Sahabat Vs Kebiasaan Buruknya
Kalau teman kita punya kebiasaan buruk, itu sih memang urusan dia. Tapi kalau sampai mengganggu kenyamanan kita, ya enggak bisa dicuekin, dong!
Suatu sore Rani dan Lia hang out di coffee house. Tiba-tiba serombongan cowok ganteng masuk dan nyaris duduk di maja sebelah mereka. Kalau saja Lia makan lebih rapi dan lebih manis, mungkin malam itu Rani bisa bersorak gembira karena sudah kenalan dengan cowok ganteng! Tentu saja Rani bete karena kejadian ini sudah berulang kali dan gawatnya Lia seperti tidak menyadari kalau kebiasaan buruknya itu mengganggu teman-temannya.
Kebiasaan mengganggu itu sendiri enggak Cuma berupa cara makan yang berantakan, bisa juga kebiasaan nyontek yang norak, nelepon lama di tengah malam, mengeluh terus-terusan, pinjam barang enggak bilang-bilang, atau kebiasaan utang (dan lebih ganggu lagi kalau sobat lupa untuk mengembalikan!). pokoknya sekilas seperti hal yang sepele, tapi ternyata mengganggu karena dilakukan secara terus-menerus!
Balik lagi ke Rani, dia merasa serba salah karena sulit sekali memberitahukan sahabat dekatnya tentang hal itu tanpa membuatnya tersinggung. Kalau kita ada diposisi seperti Rani, apa yang kira-kira kita lakukan ya?
Humor sebagai bumbu
Sampaikan teguran dengan bentuk humor. Humor bisa menetralkan kesan menggurui atau mempermalukan dari info yang kita ingin sampaikan. Kalau suatu saat Lia melakukan kebiasaan buruknya itu kembali, Rani bisa berkata seperti ini: “ya ampyuuun Li, jangan samapi gue harus pasang jaring-jaring di depan muka lo supaya meja lo enggak berantakan penuh remah makanan begini!” jangan lupa senyum dan tertawa sewaktu action, oke?
Langsung dan jujur
Sampaikan teguran secara langsung dan jujur. Namun yang harus diperhatikan adalah intonasi dan body language kita ketika mengajak dia berbicara. Ajak dia duduk dan katakan dengan perlahan dan intonasi yang tidak meninggi. Rani bisa aja bilang, “Li, sorrrriiiii banget, jangan marah ya, tapi menurut gue cara makan lo itu agak jorok deh. Gue agak tergangu sebenarnya, kira-kira lo bisa ubah enggak ya?” mood sobat sangat penting disini, pastikan mood dia lagi bagus!
Gunakan perumpamaan
Awalnya sampaikan dengan menggunakan perumpamaan orang lain, baru kemudian ke sahabat kita. Rani bisa bilang, “Duh, gila si Deta makannya parah baget, loh! Jorok banget! Pantesan dia enggak punya cowok sampai sekarang. Hati-hati loh Li, bisa-bisa lo juga bernasib seperti dia kalau cara makan lo enggak diubah!” cara ini berkesan teguran enggak langsung dan sobat enggak kita tempatkan pada posisi “si tertuduh”.
Pujian ampuh
Sampaikan teguran setelah kita memberikan pujian supaya sobat kita enggak merasa dijelek-jelekan. Rani bisa bilang “Menuruh gue, lo tuh beruntung banget ya Li. Sudah cantik, gaul, pinter pula. Eh, kalau cara makan lo bisa lebih manis dan enggak jorok, lo sempurna banget deh!”.
Memberikan teguran seperti itu enggak menjadikan kita si jahat yang selalu mengkritik teman-teman kita. Ini untuk kebaikan sobat juga, apalagi kalau kebiasaan ini sudah sangat mengganggu orang lain dan jadi bahan pembicaraan. Ini justru menunjukkan kita care sama teman kita. Jadi, sudah tahu kan, harus pakai strategi yang mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar