Sabtu, 05 Juni 2010

DEFINISI GANGGUAN KOMUNIKASI FONOLOGIS

Gangguan artikulasi atau fonologis adalah kesulitan mengucapkan dan menggunakan bunyian dengan cara yang benar sesuai dengan aturan bahasa yang digunakan si anak, misalnya bunyian ‘b’ atau ‘w’. Anak yang pengucapannya kurang jelas atau tidak jelas, dan bentuk kesalahannya lain dari bentuk kesalahan anak yang tumbuh kembangnya normal dianggap mengalami gangguan artikulasi atau fonologis.
Definisi lainnya menyebutkan gangguan fonologis adalah penggantian satu suara dengan suara lain, atau penghilangan satu suara, atau suara menjadi berubah sama sekali. Contoh gangguan artikulasi atau fonologis: “mobil” jadi “obin” atau “mobi” atau “obil”.
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara. Gangguan suara tipikal misalnya suara kasar, suara terputus-putus atau terengah-engah, suara yang terpecah jika dalam intonasi atau pitch yang tinggi. Gangguan suara seperti ini biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan berbahasa lain sehingga disebut gangguan komunikasi kompleks. Bahkan gangguan yang terjadi dapat merupakan gabungan dari beberapa gangguan yang telah disebutkan di atas.
Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata mobil disebut mobing atau lari dibilang lali. "Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar," jelas Dra. Mayke S. Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak yang tergolong "pemberontak" atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang benar dengan mengulang kata yang dia ucapkan. Misal, "Ma, yuk, kita lali-lali!", segera timpali, "Oh, maksud Adik, lari-lari."
Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf dan suku kata. Misal, toko jadi toto atau stasiun jadi tatun. "Pengucapan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap orang lain," ujar pengajar di Fakultas Psikologi UI dan konsultan psikologi di LPT UI ini.

Tidak ada komentar: