalam memilih masalah penelitian

4). Nilai tertinggi terletak pada martabat manusia

a. Carl Rogers (1902-1987)

Teori Carl Rogers berkembang dari pendekatannya terhadap psikoterapi dan perubahan perilaku yang berpusat pada klien. Dalam praktiknya Rogers terkesan dengan adanya kecenderungan bawaan pada individu yang bergerak kearah pertumbuhan, maturitas, dan perubahan positif. Maka ia yakin bahwa kekuatan dasar yang memotivasi manusia adalah kecenderungan untuk beraktualisasi, suatu kecenderungan kearah pemenuhan atau aktualisasi semua potensi atau kapasitas organisme. Rogers tidak menolak adanya kebutuhan lain seperti kebutuhan biologis, tetapi semua kebutuhan itu terarah pada motivasi untuk mengaktualisasikan dirinya.

Diri dan Konsep diri penting dalam teorinya. Diri itu mencakup semua ide, persepsi, dan nilai-nilai yang mengkarakterisasi “saya” atau “aku” dan ini mencakup “siapa saya” dan “apa yang dapat saya lakukan”. Selanjutnya diri dan konsep diri ini mempengaruhi persepsi seseorang tentang dunia dan perilakunya.

b. Abraham Maslow (1908-1970)

Teori motivasi Abraham Maslow didasarkan pada hierarki kebutuhan yang meningkat dari kebutuhan biologis sampai dengan puncaknya adalah kebutuhan aktualisasi diri yang hanya dapat dipenuhi setelah semua kebutuhan dibawahnya telah dipenuhi.

Maslow meneliti self-actualizer pria dan wanita yang telah memanfaatkan potensinya secara luar biasa. Secara khusus dia mempelejari kehidupan tokoh-tokoh histories yang menonjol seperti Spinoza, Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Jane Adam, Albert Einstein, dan Eleanor Rosevelt. Dengan cara ini ia mampu menyimpulkan mengenai gambaran perilaku yang diyakininya dapat menghasilkan aktualisasi diri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aliran humanistic menganggap setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi lebih baik, optimis, dan memiliki harapan menjadi lebih baik dengan mengaktualisasikan dirinya. Melihat potensi untuk tumbuh menjadi lebih baik, optimis, percaya pada kapasitas individu untuk mengembangkan diri sesuai dengan yang diinginkan menurut kemampuannya. Tiadak mengabaikan kodrat individu secara kodrat biologis dan cirri lingkungan (bahavioristik), individu pasti dapat mengatasi konflik pada masa lampau (psikoanalisa), dan mengembangkan potensi-potensi melampaui kekuatan-kekuatan negative yang menghambat (humanistic). Dan tidak hanya terbebas dari penyakit emosional saja individu dapat dikatakan sebagai pribadi yang sehat, tetapi diperlukan pengembangan yang lebih jauh lagi.

Kritikan Humanistik terhadap Psikoanalisa dan Behavioristik

1) Terhadap Psikoanalisa

Manusia hanya dipandang dari sisi yang negatifnya saja, sehingga potensi-potensi yang sebenarnya dimiliki oleh manusia diabaikan. Sisi sakit emosional manusia (neurotics dan psikotis) dianggap sebagai kodrat manusia yang pesimistis, sehingga manusia dianggap korban dari tekanan-tekanan biologis dan juga konflik pada masa kanak-kanak.

2) Terhadap Behavioristik

Manusia diperlakukan layaknya separti mesin yang tingkah lakunya tersusun baik, teratur, dan sudah ditentukan sebelumnya sehingga potensi-potensi yang dimiliki manusia diabaikan. Manusialah yang diangggap memberikan respons positif terhadap stimulus dari luar, sehingga manusia tidak mempunyai sikap diri sendiri. Karena behavioristik terlalu menekankan pengaruh lingkungan atau kondisi-kondisi situasional dari perilaku maka kepribadian sudah kehilangan pribadi (person)nya.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Gunadarama

Suryabrata, S. (2003). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Hall, Calvin S and Lindzey, G. (1993). Teori-teori Psikodonamik (klinis). Yustinus. Yogyakarta : KANISUS

Hall, Calvin S and Lindzey, G. (1993). Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yustinus. Yogyakarta : KANISUS